Minggu, 06 November 2016

Ketika Terlalu Sibuk mengkhawatirkan Masa Depan

Mudah. Sungguh sangat mudah ketika kita diminta untuk memberikan nasihat kepada orang lain. Bahkan saat kita dipercaya oleh orang lain untuk menjaga amanah sebuah cerita dari mereka kita merasa terharu. Bahkan tak jarang kita menjadi sosok bijak yang kuat untuk siap mendengarkan cerita mereka. Kita menjadi sosok yang kuat pula untuk memberikan mereka sebuah nasihat.

Bukan kita merasa sudah benar. Bukan kita merasa kita sudah hebat. Bukan kita merasa kita sudah baik. Bukan! Bukan itu. Kita bisa menjadi pendengar yang baik atau bahkan penasihat yang baik. Tidak lain adalah ketika kita mampu mencerna cerita dan berusaha menjadi sosok yang bisa membuat lawan bicara kita tenang. Kita menjadi sosok orang yang bisa mencerna satu masalah dengan baik. Kita bisa menjadi seseorang yang mampu memetik hikmah dalam sebuah kisah.

Tapi kenapa? Tapi mengapa? Semua sosok yang ada dihadapan mereka itu seolah hilang saat kita menghadapi masalah kita sendiri?

Kadang kita merasa begitu hancur. Bahkan kita merasa begitu rapuh dan remuk saat kita dihadapkan pada sebuah masalah. Yang sebenarnya kita bisa menghadapinya. Tapi ego dalam diri mendominasi hati. Hingga kita tak mampu lagi mengobati luka di hati sendiri.

Musuh yang nyata. Musuh yang paling menakutkan adalah diri sendiri. Satu hal yang banyak orang takutkan itu adalah dirinya sendiri. Begitu sulit melawan rasa takut pada diri sendiri. Bahkan dengan mudah kita menyerah pada diri sendiri dan akhirnya jatuh tak mampu lagi berdiri.

Kenapa disaat diri sendiri terkena masalah kita begitu rapuh. Semua nasihat bahkan seolah tak mampu lagi diterima. Sebuah motivasipun bahkan seolah tiada artinya. Kenapa? Karena saat kita memiliki masalah. Kebanyakan dari kita sibuk memikirkan hal-hal negative yang akan terjadi nanti. Kita begitu khawatir jika semua akan berakhir dengan buruk dan tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Padahal apa yang semestinya kita takutkan lagi? Apa semestinya yang kita khawatirkan? Bukankah semua sudah ada yang mengatur? Kenapa begitu cemas menghawatirkan masa depan yang belum kita tahu akan berakhir seperti apa? Kenapa begitu cemas mengkhawatirkan apa yang akan terjadi. Kenapa kita begitu sibuk memprediksi sesuatu yang akan terjadi nanti? Kenapa kita seolah tidak percaya bahwa yang terjadi sudah di atur oleh sang illahi? Kenapa?

Dalam syariat, mengatakan. memberi kesempatan kepada pikiran untuk memikirkan masa depan dan membuka alam gaib dan kemudian terhanyut dalam kecemasan-kecemasan yang baru di duga darinya adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. Pasalnya, hal itu termasuk thulul amal (angan-angan yang terlalu jauh)

Ya. itulah penyakit yang kadang hinggap dalam diri seseorang. Penyakit yang membuat seseorang itu berputus asa. Menyerah. Patah semangat dan ketakutan. Ya. Ketakutan. Kebanyakan dari kita begitu ketakutan saat menghadapi masa depan. Padahal sejatinya hidup itu untuk kita jalani. Untuk kita syukuri. Bukan untuk memprediksi apa yang akan terjadi nanti.

Kita tidak bisa mendikte Allah dengan semua doa-doa yang kita panjatkan dan kita harapkan kepadaNya. "Ya Allah aku ingin seperti ini. Aku ingin mendapatkan ini" mungkin ini adalah salah satu bentuk dikte saat kita berdoa. Tidak bisa seperti itu. Berdoa itu harus dengan hati yang tulus dan hati yang ridho. Tidak bisa kita berdoa kepada Allah dengan memaksa dan mendikte Allah agar mengabulkan doa-doa kita. Tidak bisa! Allah maha tau. Allah maha baik. Rencana Allah adalah rencana terbaik.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah maha mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (Q.S Albaqarah : 216)

Nah itulah sebabnya. Saat kita dirundung sebuah masalah. Saat kita dirundung sebuah duka. Rendah dirilah. Tenanglah. Coba lebih ikhlas coba lebih sabar. Jangan terlalu sibuk memprediksi sesuatu yang belum terjadi berdasarkan pemikiran kita. Ingat! Apa yang kita fikirkan itulah yang akan menjadi kenyataan. Karena alam akan membentuk apa yang kita fikirkan selama ini.

Jadi, mulai dari sekarang berhentilah untuk berfikir terlalu keras memikirkan sesuatu yang belum terjadi. Karena ada beberapa misteri Illahi yang tak harus kita tau kenapa ini terjadi. Dan akan berakhir seperti apa. Itulah salah satu rukun iman. Yaitu percaya kepada qada dan qadar.

Hari esok adalah sesuatu yang belum nyata dan dapat diraba, belum berwujud dan tidak memiliki rasa dan warna. Jika demikian mengapa kita harus mebyibukkan diri dengan hari esok? Mencemaskan kesialan-kesialan yang mungkin akan terjadi padanya. Bukan kah kita hidup untuk hari ini? Karena belum tentu besok kita masih bisa hidup. Biarkanlah masa depan datang dengan sendirinya.

(Sebagian sumber dikutip dari buku La Tahzan karangan Dr. 'Aidh al-Qarni)

Kamis, 27 Oktober 2016

Ketika Nyawa Dihargai Dengan Murah

Cukup terkejut dan tidak percaya.
Itu reaksi pertama saya ketika seorang suami yang istrinya baru saja melahirkan sedang transaksi di kasir dan menyebutkan bahwa harga yang harus dia bayar begitu mahal. Rp. 361.000,00 itu selisih yang harus dia bayar unutuk biaya persalinan istrinya. Karena istrinya memakai fasilitas BPJS maka dia membayar selisih sebesar itu. Kenapa harus bayar? Bukannya BPJS itu gratis. IYA.  BPJS memang gratis untuk bersalin normal di bidan ataupun di klinik.
Namun yang perlu diketahui ada beberapa tindakan yang tidak di klaim dan tidak ditanggung oleh BPJS. Sehingga ada selisih yang harus dibayar.

Kenapa bapak itu harus membayar uang sebanyak itu? Itu karena istrinya mengalami perdarahan pasca melahirkan. Sehingga diperlukan tindakan agar perdarahannya terhenti. Alhamdulillah puji dan syukur ibu nya masih bisa di tolong saat perdarahan itu berlangsung.
Sebelum melakukan tindakan. Pihak kami juga memberitahukan bahwa kemungkinan akan ada biaya tambahan yabg harus di bayar, karena ada tindakan diluar tanggungan BPJS. Ibu dan suaminya pun setuju akan hal itu.

Namun ternyata semua itu menjadi berbalik ketika dia harus membayar dikasir. Dia mengatakan bahwa selisihnya sangat mahal. Saya tidak sempat fikir. Bagaimana Bapak itu berfikir bahwa yang harus dia bayar itu begitu mahal. Semurah itu kah arti sebuah nyawa? Begitu beratkah dia harus membayar uang sebesar itu untuk keselamatan istrinya? Tidak bermaksud untuk pamrih menolong dan harus dibayar dengan uang. Saya hanya menyayangkan. Bagaimana mungkin dia bisa berfikir bahwa harga itu begitu mahal. Sementara saat ibunya mengalami perdarahan tim cukup bekerja keras agar ibunya bisa terselamatkan.

Pola fikir seperti ini sebenarnya bukan satu dua kali saya temukan. Tapi begitu sering. Bahkan mereka masih saja sempat tawar menawar harga untuk keselamatan jiwa dan nyawa seseorang? Kenapa? Kenapa begitu takut dengan mengeluarkan uang untuk kesehatan dan keselamatan jiwa? Bukankah rezeki itu datang dari Allah? Bukan kah harta bisa dicari?
Sedangkan nyawa? Sedangkan kesehatan? Apa bisa dia dicari? Sementara salah satu usaha saja sudah di abaikan?

Kalo ada yang berkata. Mencari rezeki itu susah. Buat yang bekerja mungkin mudah tapi buat kami? Bisa makan saja kami sudah berutung. Okey. Kita posisikan jika kasusnya adalah bersalin/melahirkan. Melahirkan itu proses yang cukup lama. Proses yang cukup panjang. Kurang lebih 9 bulan waktu yang diperlukan untuk bersalin. Bayangkan. 9 bulan! Waktu yang cukup jika kita mau berusaha untuk mengumpulkan dan menyisihkan sedikit rezeki yang kita miliki untuk proses persalinan.

Jika anda mengatakan. Uang gaji pas-pasan, saya tidak bisa menabung. Coba rubah pola fikir anda. Coba anda sisihkan 5000 rupiah setiap harinya. Anda sudah memiliki tabungan buat bekal bersalin nanti. Jika anda berfikir bahwa bersalin bisa gratis karena ada fasilitas BPJS. Kenapa tidak anda fikirkan kemungkinan kemungkinan lain yang akan terjadi.

Naudzubillah.. bukan kita berfikir negative untuk hal-hal buruk. Tapi bukankah lebih baik kita mencegah daripada mengobati? Segala sesuatu itu tergantung niat dan tekad. Kalo kita memiliki tekad yamg kuat buat menyisihkan sebagian rezeki yang kita miliki itu pasti bisa. Maka tidak ada alasan lagi nyawa seseorang itu dibayar dengan harga murah. Kita memang hanya bisa berusaha dan Allah yang menentukan. Tapi hidup juga adalah sebuah pilihan.
Rezeki bisa kita cari. Tapi nyawa? Apa masih bisa kita cari?
Silahkan berfikir dengan bijak. 😊

Senin, 10 Oktober 2016

Ketika Mengahdapi Takdir

Terkadang ada satu kejadian yang terjadi dan entah mengapa itu bisa terjadi. Kenapa itu bisa terjadi dan apa penyebabnya. Ada kalanya kita harus mengerti apa itu qadha dan qadar.

Adakalanya satu kejadian menyakitkan memeberikan kita satu pelajaran. Bukan untuk sebuah penyesalan tapi untuk dijadikan sebuah pelajaran.
Sesuatu yang sudah terjadi tak akan mungkin bisa kita ulang kembali dan mencegahnya agar tidak terjadi.
Tak harus dan tak selamanya kejadian yang menyakitkan itu kita hadapi dengan emosi dan menyalahkan diri sendiri. Kadang yang kita perlukan hanya menguasai diri dan tidak emosi. Serta bersabar dan ikhlas menerima semua ketetapan dari Allah.

Dalam sebuah hadits shahih di sebutkan "ketahuilah bahwa apa yang menimpamu tidak akan luput darimu, dan apa yang tidak akan menimpamu tidak akan pernah menimpamu" juga diriwayatkan dari Rasulullah. Beliau bersabda : "Kejarlah apa yang bermanfaat untukmu, dan mintalah pertolongan kepada Allah. Jangan mudah menyerah dan jangan pernah berkata 'kalau saja aku melakukan yang begini pasti akan jadi begini' tapi katakanlah 'Allah telah mentakdirkan dan apa yang Dia kehendaki pasti akan Dia lakukan."

Dari riwayat hadits di atas juga sudah jelas. Terkadang, sebagai manusia biasa kita terlalau disibukkan memprediksi sesuatu. Kita juga disibukkan menarik kesimpulan atas apa yang akan terjadi dan atas apa yang belum terjadi. 

Kenapa kita sibuk berandai-andai. Senadainya begini atau seandainya begitu? Kadang ada satu kejadian yang tak kita tau kenapa itu terjadi dan kenapa harus saya? Ya. Inilah takdir. Inilah takdir untuk kita. Yang kita sendiri sebenarnya tidak akan bisa menduga ini terjadi kepada kita.

Akan lebih baik jika kita mampu untuk tenang dan menerima semua kejadian ini. Mau kita cegah mau kita paksa agar ini tidak terjadi juga tidak bisa. Percuma saja. Ketika Allah menetapkan sesuatu itu terjadi. Maka terjadilah dan yang perlu kita lakukan adalah ikhlas menerima apa yang sudah ada. Selalu ada hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dalam setiap kejadiaannya. Entah itu menyakitkan ataupun tidak. Tugas kita tetaplah berusaha dan mengambil hikmah untuk dijadikan pelajaran buat kedepannya.

Dalam sebuah hadits yang shahih diriwayatkan dari Rasulullah. Dia bersabda : "Allah tidak menentukan sebuah qadha' bagi hamba kecuali qadha itu baik baginya."

Senin, 03 Oktober 2016

Kenapa Ujianku Bertubi-tubi

"Kenapa yah aku di uji terus oleh Allah? Kenapa yah rasanya ujian yang aku alami tiada henti. Kemarin baru saja aku kehilangan uang. Sekarang barang dan juga tas ku hilang. Padahal perjalanan masih panjang. Bagaimana bisa aku hidup jika uang saja sudah tidak punya? Kenapa ujian ini terasa begitu berat dan bertubi-tubi?"

Pernahkah kita merasa seperti ini? Pernahkah kita berkata seperti ini? Atau pernahkan kita hampir putus asa dengan ujian yang kita hadapi?

Jika jawabannya iya. Maka bergegaslah. Ambil air wudhu dan beristigfarlah.
Bisa jadi ini ujian untuk kita. Bisa jadi juga ini ada teguran untuk kita.

Yang harus kita ingat ketika kita dalam kondisi seperti ini adalah berprasangka baik kepada Allah. Tetaplah berfikir positif atas apa yang terjadi pada kita.

Jika memang ini adalah bentuk ujian, maka mintalah kepada Allah agar kita diberi kesabaran dan keikhlasan untuk menerima semua ketetapan yang sudah Allah tetapkan untuk kita, dan bersabarlah. Bisa jadi ujian ini sebagai salah saru cara Allah untuk mengembalikan anda ke jalan-Nya. Bisa jadi Allah rindu akan semua doa yang biasa kita panjatkan setiap waktu. Yang mungkin kini sudah tidak kita lakukan lagi. Bisa jadi juga Allah ingin mengangkat derajat kita di hadapan-Nya jika kita mampu ikhlas dan bersabar untuk menghadapi semua.

"Aku sudah bersabar. Aku sudah ikhlas. Tapi kenapa masih saja aku di uji?"

Jika kita masih bisa berkata seperti itu. Itu tandanya kita belum benar-benar ikhlas. Kita belum benar-benar sabar. Jika sabar kita tidak akan mudah mengumbar. Jika ikhlas kita tidak akan mudah mengatakannya. Karena ikhlas itu bukan hanya sekedar ucapan. Tapi juga perbuatan.

Kenapa kita masih di uji? Beruntunglah. Itu tandanya kita sudah lolos pada ujian tahap pertama. Maka Allah memberikan kita ujian pada tahap kedua. Dan ujian yang diberikan tak lain adalah untuk mengangkat derajat kita dan melatih kita untuk lebih bersabar. Bukankah Allah selalu bersama orang-orang sabar?

Jika memang ini ujian, bisa jadi ini adalah bentuk teguran dari Allah. Maka bersyukurlah. Bersyukurlah karena Allah menegur kita agar kita kembali kepada Allah. Dan mohonlah ampun. Bisa jadi kita terlalu banyak melakukan dosa (naudzubillah)... atau bisa jadi kita lupa menunaikkan kewajiban kita kepada Allah.

Satu hal yang harus kita ingat. Allah tidak pernah menguji hamba Nya melebihi kemampuan kita. Jika kita merasa ujian kita terlalu besar. Ingatlah bahwa kita memiliki Allah yang maha besar. Ujian juga diberikan tak lain karena Allah tau bahwa kita mampu menyelesaikannya dan menginginkan kita untuk lebih baik dan lebih tinggi derajatnya dihadapan Allah ketika kita mampu bersabar dan ikhlas untuk menghadapinya.

Jadi. Tetaplah menjadi pribadi yang positif. Tetaplah menjadi pribadi yang bijak dalam menghadapi masalah.
Jangan lupa bersyukur jangan lupa bersabar. Dan, jangan lupa bahagia 😀😁😊

Minggu, 02 Oktober 2016

Sehat atau Sakit?

A: "sekarang Aku sedang sakit. Semoga sakit ku ini menjadi pelebur dosa. Kini aku sadar. Harusnya aku bisa bijak saat menghadapi sakit. Mungkin sakit ini peringatan dari Allah yang selama ini sudah jauh dari Allah. Mungkin bisa jadi juga sebagai bentuk kasih sayang untuk menghapus semua dosaku yang tak sengaja aku lakukan"
B: "Terus sudah lama aku tidak pernah sakit. Apa mungkin Allah tidak sayang. Apa mungkin dosa-dosaku tidak di ampuni karena aku sudah lama sekali tidak sakit. Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus bersyukur karena aku selalu diberi kesehatan? Ataukah aku harus sedih karena selama sehat itu berarti dosa-dosaku tidak di ampuni?"

Itulah salah satu percakapan menarik yang pernah saya dengar dari dua orang sahabat yang sedang asyik ngobrol.
Kemudian dari obrolan itu saya berfikir. Manakah di antara keduanya yang benar?
Jika dihadapkan pada 2 pilihan dan harus memilih. Mending sehat? Atau sakit?

Tentu semua orang akan memilih untuk menjadi sehat. Lagian siapa yang mau sakit. Semua orang sudah pasti berharap untuk selalu sehat.

Ada satu pelajaran yang bisa kita ambil dari percakapan di atas. Pertama: ketika kita sakit maka berfikirlah positif terhadap takdir dan ketetapan Allah. Bukankah dengan sakit Allah juga menghapuskan dosa-dosa kita? Bisa jadi juga ini adalah sinyal dari tubuh kepada kita untuk kita beristirahat dan merenungkan bahwa selama ini tubuh kita sudah terlalu lelah dengan semua rutinitas dan kegiatan yang kita lakukan. Mungkin ini juga saat yang tepat untuk kita beristirahat dan merenung bahwa nikmat sehat itu tidak pernah bisa kita beli dengan apapun.

Bukankah saat sakit biasanya kita lebih dekat dengan Allah? Kenapa? Karena kita akan berdoa supaya Allah memberikan kita kesehatan. Bisa jadi Allah sudah rindu kepada kita. Ingin mendengar kita untuk memanggil dan menyebut nama-Nya.

Lantas ketika kita sehat apa itu berarti dosa-dosa kita tidak diampuni? Tunggu dulu. Kita tidak bisa langsung mengambil kesimpulan apakah dosa kita tidak diampuni saat kita sedang sakit ataukah saat kita sehat. Itu semua adalah hak Allah. Wallahu alam..

Yang jelas kita harus bijak saat kita sedang sehat atau sakit.
Sehat ataupun sakit bisa jadi ujian buat kita masing-masing. Bisa jadi saat kita sakit itu adalah cara Allah agar bisa lebih dekat dengan kita. Kemudian saat kita sedang sehat. Bisa jadi ini juga ujian. Apakah kita mampu menjaga amanah yang sudah Allah beri. Apakah kita mampu tetap bersyukur saat kita sedang sehat? Dan tetap mengingat Allah?

Jadi mau kita sehat mau kita sakit. Kita harus tetap bersyukur dengan kondisi kita saat ini. Saat sakit bisa saja dosa kita diampuni. Namun sat sehat juga bisa jadi Allah mengampuni dan memaafkan semua kesalahan serta dosa yang sudah kita perbuat.
Sehat dan sakit itu tidak harus menjadi perbandingan buat kita, apakah dosa-dosa kita diampuni atau tidak. Tapi sehat dan sakit adalah satu cara untuk kita bersyukur pada Allah atas apa yang kita terima saat ini.

Kita juga harus tetap befikir positif an ikhlas menerima semua ketetapan Allah. Karena yang harus kita ingat, Allah itu sesuai dengan prasangka hambanya.
Selamat bersyukur. Jangan lupa bahagia 😁😁

Kamis, 25 Agustus 2016

Bagaimana caranya Bahagia?

Bagaimana caranya kita bahagia?
Apakah dengan banyak harta?
Apakah disukai banyak wanita?
Apakah dikagumi banyak pria?
Apakah dengan memiliki tahta?
Apakah dengah rumah yang megah dan mewah?

Jika memang itu sumber bahagia, kenapa banyak orang kaya tapi bunuh diri dan masih korupsi?

Jika memang dengan tampan dan ganteng bisa bahagia, kenapa masih banyak orang yang melakukan operasi untuk mendapatkan muka yang sempurna?

Jika memang dengan cantik bisa bahagia? Lantas kenapa banyak orang yang tidak puas dengan kulit putihnya? Kenapa banyak orang yang masih saja belum puas dengan tubuh idealnya?

Lantas kenapa banyak orang yang rela merogok kocek dalam-dalam demi mendapatkan rupa yang sempurna?

Jika memang jabatan bisa membuat bahagia? Lantas kenapa banyak orang penting di kota ini tidak bisa tidur nyenyak? Bahkan mereka rela menyewa hotel dengan fasilitas mewah sekalipun untuk bisa membuatnya nyaman? Tak jarang mereka juga mengkonsumsi obat penenang hanya untuk tidur dan istirahat?
Apa sebenarnya bahagia itu? Bagaimana cara kita bahagia?

Apakah kita harus miskin agar bisa bahagia? Apakah kita harus sederhana seperti kebanyakan orang agar bisa hidup bahagia?
Apakah kita harus menderita agar bisa merasakan bahagia?
Apa yang harus kita lakukan agar kita bahagia?

Bahagia. Kita bisa bahagia ketika kita mampu mensyukuri apa yang telah Allah beri. Ketika kita mampu berbagi dan melihat orang lain tersenyum bahagia atas apa yang kita lakukan dan kita berikan.
Kita juga bisa bahagia saat kita tidak membandingkan apa yang kita miliki dengan orang lain. Karena dengan membandingkan sesuatu yang kita miliki dengan orang lain hanya akan membuat kita iri dan lupa mensyukuri apa yang sudah kita miliki.

Sederhanakanlah hal-hal yang membuat kita bahagia. Karena bahagia tidak harus selalu apa yang dikatakan orang lain. Standar kebahagian orang lain tentu berbeda-beda, tidak akan sama. Jadi, berhentilah membandingkan kebahagian kita dengan orang lain.

Jadilah diri sendiri. Syukuri lah apa yang kita miliki. Selalu berfikir positif. Jangan banyak mencela dan mengkritik orang lain, jangan terlalu banyak membenci. Dan manfaatkan waktu sebaik mungkin.
Jangan lupa bahagia 😊😁😉

Kamis, 23 Juni 2016

Hati ibarat sebuah halaman

Hati itu ibarat halaman yang ditanami pohon besar. Setiap hari sudah pasti akan ada daun-daun yang berguguran dan membuat halaman penuh dengan dedaunan yang jatuh.
Apakah kita menginginkannya? Tidak! Daun itu jatuh begitu saja tanpa kita minta. Namun adakalanya kita juga yang membuat daun itu jatuh (disengaja). Mislnya dengan nengambil buah di pohon atau menebang ranting dan menebang pohon sekalipun.

Halaman di atas bisa diibaratkan hati. Setiap hari, sengaja atau tidak disengaja, diminta atau tidak diminta. Akan ada dosa yang bersarang di hati kita. Apakah kita menginginkannya? Tentu tidak. Namun terkadang ada saja dosa yang tanpa kita sadari hinggap di hati kita. Atau bahkan kita sengaja membuat dosa itu. Seperti menebang ranting dan menebang pohon. Naudzubillah...

Lantas bagaimana cara kita membersihkannya agar tetap bersih?

Halaman rumah akan terlihat bersih saat kita menyapu halaman rumah. Bukan seminggu sekali. Bukan 2 hari sekali. Tapi setiap hari. Kenapa? Agar halaman itu selalu nampak bersih dan indah di pandang mata.
Kenapa harus setiap hari? Karena daun daun akan selalu berguguran setiap hari dan mengotori halaman rumah kita. Maka sudah sepantasnya kita membersihkannya setiap hari agar tidak banyak sampah yang berceceran.

Bagaimana dengan hati? Hati juga akan bersih ketika kita mampu menbersihkannya setiap hari, dengan banyak bertaubat, menghindari maksiat dan Memperbaiki diri. Bukan saat terasa dosa kita semakin banyak. Bukan disaat kita sedang terpuruk. Tapi setiap hari dan setiap saat. Kenapa? Karena sadar atau tidak dosa-dosa itu datang tanpa kita minta datang tanpa memandang kita siapa. Maka sudah sepantasnya kita wajib membersihkan hati setiap hatinya agar selalu nampak indah dan bersih.

Sabtu, 18 Juni 2016

Perubahan Saat Ramadhan Tiba

Mentang-mentang lagi puasa, baca Qurannya rajin
Mentang-mentang puasa sekarang pakai jilbab ke mana-mana
Mentang-mentang lagi puasa pakaiannya tertutup.
Mentang-mentang puasa bahasanya jadi lembut
Mentang-mentang puasa sekarang berubah jadi baik.
Ah, paling udah lebaran juga balik lagi kesemula.

Pernahkah kita mendengar sindirian seperti ini? Atau mungkin kita yang melakukan sindirian ini untuk orang lain?

Disadari atau tidak. Banyak dari kita yang terlalu disibukkan mengatur dan ikut campur urusan orang lain. Terutama jika mereka berhijrah atau berubah menjadi lebih baik. Tak jarang kita juga membuat ptaduga-praduga dan menarik kesimpulan atas perubahan yang terjadi pada  seseorang.

Tapi itu memang benar, dia begitu baik saat bulan puasa, tapi sesudah hari raya tiba dia pasti akan kembali  seperti dulu.

Lantas apa masalahnya? Jika mereka berubah saat bulan puasa? Ada yang salah? Iya salah. Yang salah itu kita yang terlalu sibuk mengurus urusan orang lain sementara kita sendiri tidak melakuakn perbuatan dan perubahan yang lebih baik saat bulan puasa.

Bulan puasa/ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Tentunya semua orang berlomba-lomba melakukan kebaikan di bulan baik ini. Masalah apakah mereka berubah atau mungkin "aji mumpung" saat bulan puasa. Itu bukanlah urusan kita. Niat mereka seperti apa hanya mereka dan Allah yang tahu. Kita tidak berhak mengambil kesimpulan atas niat seseorang ketika dia melakukan perubahan.

Kenapa tak kita doakan mereka yang berubah agar tetap , agar mereka tetap konsisten dengan perubahan yang mereka lakukan. Jika memang mereka kembali seperti semula saat bulan ramadhan berakhir. Biarkan saja itu urusan hatinya dengan Allah. Mungkin saja dia butuh waktu dan sedang dalam proses menuju perubahan yang lebih baik.

Apakah amalan mereka akan diterima jika mereka melakukan perubahan saat bulan ramadhan saja? Wallahu alam. Masalah amalan itu bernilai dimata Allah atau tidak, diterima atau tidak. tidak ada yang tahu. Itu urusan dan hak preogratif Allah. Kita juga tidak akan pernah tahu niat sebenarnya apa. Maka tugas kita adalah tetap berprasangka baik dan mendoakan yang terbaik pula buat mereka.

Jumat, 10 Juni 2016

Apa yang harus dilakukan ketika Kita mendapatkan Komentar?

Bagaimana cara menghadapi orang yang sukanya protes dan mengomentari apa yang kita lakukan?
Pilihannya ada dua.
Dengarkan atau abaikan.

1. Dengarkan, jika:

Apa yang mereka protes atau komentari kepada kita adalah sesuatu yang baik untuk kita, maka dengarkanlah. Jika memang mereka juga mengomentari sesuatu yang menuntut kita merubah sesuatu yang tidak baik yang ada pada diri kita. Maka berubahlah, berubahlah untuk lebih baik.

Jika memang apa yang mereka komentari dan yang mereka protes itu juga benar, tidak ada salahnya juga kita menerima masukan atas apa yang mereka katakan. Ibaratnya kita sedang berada dalam sebuah kompetisi. Jika apa yang kita lakukan salah, maka perbaiki. Jika kurang maka tingkatkan dan tambahkan. Jika apa kita lakukan sudah sesuai aturan maka pertahankan.

2. Abaikan, jika :

Abaikan jika apa yang mereka katakan itu hanya sebuah komentar yang bertujuan memperolok-olok apa yang sudah kita lakukan. Ada dua kemungkinan orang memperolok-olok apa yang kita lakukan, pertama, dia iri dengan apa yang kita lakukan dan yang kedua, mereka tidak memiliki kegiatan lain yang membuat hidup mereka berarti.

Abaikan jika apa yang mereka katakan itu hanya sebuah cara untuk mencari kesalahan kita. Jika menemukan hal semacam ini, biarkan saja. Biarkan mereka berbicara tanpa harus kita melawan dan juga angkat suara. Tapi buktikan bahwa kita tidak seperti apa yang mereka kira.

Abaikan jika memang tujuan mereka adalah menjatuhkan dan membuat kita tidak semangat. Ingatlah ketika kita melakukan sesuatu yang akan membuat kita sukses, maka, akan ada ribuan mulut, ribuan protes yang akan disampaikan untuk menentang apa yang kita lakukan. Tetaplah berjalan, tetaplah melangkah jika memang yang kita lakukan tidak mengganggu mereka dan melanggar peraturan.

Satu hal yang harus kita ingat, apapun yang kita lakukan akan selalu menuai komentar. Kita hanya memiliki dua tangan, tidak mugkin kita menutup mulut semua orang yang berkomentar. Tapi dua tangan bisa kita gunakan untuk memanjatkan doa kepada Allah. Semoga kita bisa bersabar atas apa yang orang katakan. Semoga kita bisa tetap istiqomah, semoga kita tetap bisa berhusnudzon atas apa yang terjadi.

Kamis, 09 Juni 2016

Apakah Hukum Karma ada Dalam Islam?

Ketika ada yang mengatakan. Suatu saat kamu pasti akan kena karmanya. Muncul satu pertanyaan, apakah dalam islam ada hukum karma?

Jadi, tidak ada hukum karma dalam islam. Jika memang ketika kita berbuat buruk kemudian kita juga terkena imbas atas perbuatan kita, itu bukanlah karma tapi itu adalah timbal balik atas apa yang sudah kita lakukan.  seperti apa yang sudah dijelaskan dalam Al-Quran

"Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik untuk  dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, kerugian kejahatan itu untuk dirimu sendiri....." (Q.S Al-Isra:7)

Jadi, ketika kita berbuat jahat kemudian kita bertaubat dan berbuat baik, maka kita akan mendapatkan apa yang sudah kita perbuat.
Wallahu 'Alam

Selasa, 07 Juni 2016

Hakikat Kebahagiaan

Hakikat sejati kebahagiaan hidup. Hakikat itu berasal dari hati. Bagaimana kita bisa membersihkan dan melapangkan hati sendiri. Bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun belajar membuat hati lebih lapang, lebih dalam, lebih bersih. Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati yang datang dari luar hati kita. Hadiah mendadak, kabar baik, keberuntungan, harta benda yang datang, pangkat, jabatan, semua itu tidak hakiki. Itu datang dari luar. Saat semua itu hilang, dengan cepat hilang pula kebahagiaan yang kita rasakan.

Sebaliknya, rasa sedih, kehilangan, kabar buruk, nasib buruk, itu semua juga datang dari luar. Saat semua itu datang dan hati kita dangkal, maka hati kita akan keruh berkepanjangan dan merasakan penderitaan yang begitu mendalam.

Berbeda jika kita meyakini kebahagiaan itu datang dari diri sendiri dari mata hati mu. Maka itu akan menjadi sumber kebahagiaan tak terkira. Bahkan ketika musuh kita mendapatkan kesenangan, keberuntungan kita bisa ikut senang atas kabar baiknya, ikut bahagia, karena hati kita yang lapang dan dalam. Sementara orang yang hatinya dangkal, sempit, tidak terlatih. Bahkan ketika sahabat terbaiknya mendapatkan nasib baik, dia akan iri hati dan gelisah. Padahal apa susahnya ikut senang.

Itulah hakikat kebahagiaan sejati, ketika kau memiliki hati bagai danau yang dalam dengan sumber mata air sebening mata air. Maka apa yang kau dapatkan itu yang akan membuat kau bahagia. Bukan lagi harta benda, bukan lagi tahta atau bahkan rupa dan urusan dunia. Tapi kebahagiaan itu datang ketika kau menerimanya dan mensyukurinya dengan lapang dada.

Memperoleh hati yang bersih, dalam dan bening, memperolehnya tidaklah mudah, kita harus terbiasa dengan kehidupan yang bersahaja, sederhana dan menjadi dirimu sendiri. Kita juga harus bekerja keras, sungguh-sungguh dan memaksa diri sendiri untuk melatih hati memaknai kebahagiaan sejati.

Sungguh rugi orang yang menjadikan harta bendanya menjadi sumber kebahagiaan. Karena ketika mereka kehilangan itu semua, maka mereka tidak akan berarti apa-apa.

Sungguh rugi orang yang menjadikan tahta dan rupa sebagai sumber kebahagiaannya. Karena ketika dia menua dan tak lagi berkuasa maka dia akan menderita.

Sungguh rugi orang-orang yang menjadikan pujian sebagai sumber kebahagiaan, karena ketika dia mendapatkan cacian dan tidak mendapatkan pujian, maka dia akan kecewa dan sengsara.

Untuk membuat hati kita lapang dan dalam, tidak akan pernah cukup dengan membaca novel, membaca buku-buku mendengar petuah atau nasihat. Orang-orang yang bahagia dengan kehidupannya adalah dia yang mulai memaknai hidup dengan penuh kesederhanaan dan kesyukuran atas apa yang telah kita dapatkan.

Tulisan ini terinspirasi dari novel Tere Liye "Ayahku Bukan Pembohong". Kutipan Tulisannya saya salin disini dan sebagian lagi saya tulis sendiri. Selamat mencoba hidup bahagia dengan hati yang lapang dan hati yang bersih.

Selasa, 24 Mei 2016

Cobalah Pandang Dari sudut yang Berbeda

Ini pengalaman pas saya kuliah.
Hal yang kami takuti saat kuliah adalah saat ujian praktek dan pengujinya adalah dosen tamu dari luar.

Belum ujian prakteknya dilaksanakan. Anak-anak sudah ribut. Mereka sudah takut duluan. Mereka bilang. kata orang, dosen luar itu galak. Dosen luar itu killer sampe ada yang bilang mereka pelit kalau ngasih nilai. Jadi kalau ujian dosennya dari luar, ya siap-siap aja katanya.

Jujur, saya juga sempat takut sempat khawatir juga mendengar semeliwir kabar tentang dosen yang akan menguji nanti. Pikiran saya sudah membayangkan galaknya mereka. Tegasnya mereka, tatapan yang sinis, hingga sifat pelitnya yang terkenal.

Sebelum ujian, saya benar-benar belajar dengan tekun. Menghafal hingga larut malam dan berdoa dengan sekuat tenaga. Agar ujiannya dimudahkan dan dilancarkan.

Ujianpun dilaksanakan. Semua mahasiswa datang dengan peralatan lengkap. Baju praktek, alat praktek hingga materi yang akan dijadikan bahan ujianpun sudah disiapkan dengan sempurna. Satu persatu mahasiswa di uji oleh dosen tamu dan dosen dari dalam. Mahasiswa terbagi ke dalam 5 group. Dan saya kebagian dalam group 3 dimana penguji nya adalah dosen lulusan S2 dari salah satu universitas ternama di Indonesia dan terkenal sangat teoritis.

Makin deg-degan pula saya mendengar kabar itu. Ini sudah pasti bakal teoritis dan terperinci, ini sudah pasti bakal jadi ujian terberat. Saya menjadi peserta terakhir dari ujian ini. Sebelum saya masuk, saya melihat beberapa teman saya yang keluar pintu ruang ujian dengan wajah pucat pasi. Sudah terbayang dalam benak saya di dalam suasananya sudah pasti mencekam dan sangat horor.

Masuklah saya ke dalam ruang ujian. Seperti biasa saya memperkenalkan diri. Dosen penguji dan dosen pembimbingpun mulai memberikan kasus yang harus saya selesaikan. Syukurlah ternyata sang dosen penguji tidaklah seburuk yang saya bayangkan. Bahkan saat memberikan pertanyaan justru beliau tersenyum dan membuat suasa ujian menjadi lebih relax.

Setiap pertanyaan yang diberikan, Alhamdulillah bisa saya jawab dengan baik. Meskipun beberapa pertanyaan ada yang miss dan tidak bisa saya jawab dengan baik. Bahkan sesudah ujian sang dosen malah mengajak saya berdiskusi dan memberikan saran untuk ujian kedepannya.

Saat keluar ruang ujian saya hanya bisa tersenyum lega dan bersyukur. Teman-teman yang lain pun datang bergerumul dan bertanya apa saja pertanyaan yang diberikan? Dia galak tidak? Dia marah-marah tidak? Saya cuma bisa senyum dan menjawab pertanyaan dari semuanya dengan satu kalimat.
Dia baik

Ya sang dosen yang begitu ditakuti karena ke galakkannya, sinisnya dan juga pelitnya ternyata tidaklah benar. Jika dibilang galak. Galak yang seperti apa dulu. Saya rasa tidak, mungkin jika ada satu kalimat yang keluar dengan nada tinggi, bisa saja itu sebagai bentuk penegasan. Kalaupun mukanya sangar dan killer, kita tidak bisa langsung menarik kesimpulan dalam penilaian seseorang hanya karena melihat dari luar saja. Siapa tau wajah atau karakternya memang seperti itu  kalaupun dia pelit saat memberikan nilai. Beliau sudah pasti memberikan nilai sesuai dengan kapasitas mahasiswanya.

Jadi, jangan mudah menilai orang lain dan menjadikan orang lain berdasarkan persepsi orang kebanyakan. Coba kita lihat dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin bagi orang lain dia galak dia tidak baik. Tapi bisa jadi buat kita dia adalah orang yang baik dan ramah. Pun sebaliknya.

Apa yang kita pikirkan itu yang akan jadi kenyataan. Oleh sebab itu, jika kita mendengar satu kabar tentang keburukan seseorang, cobalah pandang dari sudut yang berbeda. Dari sudut pandang orang lain. Jangan terlalu mudah menyimpulkan dia seperti apa yang dikatakan orang kebanyakan. Karena bisa jadi ternyata dia jauh lebih baik dari apa yang dibicarakan.

Senin, 16 Mei 2016

Ketika Jatuh Cinta

Cinta. Bagaimana rasanya ketika jatuh cinta? Sudah pasti banyak orang yang akan bilang bahagia dan berjuta rasanya. Jatuh cinta adalah fitrah manusia. Seperti firman Allah dalam Al-Quran yang artinya :“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Surga). (QS. 3:14) 

Cinta itu datang tanpa kita minta dan dia pergi tanpa kita siap.
Lantas apakah kita boleh jatuh cinta?

Jatuh cinta itu sama seperti rasa lapar yang melanda. Tanpa kita minta, rasa lapar akan datang disaat kita tidak makan dan perut kita dibiarkan kosong begitu saja. Pun dengan cinta. Cinta itu akan datang ketika hati kita tengah "kosong" dan sudah lama tidak diisi. 😊😁

Namun hati-hati. Karena rasa lapar itu muncul tanpa kita minta, dan dia datang begitu saja. Maka pastikan makanan yang akan kita makan adalah makanan yang sehat, makanan yang baik. Agar perut kita bisa menerima makanannya dengan sempurna. Pastikan juga kita makan dengan perlahan, jangan terburu-buru jika kamu tak mau perutmu sakit karena lambung tidak bisa mencerna dengan sempurna.

Pun dengan rasa cinta. Rasa cinta itu juga muncul tanpa kita minta dan datang begitu saja ketika kita merasa "lapar". Kita juga harus tetap hati-hati. Pastikan bahwa cinta kita jatuh kepada seseorang yang tepat, dengan cara yang tepat dilakukan dengan cara terhormat diwaktu yang tepat. Pastikan pilihan kita itu baik. Karena cinta yang baik akan membawa kita pada kebaikan.

Pastikan juga kita mengungapkan rasa cinta itu dengan perlahan. Tidak usah terburu-buru. Apalagi masalah cinta dan perasaan. Biarkan dia mengalir seiring berjalannya waktu, agar dia bisa menerima dengan sempurna apa yang kita rasa.
Ingatlah, sesuatu yang datang terlalu cepat akan pergi juga dengan cepat.

Ketika rasa lapar itu datang. Pilih juga makanan yang baik agar tubuh kita tetap sehat. Jangan terlalu cepat mengambil keputusan untuk makan makanan instan. Rasanya memang enak, tapi yang instan tidak baik untuk kesehatan, dia hanya bisa membuat kita kenyang untuk sesaat. Namun tidak memiliki gizi yang diperlukan oleh tubuh.

Pun dengan cinta, ketika cinta itu datang, pastikanlah kita memilih dia yang memang baik. Jangan terlalu cepat mengambil keputusan untuk mencintai seseorang hanya karena kita suka dan memutuskan dengan pertimbangan yang "instan", Hanya karena mengandalkan hawa nafsu dan insting semata. Yang perlu kita ingat, segala sesuatu yang instan,  Segala sesuatu yang terburu-buru tidak akan memberikan kita kebahagiaan yang kita butuhkan. Tapi hanya memberi apa yang kita inginkan. Bisa jadi dia memberikan kebahagiaan yang kita inginkan. Tapi itu hanya sementara. Tidak bisa bertahan lama.

Jadi, pastikanlah. Ketika kita sedang lapar. Pilihlah makanan yang bergizi, makanan yang baik. Makanlah secara perlahan agar kesehatan tubuhmu tetap seimbang dan tetap stabil.

Pun dengan cinta. Ketika kita jatuh cinta, pastikan kita memilih cinta yang baik. Cinta yang mampu membuat kita semakin dekat dengan sang maha cinta. Biarkanlah cinta itu mengalir dengan sempurna secara perlahan, agar cinta itu juga bisa diterima dengan sempurna.

Dan satu hal yang mesti kita ingat, pastikan cara menyampaikan rasa cinta itu benar. Kepada orang yang benar dengan cara yang benar.
Jika kita belum mampu dan takut menyampaikan cinta, maka sampaikanlah melalui sebuah doa. Biarkan Allah yang menyimpan dan menyampaikan rasa cinta kita kepada seseorang yang tepat menurut Allah.
Wallahu 'alam

Minggu, 15 Mei 2016

Manfaatkanlah Waktu

Waktu itu terus berputar loh, dia tidak bisa datang kembali saat kita menyesali apa yang telah terjadi. Dia juga tidak bisa berhenti bergerak saat kita meminta dia untuk tidak pergi. Maka, pergunakan waktu sebaik mungkin. Manfaatkan waktu dengan hal-hal positif agar hidup kita bermakna.

Kelak, kita akan dimintai pertanggung jawaban atas waktu kita di dunia. Apa saja yang kita lakukan. Untuk apa waktu kita digunakan. Dan apa yang sudah kita berikan.

Maka, aturlah waktu dengan sebaik mungkin. Jangan sampai waktu kita terbuang dengan percuma karena kita terlalu sibuk dengan urusan dunia. Apalagi nongkrongin gadget untuk berfantasi di dunia maya. Melihat layar tipis dan menghabiskan waktu melihat dunia maya yang fana.

Cobalah sejenak tengok sajadah yang tersimpan rapih dalam lemari itu, sajadah yang terhampar di ruangan itu. Tidakkah kita ingin menghabiskan waktu dengan duduk disana, berdzikir dengan memuji Allah dan berdoa kepada Allah? Tidak kah kita ingin meluangkan waktu untuk bersujud dan berbisik kepada tanah namun tetap didengar oleh langit? Tidakkah kita ingin menghabiskan waktu bersama Allah? Bercerita dan memohon kepada Allah? Bukankah Allah akan selalu mendengar apa yang kita ucapkan? Bahkan sebuah keluhan?

Cobalah sejenak tengok kedua orang tua kita. Tak inginkah kamu menyempatkan dan menghabiskan waktu bersama mereka? Usia mereka kini tak lagi muda. Mungkin sekarang kamu dewasa, tapi dalam pandangan mereka kamu tetaplah seorang anak manja yang masih butuh perhatian orang tua. Maka, dekatilah mereka. Ajak lah mereka bercerita dan bercengkrama. Tak perlu kau berikan mereka harta. Bahkan sekedar cerita pun sudah membuat mereka bangga. Bahwa anak kecil yang dulu mereka jaga kini telah dewasa dan memiliki beragam cerita.

Cobalah sejenak tengok Al-Quran yang tersimpan rapih di antara tumpukan buku. Yang bahkan tertutup oleh benda-benda koleksi barumu? Tidak inginkah kau mendekati Allah dengan mempelajari dan memahami Al-Quran lebih dalam lagi? Tidak kah kau ingin mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan mu selama ini? Bukan kah keresahan dan masalah yang kau hadapi itu ada dalam Al-quran ? Jika hatimu resah. Maka bacalah meskipun hanya beberapa ayat saja. Agar kau paham, bahwa ketenangan itu bisa didapat saat kita mendekati Allah.

Cobalah tengok sejenak pemandangan diluar sana. Tak inginkah kau menikmati betapa besarnya, betapa Agung nya Allah atas penciptaan langit dan bumi? Betapa hebatnya Allah karena telah mengukir alam ini begitu indah? Tak ingin kah kita menikmati pemandangan Alam yang sudah Allah sediakan untuk kita?

Cobalah tengok sejenak teman-teman mu dan saudara-saudara mu yang sedang duduk dihadapanmu. Bukankah silaturahmi itu yang membuat persaudaraan semakin erat? Bukankah kebersamaan merupakan salah satu kebutuhan sosial manusia? Bukankah manusia tidak bisa hidup sendiri? Bukan kah manusia selalu membutuhkan orang lain ?

Maka, berfikirlah sejenak untuk berhenti menghabiskan waktumu di depan gadget. Berhentilah sejenak menghabiskan waktumu memainkah gadget. Cobalah luangkan waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Luangkanlah waktu untuk menikmati waktu di dunia dengan mendekati Allah. Luangkanlah waktu untuk selalu berdoa kepada Allah, karena kita adalah mahluk yang tak berdaya tanpa pertolongan dari-Nya.

Maka, luangkanlah waktu untuk bersama kedua orang tua kita. Luangkanlah waktu untuk membahagiakan mereka. Deretan kata terimakasih dan sayang kita yang kita ucapkan langsug kepada mereka ketika kita datang, mencium tangan mereka dan memeluk mereka akan lebih berarti dari pada deretan ucapan sayang dan terimakasih yang kita kirim melalui sebuah pesan dalam gaget. Dulu mereka selalu ada untuk kita. Maka, pastikan kita juga akan selalu ada untuk mereka.

Maka, luangkanlah waktu untuk kita membaca Al-quran. Agar kita tenang. agar kita mampu menjawab semua keresahan dan masalah dalam hidup kita. Agar kita memahami bahwa janji Allah itu benar.

Maka luangkanlah waktu untuk menikmati pemandangan alam yang sudah Allah sediakan untuk kita. Bukan hanya menikmati pemandangan melalui sebuah gadget saja. Tapi pemandangan nyata ukiran yang luar biasa dari sang maha pencipta.

Maka luangkanlah waktu untuk menikmati kebersamaan kita bersama saudara dan teman-teman kita. Bukankah kebahagian sebenarnya adalah kebahagiaan ketika kita berkumpul bersama dan bercerita. Bukan kebahagiaan yang di dapat dari dunia maya yang sementara dan penuh dengan dusta.

Simpanlah gadgetmu, luangkalah waktu dan nimati waktumu bersama Allah. Bersama orang tua. Menikmati pemandangan, memahani Al-Quran, dan bercengkrana bersama keluarga dan teman-teman. ☺😊

Selasa, 10 Mei 2016

Pernakah kita Seperti ini?

Pernahkah menangis tanpa satu sebab yang pasti? Pernahkah kita merasa hidup sendiri di tengah keramaian? Pernahkah kita merasa menjadi orang yang paling menderita? Pernah kah kita merasa orang yang paling tidak beruntung?
Jika iya, mari kita lihat apa penyebabnya.

Menangis tanpa satu alasan yang pasti? Iya pernah, tiba-tiba pengen nangis. Padahal penyebabnya masalah sepele. Bahkan terkadang tidak tahu kenapa tiba-tiba saja air mata ini keluar. Menangis sejadi-jadinya entah kenapa dan apa penyebabnya juga tidak tahu. Tapi tiba-tiba ketika pikiran sudah tenang barulah diketahui apa penyebab tangisan itu. Mungkin karena hati kita sudah jauh dari Allah. Mungkin kita terlalu sibuk dengan urusan dunia. Bukan kah pada hakikatnya ketika manusia sedang dirundung duka ataupun dihadapkan pada sebuah masalah dia akan kembali kepada sang pencipta? Bukan kah ketika kita bingung harus kemana dan harus apa? Kita akan kembali kepada Allah? Ya, ketika anda ataupun kita menangis tanpa sebab. Bisa jadi karena Allah mengiginkan kita untuk mendekat dan kembali lagi berdoa dan berharap hanya kepadaNya. Allah menginginkan kita lebih dekat denganNya. Karena hanya dengan mengingat Allah hati kita akan menjadi tenang.

Pernahkah merasa hidup sendiri di tengah keramaian? Jika jawabannya iya, coba cek lagi, apa penyebabnya kita merasa hidup sendiri padahal kita berada di dalam keramaian. Apa yang hendak kita cari sebenarnya. Coba tanya kan kembali ke hatinya. Mungkinkah hatinya bermasalah? Bisa jadi karena hati ini terlalu disibukkan dengan dunia hingga kita lupa kepada Allah ta'ala, sehingga ditempat seramai apapun kita, kita masih saja merasa kesepian. Karena hati kita kosong. Hati kita kosong dari cinta Allah. Jadi, kalo itu penyebabnya. Dekati Allah. Penuhi hati ini dengan rasa cinta kepada Allah. Ketika hati kita penuh oleh rasa cinta kepada Allah, maka jika Allah mencintai kita, seluruh dunia juga akan mencintai kita.
Di tempat sepi sekalipun, ketika hati kita sudah terisi dengan rasa cinta kepada Allah, kita akan merasa aman, damai dan bahagia.
Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian". (QS. Alu Imron: 31).

Pernahkah merasa menjadi orang paling menderita dan menjadi orang yang tidak beruntung?
Jika pernah merasakan hal ini? Dalam hal apa kita merasakannya?
Biasanya kebanyakan orang akan menjawab dalam hal ekonomi, karir, keluarga dan percintaan.
Ada beberapa orang yang merasa dirinya begitu menderita ketika dia tidak bisa memenuhi keinginannya. Dia tidak bisa mewujudkan keinginannya. Dia tidak bisa seperti teman-teman yang lainnya. Kalau dibandingkan dengan seseorang yang lebih dari kita. Sudah pasti tidak akan pernah puas. Ketika kita merasa menjadi orang yang paling menderita, lihatlah dari sisi mana kita merasa menderita? Jangan bandingkan dengan sesuatu yg lebih dari apa yang kita miliki. Tapi lihatlah mereka yang berada di bawah kita yang mampu menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Kenapa mereka bisa? Karena mereka menerima dan bersyukur meskipun yang mereka dapatkan itu sedikit.

Kita merasa tidak beruntung? Pernahkah terfikir dalam diri kita, ketika kita mengatakan, " ih beruntung yah dia bisa kerja disana dengan gaji yang besar", " ih enak yah kerja disana", "wah dia beruntung sudah bisa pake mobil.", "wah dia enak bisa dapetin terus apa yang dia mau. Enak banget yah hidupnya."
Kenapa kita terus melihat orang lain? Kenapa kita terua sibuk mengatakan bahwa orang lain itu beruntung? Tak pernah kah kita berfikir bahwa bisa jadi kita jauh lebih beruntung dari pada mereka. Mungkin sebenarnya orang yang kita lihat beruntung dalam pandangan kita adalah orang yang justru menginginkan posisi kita? Orang yang justru malah tidak mau dan tidak suka dengan keadaannya sekarang. Orang yang justru merasa terbebani dengan apa yang  dia dapatkan. Kita tidak akan pernah tau apa yang sebenarnya mereka rasakan.
Tapi mereka sepertinya menikmati? Beruntung yah.
Mereka menikmati itu karena mereka tidak banyak mengeluh. Mereka tidak banyak membanding-bandingkan. Maka mereka jauh lebih bahagia, jauh lebih tenang dengan kehidupannya yang mereka dapat sekarang.

Apalagi yang hendak kita cari sebenarnya? Ketika kita merasa sendiri datanglah kepada Allah, bukankah Allah berfirman "jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersamamu."
Bersyukurlah, maka Allah akan menambahkan nikmatNya padamu.

Minggu, 08 Mei 2016

Hobi Baca Buku? Siapa Takut.

Ada yang bertanya, sejak kapan suka baca buku? Ko bisa sih suka baca? Gk bosen emang? Apa sih asiknya?

Sejak kapan? Sejak saya menutuskan untuk mengisi waktu dengan hal-hal yang menyenangkan, positif, dan membaca buku. Kenapa harus buku? Karena buku selain memberi pengetahuan juga memberikan hiburan dan membuat kita berimajinasi dan bermimpi. Bahkan tak jarang, untuk saya pribadi, membaca buku membuat saya memiliki angan-angan dan cita-cita.
Kenapa buku? Karena cuma buku yang bisa mengisi sela-sela diwaktu luang saat saya bekerja.

Bosen? Kadang sih. Namanya juga hidup pasti ada bosennya. Kerja aja kadang ada bosennya. Apalagi baca buku yang tebel, terus gak ada gambarnya. Udah pasti bosen. Tapi ya, di selang seling aja. Bosen baca novel, coba baca buku tentang biografi seseorang yang hidupnya sudah sukses. Bosen baca itu, coba lagi perdalam ilmu agamanya. Lama-kelamaan Malah bikin ketagihan. Namanya kalo udah suka kalo udah cinta ya sesibuk apapun pasti meluangkan waktu untuk baca. Bahkan kadang suka kalap kalo pergi ke toko buku.

Percaya deh baca buku itu bisa membawa kita pada satu suasana yang memang asyik. Banyak yang bilang saya lebay. Mungkin karena setiap baca buku selalu dihayati dan di dramatisir kali yah. Hehehehehe

Apa saja yang suka dibaca? Banyak, ada novel, buku motivasi, pengembangan diri dan tentang ilmu agama. Baru sedikit sekali memang buku yang saya baca. Karena saya juga baru mencoba mencintai dan suka dengan membaca.
Jadi buat kalian yang mau terbiasa membaca, membaca itu harus dipaksakan. Awal sih memang susah mencoba, tapi percaya deh, lama-kelamaan itu akan jadi kebiasaan. Dan jadi cinta beneran. Ayooo budayakan membaca. Biar nanti gak galau galau di facebook, biar nanti gak mudah ngeluh di status, biar nanti gak marah-marah sambil nyindir-nyindir lagi. Biar nanti gak panik kaya orang yang kurang piknik. #eh 😊😀😀✌

Sabtu, 07 Mei 2016

Hikmah di Balik Kisah

Mau share pengalaman pribadi.
Bahwa selalu ada hikmah dibalik setiap kisah.
Jadi ceritanya begini....

Dulu, saya sempat mengikuti ujian CPNS di kabupaten Tasikmalaya. Saya memilih Tasikmalaya karena kuota yang tersedia cukup banyak (4 orang) untuk posisi bidan. Setelah semua berkas dan persyaratan saya penuhi. Alhamdulillah Saya lolos administrasi dan mendapatkan kartu untuk ujian. Disana juga sudah tertera waktu dan tempat pelaksanaan ujian.

Sehari sebelumnya, saya diantar oleh kedua orang tua saya untuk survey lokasi. Syukurlah lokasi itu tidak terlalu jauh dengan rumah nenek. Hanya sekitar 30 menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi ujian .
Berangkatlah saya ke tasik dengan membawa segudang harapan dalam mewujudkan cita-cita saya.

Beberapa minggu sebelumnya, saya memang giat belajar. Saya membeli beberapa buku tips dan trik ujian CPNS. Di sela-sela waktu kerja, saya luangkan waktu untuk belajar. Alhamdulillah beberapa contoh soal yang diberikan bisa diselesaikan dengan mudah.

Hari yang ditunggu-tunggupun tiba. Saya mengikuti ujian. Ujian CPNS kali ini memang jauh lebih mudah dibandingkan dengan ujian PTT atau yang lainnya, masih tetap bermain dengan waktu. Hanya saja ujiannya dengan menggunakan metode komputer atau online. Yang sangat memudahkan peserta. Karena kami tidak harus menghitamkan jawaban pada lembar kertas yang disediakan. Kemungkinan kasus sogok pun sangat kecil. Karena setiap jawaban yang kita pilih akan langsung terkirim ke data pusat dan ketika sudah selesai, nilai dari pertanyaan yang sudah kita jawab akan otomatis muncul di layar.

Saat menjawab pertanyaan yang diberikan. Saya tidak menemukan hambatan yang begitu berat. Meskipun ada beberapa pertanyaan yang tak bisa saya jawab khususnya sejarah dan matematika. Saya mencoba terus berusaha. Sampai akhirnya waktu habis dan pertanyaan selesai saya jawab semua. ( jawabannya ada juga yang ngarang sih. Tebak-tebak berhadiah 😀😊😄).

Setelah selesai menjawab. Benar saja, nilai dari jawaban langsung keluar. Lumayan. Nilai yang saya dapatkan cukup tinggi (persisnya berapa saya lupa). Kemudian salah seorang pengawas di belakang saya berkata. " Wah selamat yah, nilainya cukup besar. Semoga Anda bisa lulus." aamiin, saya tersenyum dan mengangguk sebagai tanda terimakasih saya kepada pengawas itu.

Jujur saja, saya masih tidak percaya dengan nilai yang saya peroleh. Karena memang cukup tinggi. Ditambah lagi pengawas bilang kalau nilai saya tinggi. Makin senang lah saya mendengarnya, dan yakin saya bisa lolos tes. Di depan tempat saya ujian ada layar yang terpasang,  memberitahukan pengumuman hasil dan nilai dari seluruh peserta yang ikut ujian saat itu. Kurang lebih ada sekitar 500 peserta di hari itu. Mereka yang ikut ujian terdiri dari dokter umum, bidan, perawat, analis dan dokter gigi.

Semua urutan dari mulai rangking pertama hingga terakhir muncul dilayar besar itu, semua diklasifikasikan berdasarkan jurusan yang dipilih.

Munculah klasifikasi untuk bidan. Dan...di urutan ketiga tertera nama saya. Dengan skor yang memang Alhamdulillah cukup tinggi. Beda 3 poin dengan urutan kedua. Saya mengucapkan syukur dalam hati. Alhamdulillah. Keyakinan saya untuk bisa menjadi seorang PNS mungkin akan terwujud. Tapi nilai itu memang belum memastikan saya lolos. Karena masih ada kloter 3 yang belum ikut ujian.

Saat saya memberitahukan kabar gembira ini kepada kedua orang tua saya. Mereka tersenyum bahagia. Dan mendoakan semoga saya bisa lolos. Bahagia, senang dan terharu. Sejak saat itu saya mulai berandai-andai jika memang saya lolos dan menjadi seorang PNS, saya harus mulai memikirkan dimana saya akan tinggal dan sudah pasti akan jauh dari orang tua. Berat memang harus jauh dari mereka. Tapi tak apa, jika memang ini adalah harga yang harus dibayar untuk mewujudkan cita-cita, saya rela.

Akhirnya setelah menunggu beberapa minggu. Pengumuman hasil tes CPNS dikeluarkan oleh situs resmi dari Pemkab. Beberapa kali buka webnya sempet eror dan tidak bisa dibuka. Mungkin karena banyaknya yang membuka website tersebut. Saya terus mencoba dan mencoba hingga akhirnya keluarlah hasil tesnya. Sebelum melihat urutan peserta yang lolos ujian. Saya sudah harap-harap cemas, kahwatir saya tidak lolos. Dan ternyata saya benar. Saya tidak lolos ujian CPNS. Saya berada di urutan ke-5, sedangkan yang dibutuhkan adalah 4 orang. Dan yang paling membuat saya nyesek, poin saya dengan poin peserta urutan ke-4 hanya beda 3 poin. Sangat tipis memang. Tapi tetap saja saya tidak lolos.

Seketika harapan dan cita-cita saya seolah hancur lebur. Kecewa, sedih dan sakit hati. Mungkin saya terlalu berharap besar dan terlalu tinggi angan-angannya. Saya selalu bertanya-tanya, kenapa saya tidak lulus. Padahal saat itu nilai saya tinggi. Kenapa dan kenapa? Hingga muncullah beberapa pikiran negatif dalam diri saya. Mungkin mereka dapat bocoran saat ujian, mungkin mereka curang. Atau apapun itu. Tapi saya mencoba mengendalikan diri. Mengendalikan pikiran. Ini semua sudah takdir Allah, tak akan mungkin dirubah. Dan mana mungkin curang? Sementara ujian dilakukan secara online. Satu-satunya yang harus saya lakukan adalah saya ikhlas menerima kenyataan bahwa memang rezeki saya bukan disana. Sekarang saya teringat satu kutipan dari seorang motivator dunia Dr. Ibrahim Elfiky yang mengatakan:
Kadangkala Allah menutup pintu yang ada di depan kita, tapi Dia membuka pintu lain yang lebih baik. Namun, kebanyakan manusia menyia-nyiakan waktu, konsentrasi, dan tenaga untuk memandang pintu yang tertutup daripada menyambut pintu impian yang terbuka dihadapannya.

Yah, kadang kita terlalu fokus pada satu pintu. Padahal sejatinya Allah sudah membuka pintu lain untuk kita masuk ke dalamnya. Untuk mendapatkan rezeki dari pintu yang lain. Untuk mencari pengalaman dari pintu -pintu yang sudah terbuka.

Banyak hikmah yang bisa saya petik dari kejadian ini. Karena ternyata saya bisa bekerja ditempat yang lebih dekat dengan rumah. Saya bisa menghabiskan waktu bersama kedua orang tua dan keluarga lebih banyak. Saya bisa membantu mereka dirumah. Saya bisa lebih dekat dengan tetangga dan saya masih bisa berkumpul dengan sahabat-sahabat saya.

Sekarang saya sadar, bahwa bahagia itu tidak selalu soal harta, bahwa bahagia itu tak selalu mendapatkan puji dan puja, bahwa bahagia itu tidak selalu mendapatkan gelar dan tahta. Tapi bahagia itu adalah ketika kita mampu menerima kenyataan dan mensyukuri apa yang sudah Allah beri.

Selasa, 26 April 2016

Mau Sampai Kapan Terus mengeluh?

Adik: Ka, aku cape kuliah gini-gini terus. Mendingan kaya temen aku. Mereka bisnis. Dapet uang, dan tidak usah memikirkan tugas-tugas kuliah.

Kakak: kenapa? Kamu nyerah dengan kuliah kamu?

Adik: bukan nyerah ka, tapi ini tuh bukan passion aku kak. Hati kecil aku tuh seolah berontak. Sepertinya aku mau menempuh jalan bisnis.

Kakak: oke, kalau itu maumu. Pastikan kamu melakukan ini karena memang kamu yang menginginkannya. Bukan karena mengikuti hawa nafsu.

Setelah dapat ijin dari sang kakak, sang adik memutuskan untuk memulai bisnis. Dia meminjam sejumlah uang kepada kakaknya untuk memulai bisnis online. Ternyata bisnis yang dia jalankan tidak sesuai dengan yang ia harapkan. Beberapa kali ia kena tipu dan gagal transaksi karena tidak bersabar. Lama-lama, ia mulai bosan. Dan kembali mengeluh kepada sang kakak

Adik: kak bisnis itu ternyata tidak mudah. Ribet, belum lagi kemarin ada yang menipu. Aku gak mau bisnis. Aku maunya kerja aja sama orang lain. Sepertinya kalo kerja sama orang lain enak. Tidak perlu repot-repot menunggu transfer. Tiap bulan dapat gaji.

Kakak: ini pilihan kamu. Silahkan pilih apa yang kamu mau. Dan pastikan ini memang kemauan. Bukan karena hanya bosan.

Akhirnya sang adik mengakhiri bisnis online nya. Dia memutuskan untuk mulai bekerja. Dia diterima bekerja di sebuah perusahaan. Ternyata apa yang dia bayangkan tidaklah sesuai harapan. Saat bekerja, dia mengalami beberapa kesalahan. Sehingga beberapa kali mendapatkan teguran dari atasan. Sebagai junior dia juga harus rela mengerjakan apa yang disuruh oleh seniornya.

Diperlakukan seperti itu oleh orang lain, membuat dia jengah dan memutuskan untuk keluar kerja. Dia kembali mengadu kepada sang kakak

Adik: kak, aku keluar kerja. Ternyata kerja itu gak enak. Banyak di bentak, banyak di suruh-suruh. Udah gitu cape. Dapet uangnya juga 1 bulan sekali.

Mendengar keluhannya, sang kakak hanya tersenyum. Sang adik akhirnya memutuskan untuk istirahat dan diam di rumah. Karena ingin menikmati hidupnya. Dengan santai, sang kakak mendukung apa yang adiknya mau. Tak lama berselang, sang adik kembali mengeluh. Dia mengatakan bahwa dia bosan berada di rumah. Dia kesal karena dia tidak bisa berbuat apa-apa. Belum lagi dia tidak memiliki uang. Sehingga dia tidak bisa membeli apa yang dia mau.
Mendengar semua keluhannya, sang kakak tersenyum dan merangkulnya membawa dia keluar rumah.

Kakak: dengarkan aku baik-baik dik, kakak sudah mengabulkan apa yang kamu mau. Sekarang apalagi mau mu?

Adik: adik mau sukses, mau banyak uang tapi gak mau cape.

Kakak: Dengarkan kakak baik-baik. Sukses itu membutuhkan proses. Kamu tahu semua orang sukses itu tidak lahir dari bermalas-malasan dan hanya berdiam diri. Sukses itu diperoleh dari bekerja keras, bersabar, berdoa juga tawakal. Kamu tahu salah satu trik agar kamu bisa sukses? awali, jalani, nikmati dan syukuri. Orang -orang sukses adalah orang-orang yang kuat dan tidak mudah mengeluh.
Kamu sadar, sebenarnya yang membuat kamu terasa berat menjalani semua itu karena kamu tidak bersabar dan mudah mengeluh.
Apapun pekerjaan kamu, apapun yang kamu kerjakan, jika hanya disikapi dengan keluhan maka itu semua akan terasa berat. Padahal bisa kita lihat orang lain begitu santai mengerjakan tugasnya. Itu karena mereka mampu menjalakannya dengan hati, bukan dengan emosi. Mereka tidak hanya sekedar mengharapkan pundi-pundi rupiah, tapi mereka melakukan itu karena niat ibadah.
Dik, dunia adalah tempat untuk berlelah-lelah bekerja. Maksimalkanlah potensi yang kamu miliki. Jangan mudah putus asa. Jika kamu mengalami kegagalan, itu wajar, jika kamu merasa ditindas saat kamu bekerja nikmati saja dulu. Mungkin itu baru awal. Mugkin itu juga baru perkenalan. Bersabarlah, tenanglah dik. Segala sesuatu itu butuh proses. Jangan langsung kamu mengatakan saya bosan. Lantas kemudian menyerah. Tidak seperti itu. Jika kamu ingin menjadi orang sukses, jalani apa yang sudah ada di depan mata dan hadapi. Kelak, kamu akan tau apa sebenarnya cita-cita kamu jika kamu mampu menggunakan hati nurani kamu saat mengambil keputusan.
Jangan mudah memutuskan ini bukan passion aku, aku bosan, pekerjaan ini begitu berat, aku tidak mau lelah. Hindari. Hindari semua perasaan itu. Jika kamu mau sukses. hadapi, lawan semua rasa takut itu, jalani meskipun itu sulit. Ingatlah, puncak gunung akan bisa kita nikmati setelah kita mampu mendaki dan melewati jalanan yang cukup terjal.

Senin, 25 April 2016

Apa yang hendak dicari?

Kadang hati ini merasa iri. Padahal apa yang diinginkan sudah Engkau beri

Kadang hati ini merasa iri. Apa karena tidak mensyukuri apa yang telah Kau beri?

Kadang hati ini merasa sepi. Apakah karena kosongnya hati?

Kadang diri ini merasa rendah hati, pahadal sebenarnya ingin dipuji

Kadang diri ini merasa sempurna, padahal sebenarnya kami bergelimang dosa.

Kadang diri ini merasa suci, padahal sering melakukan hal tidak terpuji.

Kadang diri ini merasa hebat, padahal banyak berbuat maksiat

Kadang diri ini merasa terpuji, padahal mulut masih saja memaki dan mencaci

Kadang diri merasa suci, padahal sering kali membohongi diri sendiri.

Kadang diri ini merasa baik. Padahal hati ini sebenarnya picik.

Kadang hati ini merasa alim, padahal tak jarang kami selalu dzolim.

Kadang hati ini merasa tenang, padahal sebanrnya air mata kami selalu menggenang.

Kadang diri ini merasa bijak, padahal hati ini menolak.

Kadang diri ini merasa begitu mencintai Engkau yang maha kuasa, padahal tak jarang kami banyak berdusta.

Kadang diri ini mengatakan bahagia, padahal sebenarnya merasa menderita.

Kadang diri ini merasa menjadi hamba-Mu yang sholeh, padahal sebenarnya sering kali diri ini berbuat salah.

Kadang diri ini merasa paling bijak. Padahal sebenarnya hati kami terus menolak.

Kadang diri ini merasa paling pintar, padahal sebenarnya diri inilah yang serig melanggar.

Kadang diri ini merasa paling hebat. Padahal kami tidak bisa memberi banyak manfaat untuk umat.

Kadang hati ini merasa sedih. Padahal Engkau berkata "Jangan Bersedih, Allah bersamamu"

Apa sebenarnya yang hendak hati ini cari? Apa sebenarnya yang hendak hati ini inginkan?
Apa kami terlalu sibuk mencari hingga lupa mensyukuri?
Apa kami terlalu sibuk dengan kehidupan? Sehingga kami tidak pernah mendapatkan ketenangan?

Minggu, 24 April 2016

Menghadapi Keluhan dan si "Pengeluh"

Mengeluh memang sudah menjadi sifat manusia pada umumnya. Namun jika terus-terusan mengeluh, hati-hati nanti jadi karakter dan watak. Itu bahaya!! Lantas bagaimana caranya menghadapi keluhan? Syukuri apa yang sudah Allah beri dan tidak membandig-bandingkannya dengan apa yang orang lain miliki.

Ketika kita mampu bersyukur atas apa yang sudah Allah beri. Maka hati kita sudah cukup dengan apa yang Allah beri. Tidak membanding-bandingkan bertujuan agar kita tidak selalu melihat ke atas. Karena, jika membanding-bandingkan maka kita akan membandingkannya dengan yang lebih dari pada kita dan itu tidak akan ada habisnya.

Bagaimana menghadapi si "pengeluh"? untuk menghadapi orang ini, pastikan kita memiliki hati yang bersih dan lebih siap menerima keluhan. Secara psikologis, ketika seseorang mengeluh dan keluhannya di respon dengan negatif, seolah (mendukung si "pengeluh"). Maka si "pengeluh" ini biasanya lebih termotivasi untuk kembali mengeluh dan menambah keluhannya. Bukan menyelesaikan masalah. Tapi, malah menambah keluhan dan masalahnya. Yang lebih bahaya justru ketika dia merasa mendapatkan dukungan atas keluhannya sehingga dia menebar keluhannya di media sosial.

Pesan penting untuk kita. Ketika kita ingin mengeluh, pastikan kita menempatkan keluhan kita di tempat yang tepat. Agar keluhan kita terjaga rapat, sehingga kita tidak mudah mengumpat dan tetap mampu menjaga diri secara terhormat. Dimana tempat yang tepat itu? Apalagi kalau bukan Allah. Allah lah sebaik-baik penjaga rahasia dan Allah lah sebaik-baik penolong.

"Tapi aku ingin curhat kepada manusia? Boleh tidak?" Boleh-boleh saja. Sah-sah saja, karena sejatinya ketika kita menumpahkan masalah (curhat) kepada seseorang, bukan semata-mata karena ingin mendapatkan solusi atau motivasi. Tapi lebih ke ketenangan diri karena beban dihati sudah mulai berkurang.

Ketika akan curhat dan menumpahkan semua keluhan kita. Pilihlah seseorang yang di rasa tepat dan mampu menjaga rahasiamu rapat-rapat. Curhatlah kepada seseorang yang mampu memberimu nasihat agar kamu tetap bersemangat. Pilihlah seseorang yang mampu memberimu motivasi agar kamu bisa kembali berseri. Pilihlah seseorang yang mampu mengingatkanmu untuk selalu tetap sabar, agar hatimu tetap tenang. Pilihlah seorang yang mampu mengingatkanmu untuk tetap ikhlas agar kamu tetap bisa tersenyum.

Secara normal. Ketika manusia mengeluh, kemudian tidak ada faktor yang mendukung keluhannya. Maka dia akan bosan, kemudian tidak akan lagi menambah keluhannya. Ketika dia juga mengeluh kepada seseorang yang sama sekali tidak mendukung keluhannya, dia akan diam dan tidak banyak mengeluh lagi. Bukan karena berhasil telah diberi motivasi atau kata-kata mutiara. Tapi secara psikologis, ketika sesuatu itu tidak di respon dengan baik oleh lawan bicara, akan membuat dia mengurungkan kembali niatnya untuk terus berbicara karena tidak ada yang mendukug untuk melanjutkan pembicaraannya.

Untuk kita yang mendapatkan keluhan atau curhatan dari seseorang, berhati-hatilah. Jangan mudah mendukung keluhannya dengan kata-kata kita yang negatif. Karena itu akan direkam oleh dia. Dan membuat dia semakin yakin untuk tetap mempertahankan keluhannya.
Jika kita mendapatkan keluhan dari seseorang. Berikan dia semangat, berikan dia nasihat. Jika tak mampu memberi nasihat. Maka "diam" jauh lebih bermanfaat.

Berhati-hatilah dalam berucap. Pastikan kita hanya akan memberikan si "pengeluh" dengan kata-kata positif yang bisa membangkitkan semangatnya kembali, yang bisa membuat dia tetap merasa "hidup". Yang membuat dia tidak menyerah dengan keluhannya, yang membuat dia kembali bersemangat untuk bangkit dan menjalani hidupnya kembali dengan semangat dan harapan baru.

Meskipun dia tidak mendapatkan solusi dari kita, maka saya yakin setelah dia bercerita bebannya akan berkurang. Jika tak mampu menjadi pemberi nasehat yang baik. Maka, jadilah pendengar yang baik.

Sabtu, 23 April 2016

Hidup itu Harus Punya Tujuan

Hidup itu harus punya tujuan. Kalau tidak punya tujuan, ya untuk apa kita hidup.
Kalo lempeng-lempeng aja kita itu manusia bukan kayu, bukan pula kereta api yang jalannya lurus terus.

Hidup itu harus punya tujuan. Agar kita bisa semangat menjalaninya. Berusaha dan bekerja mewujudkan mimpi dan cita-cita. Agar kita bisa memaksimalkan waktu kita di dunia dengan ibadah dan menebar kebaikan.

Hidup itu harus punya tujuan. Jangan ada kata jalani hidup itu apa adanya. Buat apa? Hidup apa adanya? Emang kita mau makan apa adanya cuma sama sambel doang? Padahal ada ayam ada ikan ada telor ada daging. Kenapa mesti apa adanya jika kita bisa mendapatkan sesuatu yang lebih jika kita mau berusaha?

Hidup itu harus punya tujuan. Jangan pake prinsip jalani hidup seperti air mengalir. Tahukan Anda air akan mengalir kemana? Ke tempat yang paling rendah. Tidak ada air yang mengalir ke tempat yang lebih tinggi. Ya ibarat hidup, kalau kita mau meninggikan derajat ya hidup harus punya tujuan. Apa yang mau kita capai? Apa yang mau kita wujudkan, apa target pencapaian hidup, dan mau seperti apa hidup kita. Terus berjuang, berdoa, berusaha dan jangan menyerah.

Hidup itu harus punya tujuan. Karena hidup itu akan berakhir. Skripsi saja punya tujuan sebelum akhirnya bahas penutupan. Masa hidup kita enggak ada tujuan.
Kecuali kalo Anda menganggap hidup ini sinetron, yang tiada akhir dan terus bersambung kaya film india. #eh. Fokus fokus. 😊😁😀

Hidup itu harus punya tujuan. Agar terarah dan pasti apa yang akan kita lakukan. Sama seperti ketika kita mengendarai sebuah kendaraan. Kita harus memiliki tujuan kemana akan membawa kendaraan kita, jika tak punya tujuan. Apa yang akan kita lakukan? Mau terus berjalan-jalan dan berputar-putar gak jelas? Jika mau berhenti, berhenti dimana? Berhenti untuk jangka berapa lama? Untuk apa berhenti? Selanjutnya kita akan kemana? Mau sampai kapan terus menghamburkan dan menghabiskan waktu di jalnanan? Dan mengulur waktu untuk mendekati tujuan dan impian.

Sama seperti hidup, kalo kita tidak punya tujuan, mau apa hidup. Mau terus berputar-putar, bekerja, bekerja dan bekerja. Tapi hidup terasa tak bermakna? Mau berhenti? Berhenti dimana? Untuk apa? Mau sampe kapan? Mau ngabisin waktu hidup di dunia tanpa arti? Kita hanya hidup sekali dan tak akan mungkin kembali lagi. Jangan sia-siakan hidup hanya kita memegang prinsip jalani saja apa adanya, hidup itu harus mengalir seperti air. Rubah semua prinsip itu. Tentukan tujuan hidup hidup kita, mau seperti apa dan bagaimana? Mau jadi manusia bermanfaat atau dimanfaatkan? Mau jadi manusia penebar kebaikan atau yang sibuk dengan keluhan?

Ingatlah Rasul bersabda :" Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain". (HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahih.
Maka persiapakn diri Anda sebaik mungkin. Susun rencana dan tujuan hidup anda dan pastikan hidup anda bermanfaat untuk orang lain dan untuk diri anda sendiri, agar hidup anda berarti dan ketika mati mendapatkan ridho illahi .

Jumat, 22 April 2016

Jago Teori atau Praktek?

Mugkin tak jarang dari kita yang berkata, ah mending jago praktek dari pada teori. Namun ada juga orang yang selalu kekeh menggunakan teori dalam setiap aksinya. Tapi tak jarang juga kita temui orang yang jago prakteknya juga jago teorinya.
Berarti, ada 3 tipe orang yang akan kita bahas disini. Selamat menyimak :

1. Orang yang Jago Teori

Biasanya orang ini adalah orang yang hidupnya terpaku pada teori. Dia selalu menjadikan teori sebagai landasannya dalam melakukan tindakan. Segala sesuatu yang dia temukan selalu dia kaitkan dengan teori yang dia temukan.

Meskipun kadang kala dia menemukan hambatan saat hendak melakukan pekerjaan atau melakukan sesuatu karena perbedaan paham atau perbedaan pola fikir. Dia masih saja bersi keras dengan teori yang dia dapatkan. Sehingga tak jarang dia terkesan ingin menang sendiri dan tidak mau mendengarkan orang lain. 

Biasanya tipikal orang seperti ini menolak mentah-mentah pengetahuan yang didapat dari pengalaman atau teori dari orang lapangan, karena dia memegang teguh prinsipnya pada teori.

2. Orang yang Jago Praktek

Orang yang seperti ini adalah orang yang senang langsung praktek dan menciptakan teorinya sendiri berdasarkan pengalaman yang dia lakukan dan dia alami.

Dia cenderung senang mencoba-coba tanpa lihat teori terlebih dahulu. Biasnaya banyak teori dan pengalaman baru yang dia dapatkan saat mencoba. Orang seperti ini biasanya tidak terlalu peduli dengan teori. Mereka terkesan tidak percaya dengan teori yang ada. Karena lebih mengedepankan teori versi sendiri dari pengalaman yang dia dapatkan.

Tipikal orang seperti ini biasanya selalu bersitegang dengan orang-orang yang jago teori. Si jago praktek selalu kekeh dengan teori yang di dapatnya berdasarkan pengalaman. Sementara si teori kekeh dengan teorinya yang dia dapat dari buku.

3. Jago Teori dan Jago Praktek

Tipe orang yang terakhir adalah tipe orang yang memadukan ke duanya. Dia jago teori juga jago praktek. Orang seperti ini biasanya orang yang dengan senang hati menerima masukan dari orang-orang yang jago teori atau yang jago praktek.

Dia tidak mudah mengambil keputusan atau mengambil suatu tindakan. Ketika dia tidak tau harus melakukan apa, biasanya dia mencari teori untuk mendukung pekerjaan atau yang akan dia lakukan. Setelah dirasa mendukung dia melakukan sesuai dengan teorinya yang ada. Namun ketika ternyata teori tidak sesuai dengan kenyataannya dia memadukannya langsung dengan praktek. Sehingga dia bisa menemukan teori baru dari hasil prakteknya itu.

Tipikal orang seperti ini tidak saklek menolah mentah-mentah pendapat dari si jago teori atau si jago praktek. Biasanya dia mencerna pendapat dari kedua orang tersebut. Mana yang sekiranya bisa dia terima dan dia terapkan dia lakukan. Dia mendalami teori, namun dia juga melakukan praktek dengan baik.

Diantara kedua pendapat tersebut mana yang lebih baik? 
Yang lebih baik adalah yang mampu menggabungkan keduanya. Yang bisa menerima pendapat dan mempraktekan keduanya. Setiap pilihan ada kekuarangan dan kelebihannya. Tapi kekurangan bisa diminimalisir dan kelebihan bisa di tingkatkan.
Lets try to be better

Kamis, 21 April 2016

Si Positif dan si Negatif

Banyak orang yang beranggapan, saya miskin karena sudah suratan takdir. Dia sukses karena takdirnya begitu. Saya seperti ini memang sudah takdir. Mau bagaimana lagi. Namanya juga hidup jalani sajalah takdir yang ada.

Saya tekankan disini, ini sungguh persepsi yang salah. Ketika anda berfikir orang lain sukses karena takdir, atau orang lain kaya karena sudah takdir. Itu SALAH besar. Itu bukan takdir, tapi itu PILIHAN. Mereka yang memilih untuk sukses. Mereka melakukan berbagai usaha ketimbang berptus asa. Mereka memilih menentukan nasibnya sendiri dari pada pasrah dengan keadaan.

Yang membedakan itu semua adalah pola fikir. Bagaimana pola fikir positif dan negatif. Orang yang sukses, orang yang bisa meraih mimpi besarnya, adalah orang yang mampu memakai fikirannya dengan positif. Sementara orang yang berputus asa selalu memakai fikiran negatifnya. Mau tau seperti apa perbedaan si positif dan si negatif. Yuk kita simak:

Positif
Memandang masalah sebagai suatu kejadian untuk memberikan pelajaran
Negatif
Memandang masalah sebagai satu bencana yang tiada hentinya

Positif
Fokus mencari solusi saat masalah datang menimpa
Negatif
Fokus pada masalah dan tidak mau mencari solusi

Positif
Sibuk memperbaiki diri dan menata hati
Negatif
Sibuk mencela dan mengkritik orang lain

Positif
Sibuk mensyukuri apa yang Allah beri
Negatif
Sibuk mengeluh dan tidak mensyukuri apa yang Allah beri

Positif
Sibuk mengembangkan dan memaksimalkan potensi diri
Negatif
Menjalani hidup apa adanya dan tidak ingin berubah

Positif
Berprasangka baik pada takdir Allah
Negatif
Berprasangka buruk terhadap takdir Allah

Positif
Mudah memaafkan dan tidak menahan amarah
Negatif
Memendam rasa benci dan memendam amarah juga dendam

Positif
Mampu memanfaatkan waktu dengan baik dan mengisi waktu luang dengan hal-hal baik
Negatif
Mengisi waktu luang dengan hal yang tidak bermanfaat.Menghamburkan waktu untuk hal-hal negatif.

Positif
Ketika marah, mampu mengendalikan diri, diam dan tidak berkata-kata kasar
Negatif
Ketika marah, emosinya meluap-luap dan mengeluarkan kata-kata kasar

Positif
Menerima kritikan dan melakukan perubahan
Negatif
Menolak kritikan dan menolak perubahan

Positif
Tutur katanya lembut dan menenangkan
Negatif
Tutur katanya kasar dan membuat tersinggung

Positif
Sibuk mewujudkan mimpi dan cita-cita
Negatif
Sibuk berangan-angan tanpa wujud nyata

Positif
Memiliki tujuan hidup yang jelas
Negatif
Tidak memiliki tujuan dan memiliki prinsip jalani hidup apa adanya

Positif
Lebih banyak memberi dan menerima
Negatif
Lebih banyak meminta dan menuntut.

Jadi, Anda masuk ke dalam golongan yang mana? Jika Anda ingin merubah nasib Anda, maka rubahlah pola fikir Anda. Anda yang menentukan. Anda ingin menjadi seperti apa dan bagaimana. Mau menjadi baik? Apa menjadi buruk?
It is about your choise not a fate

Rabu, 20 April 2016

Jadilah pribadi yang Positif

Jadilah pribadi yang positif yang mampu memandang masalah dari sisi positif nya. Yang mampu mengambil hikmah dan pelajaran dari ujian dan masalah yang datang.

Jadilah pribadi positif, yang tidak mudah membenci ketika di hina dan dicaci, yang tidak mudah marah ketika dirundung masalah. Yang tidak mudah murka ketika dirundung duka. Yang tidak mudah berprasangka buruk saat kondisi sedang terupuruk.

Jadilah pribadi positif seperti nabi Muhammad. Karena beliau adalah manusia paling baik yang pernah ada dimuka bumi. Beliau lah sosok dan pribadi positif yang wajib menjadi panutan kita semua.

Beliau selalu menerapkan bagaimana memandang masalah, menghadapi ujian dan memilih dengan menggunakan pikiran yang positif. Saat beliau menghadapi masalah dan ujian yang Allah beri, beliau selalu mengambil hikmah dan menerimanya dengan penuh keikhlasan. Saat beliau di uji, beliau selalu yakin, bahwa ujian yang Allah beri adalah bentuk cinta dan kasih sayang yang telah Allah beri.

Beliau juga adalah sosok penyayang dan juga pemaaf. Beliau begitu menyayangi keluarga, sahabat bahkan orang yang pernah jahat sekalipun. Mungkin kalian pernah mendengar bagaimana nabi Muhammad memberi makan kepada seorang buta yang setiap harinya selalu menjelek-jelekkan nabi Muhammad dan selalu menghinanya. Tapi dengan kesabaran, beliau tetap berbaik hati dan tetap bersabar menghadapi orang ini.

Bahkan orang yang selalu menghina menghujat dan melempari nabi Muhammad saat hendak pergi solat juga, Nabi Muhammad masih berbuat baik. Ketika dia sakit, nabi Muhammad adalah orang yang pertama yang datang menengoknya. Disaat yang lain tidak peduli.

"Tapi mana mungkin kita bisa seperti nabi Muhammad, nabi Muhammad itu manusia sempurna, sementara kita adalah manusia biasa. Mana mungkin kita bisa sabar seperti beliau?"  bisa. Insha Allah kita bisa. Mungkin kita memang tidak bisa seperti nabi Muhammad. Tapi kita pasti bisa menjadi lebih baik dari diri kita sebelumnya. Kita bisa menjadi pribadi yang lebi sabar. Pribadi yang lebih tenang, pribadi yang senantiasa berfikir positif.

Jika kita bisa menjadi lebih baik, kenapa tak kita coba saja?

Selasa, 19 April 2016

Jangan Remehkan Mimpi

Kenapa kita meragukan mimpi orang lain, sementara dia yakin, dia bisa menggapainya.
Kenapa kita melarang orang lain bermimpi mengejar cita-citanya, sementara dia berjuang keras dan berusaha mewujudkannya.
Kenapa kita begitu sibuk mempermasalahkan mimpi orang lain, sementara dia bisa menyelesaikan masalahnya satu persatu.
Kenapa kita begitu sibuk mengatur mimpi orang lain. Sementara dia sibuk menata mimpinya
Kenapa kita mencibir mimpi orang lain, sementara bibirnya tak lelah berdoa agar mimpinya terwujud.
Kenapa kita mengecilkan mimpi besar orang lain, sementara dia berkeyakinan bahwa Allah itu maha besar.
Kenapa kita melarang orang lain bermimpi, sementara Allah berfirman " Bedoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu....."

Mimpi itu adalah anugrah yang Allah beri. semua orang memiliki mimpi dan cara mewujudkannya masing-masing. Mimpi itu datang dari hati setiap orang. Bukan karena mereka ingin dipuji lantas bermimpi. Bukan karena bosan dicaci lantas mereka bermimpi. Tapi mereka yang bermimpi yakin bahwa Allah itu maha besar dan maha memberi.

Lantas, kenapa kita begitu sibuk mempermasalahkan mimpi orang lain? Apakah kita iri? Atau jangan-jangan selama ini kita tidak punya mimpi?

Senin, 18 April 2016

"Penyalahgunaan" BPJS

Sebenarnya was-was ketika mau mengangkat tema ini. Karena khawatir menyinggung beberapa pihak. Tapi ini tidak bermaksud menyinggung atau mengkritik. Hanya sekedar sharing saja. Selamat menyimak. Baca sampai selesai yah.

Sejauh ini, banyak orang yang bisa merasakan manfaat dari BPJS. Karena memang sangat membantu. Namun sayang, tak jarang juga banyak orang yang "memanfaatkan" fasilitas ini. Tak jarang saya mendengar celetukan dari beberapa pasien ketika berobat mengatakan "mumpung BPJS nya aktif, saya mau berobat ah." salah seorang pasien datang dengan menyodorkan BPJS nya ke bagian pendaftaran.

Refleks saya bertanya "Apa keluhannya pak?", "Ehm.. Agak pilek dan mau minta vitamin aja." jawab pasien dengan penuh keraguan.
Saya sempat terdiam. Melihat gerak-gerik dan ekspresinya yang seakan ragu kalau dia memang benar-benar sakit.
Selang beberapa menit saya berfikir, dia kemudian berkata lagi "Mumpung saya kesini, ya sayang aja kalo BPJS nya gak dipake. Kan dibayar tiap bulan. Jadi saya pakai aja. Lumayan kan dapet vitamin juga." saya hanya bisa terdiam mendengar pernyataan bapak tadi.

Ada juga yang datang berobat bergerombol. Seperti biasa, saya bertanya "Siapa yang mau berobatnya bu?"
"Ini, si ade panas dari kemarin." ibunya menjawab singkat. Dan menyerahkan kartu BPJS nya. Tak lama dari itu, ayahnya juga menyerahkan kartu BPJS hendak berobat.
"Bapa juga sakit?" istrinya bertanya.
"Iya, sepertinya bapak agak batuk deh bu."

Agak! Saya garis bawahi disini AGAK. Berarti kasus ini sama dengan kasus pasien diatas. Dia sepertinya ragu kalo dia memang sakit. Masih banyak juga alasan-alasan yang kadang membuat saya hanya bisa menggelengkan kepala.  Dari sekian banyak yang berobat, alasannya hampir sama. Sayang BPJS nya sudah dibayar, masa tidak digunakan. Pegal dan linu tadi pagi. Bersin-bersin tadi malam, sedikit batuk, sudah berobat tapi tidak sembuh (padahal tepat kemarin dia berobat), hingga berobat dan ujung-ujungnya minta surat sakit! Ini yang lebih parah. Mereka hendak berobat dan ujungnya minta surat sakit.

Kadang miris mendengar alasan mereka. Memang itu hak pasien. Menggunakan BPJS kapan saja dan dengan alasan apapun. Saya hanya sedikit menyayangkan karena mereka begitu tergantung dengan obat. Mereka berkeyakinan bahwa obat adalah penyembuh mereka.

Yang disayangkan lagi, ada yang berpura-pura sakit agar tidak masuk kerja. Terus biar bisa mendapatkan vitamin. Itu hak. Kembali lagi saya katakan itu hak anda sebagai peserta BPJS. Tapi ingatlah, Rasulullah pernah bersabda " Jangan kalian pura-pura sakit sehingga benar-benar jatuh sakit." . Bahkan dalam sebuah buku yang pernah saya baca mengatakan bahwa "Jika Anda ingin sehat, perlakukan lah dirimu seperti orang sehat." Bahkan ketika sakitpun, jika memang ingin sembuh kita harus berkeyakinan dan memperlakukan diri kita seperti orang sehat.

Terus sekarang, kita tidak sakit dan berpura-pura menjadi orang sakit hanya untuk mendapatkan obat dan alasan sayang BPJS nya sudah dibayar. Perlu Anda ketahui, bahwa uang yang anda bayarkan bisa jadi sedekah silang. Bisa jadi uang yang anda bayarkan digunakan oleh pasien yang lebih membtuhkan. Contohnya untuk pasien yang operasi namun baru memakai BPJS. Jadi tidak ada kata rugi saat anda terus membayarkan uang untuk BPJS, karena uang yang anda bayar akan terus mengalir dan digunakan untuk mereka yang lebih membutuhkan. Anggap saja kita sedekah.

Untuk yang baru merasakan sedikit sakit, saya hanya ingin memberikan sugesti positif kepada anda. Jika memang anda baru pilek atau batuk cobalah untuk berfikir positif terlebih dahulu. Mungkin bisa jadi batuk atau pilek itu karena cuaca. Kalaupun memang masih pilek, coba banyak makan, coba banyak minum siapa tau kondisi tubuh kita sedang lelah. Yang perlu diingat. Tidak selamanya sakit harus di obat. Ada sakit yang bisa sembuh dengan sugesti, bahkan ada yang bisa sembuh dengan banyak istirahat.

"Itu hak saya dong, saya mau pake BPJS terserah saya. Saya yang bayar." iya. Saya tekankan lagi, itu adalah hak kalian hak anda sebagai peserta BPJS, bahkan kami sebagai tenaga kesehatan tidak akan mengalami kerugian hanya karena anda berobat setiap hari. Karena pasti akan diganti dengan peng-kleman yang kami serahkan kepada pihak BPJS.

Kami hanya menyayangkan jika anda selalu berfikir bahwa sakit sedikit atau rasa sakit itu harus selalu di obat. Kasihan ginjal dan hati anda yang harus mencerna berbagai macam zat kimia. Itu memang obat, tapi buatan manusia dan mengandung zat kimia, yang mungkin bisa juga menjadi racun. Bahkan jika berlebihan penggunaannya tetap saja tidak baik. Bayangkan jika dalam 1 bulan Anda harus mengkonsumsi banyak obat yang sebenarnya masih bisa ditangani tanpa obat. Mungkin efeknya tidak akan terlihat sekarang, tapi nanti. Bisa jadi ini investasi untuk masa tua nanti.

Terus jika berobat, bersabarlah. Tunggu obat bereaksi terlebih dahulu. Jangan terburu-buru, karena obat juga harus bereaksi dan memiliki proses. Saya suka sedih melihat orang yang tidak sabar saat berobat. Dia memutuskan untuk kembali berobat keesokan harinya, padahal baru sore kemarin berobat. Dia beralasan bahwa obatnya belum bereaksi dan tidak ada efeknya. Ketahuilah, obat juga memiliki perjalnan dan harus berproses.

Kuatkan sugesti anda, yakinkah diri Anda, bahwa ketika anda berobat itu adalah sebagai wujud ikhtiar anda untuk sembuh, jikapun anda sembuh bukan karena obat atau dokter. Tapi karena pertologan Allah semata. Selanjutnya,mari kita gunakan fasilitas BPJS dengan bijak. Kalaupun kita terus membayar dan tidak pernah menggunakan BPJS, anggap saja apa yang kita bayarkan sebagai sedekah untuk saudara-saudara kita yang lebih membutuhkan.
Tetap positif, tetap semangat 😊☺

Minggu, 17 April 2016

Ketika Diri Sendiri Menjadi Musuh yang Nyata

Tak mudah melawan rasa egois yang ada pada diri sendiri. Aristoteles berkata "persoalan saya menghadapi diri sendiri melebihi beratnya persoalan saya menghadapi mahluk apa pun", karena  Musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri.

Tak jarang kita juga takut. Takut pada diri sendiri. Kita menakutkan sesuatu yang sebenarnya kita ciptakan sendiri rasa takut itu. Kita merasa lemah, payah dan tak berdaya hanya karena kita sendiri yang meyakininya bahwa kita memang seperti itu.

Kadang begitu mudah kita memberikan saran kepada orang lain, tapi begitu sulit memberikan saran untuk diri sendiri.

Kadang kita terlihat begitu bijak kepada orang lain, tapi tidak bisa bijak menghadapi diri sendiri.

Kita begitu mudah memberikan solusi untuk masalah orang lain, tapi begitu sulit memberikan solusi untuk masalah sendiri.

Kita begitu mudah mengatakan kepada orang lain untuk bersabar, tapi kita sendiri tak mampu melakukannya.

Kita menempuk bahu orang lain dan mengatakan ayo bangkit. Padahal kita juga sebenarnya rapuh dan ingin menyerah.

Kita berkata kepada mereka untuk tetap yakin, padahal kita sendiri yang paliing ragu.

Kita berkata kepada orang lain jangan pernah membenci, tapi kadang kita munafik karena kita juga mebenci. Bahkan membenci diri sendiri.

Kita berkata kepada orang lain untuk tetap tenang saat menghadapi masalah, padahal kita sendiri tak karuan saat masalah itu datang.

Kita berkata kepada orang lain, tersenyumlah saat masalah itu datang. Padahal kita menangis tersedu menghadapi masalah yang datang.

Kita berkata kepada orang lain. Berdoalah kepada Allah, dan bertawakal agar Allah menolong kita, padahal saat berdoa kita begitu serakah. Kita begitu memaksa menuntut Allah bahkan tak jarang kita tidak bisa menerima semua takdir Allah.

Kita berkata kepada orang lain tetap bersemangat menghadapi masalah. Padahal kita sudah melambaikan tangan untuk menyerah.

Kenapa kita begitu egois. Egois kepada diri sendiri. Tak jarang kita bahkan tidak mau memaafkan diri sendiri. Kita terus menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi. Kita seolah tak mampu menerima semua kenyataan yang telah terjadi. Kita tidak mau berubah. Kita masih saja menyakini bahwa inilah aku. Inilah aku apa adanya. Berubah bukan untuk menjadi orang lain. Tapi berubah untuk menjadi lebih baik dari diri kita sebelumnya.

Berdamailah dengan diri sendiri. Maafkanlah dirimu. Terima semua kesalahan yang telah terjadi untuk diperbaiki. Karena kebahagian itu datang dari dalam hati. Dia akan datang ketika hati kita memang sudah siap dan bahagia menjadi diri sendiri.

Rabu, 13 April 2016

Seberapa Berat Masalah Kita?

Ada seorang pemuda yang melamun di depan danau. Wajahnya tertunduk lesu. Raut mukanya masam. Sepertinya masalah berat sedang Ia hadapi saat ini. Sang kakek yang melihat pemuda itu datang menghampiri dan bertanya "Ada masalah apa nak? Kamu nampak murung sekali?"

Pemuda itu menoleh dan menjawab dengan suara lirih "Aku ditinggal pergi oleh kekasihku. Dia memilih pergi bersama orang lain yang jauh lebih kaya dari padaku. Padahal aku sudah sangat menyayanginya. Tapi kenapa dia dengan mudah meninggalku begitu saja. Sekarang hidupku terasa begitu hampa. Aku merasa tidak berarti apa-apa. Aku kecewa. Aku merasa hidupku tidak lagi berguna dan berarti." kepalanya semakin tertunduk seolah menahan tangis.

Sang kakek tertawa tipis dan  menepuk pundak sang pemuda dan mengajaknya berkeliling. "Kemari nak, kamu lihat anak kecil yang sedang berjualan es itu?" kakek menunjuk ke arah anak laki-laki yang sedang berjualan es di taman.

Pemuda itu hanya mengangguk memastikan bahwa dia melihat apa yang kakek itu tunjukkan. Sang kakek malanjutkan ceritanya.
"kamu tau, satu bulan lalu dia ditinggal pergi ayahnya. Karena ayahnya meninggal tertabrak mobil saat hendak menyebrang. Kemudian 1 minggu kemudian ibunya juga meninggal karena sakit keras. Usianya masih 15 tahun. Tapi dia begitu tegar."

"Dia tinggal bersama siapa saat ini?" pemuda itu membuka suara dan bertanya kepada kakek.

"Dia tinggal bersama sang nenek dirumahnya." jawab sang kakek

"Terus, maksud kakek apa? Mengajakku kemari. Aku tadi bercerita aku kehilangan kekasihku. Kenapa kakek malah mengajakku kemari dan menyuruhku melihat anak itu?" tanya pemuda itu penasaran.

Kakek hanya tertawa kecil dan melanjutkan ceritanya "Rupanya kamu belum mengerti anak muda. Kamu tadi bilang, kalau hidupmu terasa hampa dan tidak berarti saat kamu ditinggal oleh kekasihmu? Kamu bilang kamu kecewa dan saat ini kamu seperti tidak memiliki gairah untuk hidup?". Pemuda itu mengagguk membenarkan perkataan sang kakek.

"Lantas bagaimana dengan anak kecil itu. Dia ditinggal pergi oleh ayah dan ibunya. Untuk selamanya. Ayah dan ibu. Bukan kekasih! Tapi orang tua mereka. Sementara kamu ditinggal kekasih saja kamu mengatakan bahwa hidupmu tak berarti apa-apa dan terasa hampa? Nak, dia masih menjadi kekasihmu belum istrimu. Beruntung kamu ditinggalkan olehnya saat kamu masih pacaran." kakek menjelaskan kembali penjelasannya.

Sang pemuda memotong penjelasan kakek "Dia masih kecil, tentunya dia belum mengerti apa itu cinta dan apa itu patah hati. Lagian dia juga tinggal bersama neneknya. Sudah pasti ada yang memperhatikan dia."

"Kamu salah anak muda. Justru anak itu lebih paham apa itu arti cinta. Dia mendapatkan cinta yang begitu tulus dari kedua orang tuanya. Bukan kah setiap manusia mengenal cinta pertama kali dari ibu dan bapaknya? Dia mengikhlaskan orangtuanya yang sudah pergi. Karena dia tahu , bahwa apa yang dia miliki akan kembali kepada Allah. Dia tahu betul bahwa Allah jauh lebih menyayangi kedua orang tuanya dibandingkan dengan dia. Dia tahu betul bahwa ini adalah yang terbaik untuknya, meskipun sulit Ia terima. Dan kamu bilang dia ada yang memperhatikan? Kamu salah besar. Nenek yang tinggal bersamanya adalah seorang nenek yang lumpuh dan juga buta. Apa yang bisa nenek itu lakukan? Tidak ada. Nenek itu hidup dengan "bantuan" dari sang cucu. Apa anak itu menyerah? Tidak! Justru masalah dan ujian yang ia hadapi saat ini membuatnya kuat dan hebat. Ia menjadi seorang anak dengan pemikiran dewasa. Bahkan dia bekerja untuk menghidupi dia dan neneknya. Apa dia tidak sekolah? Dia sekolah, bahkan prestasinya luar biasa. Dia mendapatkan beasiswa. tak cukup disana, dia juga menjadi seorang guru les matematika untuk anak-anak jalanan.
Nak, terkadang masalah itu datang untuk mendewasakan seseorang. Kita terlalu sibuk mendramatisir masalah. Terkadang masalah juga datang memaksa kita untuk berubah menjadi jauh lebih baik.
Tanpa kita sadari, Kita terlalu sibuk meratapinya. Seolah masalah kita adalah masalah yang sangat berat. Kita merasa bahwa kita adalah orang yang paling menderita di dunia ini. Kita lupa, bahwa diluaran sana, masih banyak orang yang jauh memikul beban dan masalah yang jauh lebih berat dari kita. Namun mereka masih tetap bisa bangkit dan tidak menyerah akan ujian yang diberikan. Karena mereka selalu yakin, bahwa setiap masalah selalu menyimpan sebuah kisah dan selalu ada jalan keluarnya."

Sang kakek kembali menambahkan penjelasannya "Semua kisah dan masalah yang kita jalani selalu menawarkan pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil. Ibu anak itu sakit keras sejak 3 tahun lalu, dan bapaknya harus bekerja banting tulang untuk mengobati sang ibu. Dan yang terakhir sang bapak juga jatuh sakit karena dia jatuh hingga tangan kirinya patah. Namun mereka tidak pernah menyerah dengan keadaan. Ada hikmah dibalik kejadian ini, Allah lebih dulu mengambil sang bapak, karena Allah begitu sayang kepada beliau dan membiarkan beliau istirahat bersamanya di surga. Kemudian sang ibu menyusul, karena Allah tau, bahwa anak itu mungkin belum siap untuk bekerja keras dan banting tulang mengobati sang ibu. Cobaan ini memang sakit. Tapi Allah jauh lebih tau mana yang terbaik. Anak itu sekarang ikhlas merelakan mereka pergi. Karena dia tau bahwa Allah menyayangi kedua orang tuanya dibandingkan dengan dia.
Jangan pernah merasa bahwa masalah kita adalah masalah yang sangat berat. Karena bisa jadi, di luaran sana, banyak orang yang memiliki masalah yang jauh lebih berat dari pada kita. Dan menertawakan kita karena kita meratapi masalah yang kita hadapi dengan penuh keluhan dan putus asa."

Tetesan air matannya menetes membasahi pipi sang pemuda. Sejak saat itu dia seolah mendapatkan suntikan semangat kembali untuk menjalani hidupnya dengan penuh semangat.
Dia memeluk erat sang kakek.

Semoga kita bisa mengambil hikmah dari cerita di atas 😊😀

Selasa, 12 April 2016

Kapan doaku Dikabulkan?

Adik: Kapan doaku dikabulkan? Aku sudah berdoa siang malam. Disetiap solat bahkan dalam setiap sujud aku sengaja berdoa lama-lama. Agar doaku tersampaikan. Tapi kenapa doaku belum jua terkabul?

Kakak: Begini dek, doa belum dikabulkan itu banyak penyebabnya. Dan asal kamu tau Allah itu maha mendengar dan maha memberi. Maka, kamu tidak usah khawatir jika doamu belum juga terkabul. Karena yang harus kamu ingat. Janji Allah itu pasti.

A: Tapi sampai kapan? Aku sudah lelah, rasanya aku ingin menyerah saja.

K : Istighfar dek. Istighfar. Saat ini kamu sedang di uji.
Dengarkan kaka baik-baik. Ketika kamu makan, ada seorang pengamen yang hendak menyanyikan lagu. Kemudian dia bernyanyi dengan suara cempreng dan kasar, nadanya tidak karuan. Trus, setelah habis lagu dia meminta uang bayarannya dengan penuh paksaan. Apa kamu mau membayar dia? Atau mendengarkan dia menyanyi kembali.

A: Tentu tidak. Siapa yang mau mendengarkan suara yang cempreng, nada berantakan tak karuan seperti itu. Tanpa di paksa pun aku pasti akan membayarnya agar dia segera pergi.

K :Oke, sekarang aku bertanya lagi. Jika ada pengamen yang kedua datang. Dia bernyanyi dengan suara lembut, nada yang sesuai. Irama musik yang indah. Dan menyanyikan lagu dengan santai. Apa kamu senang?

A: Ya, tentu aku sangat senang

K: Apa kamu akan membayarnya langsung hingga dia pergi setelah kamu memberinya uang?

A :Tidak, aku akan membiarkan diam menghabiskan lagunya. Kemudian baru aku beri uang.

K: Apakah uang yang akan kau beri lebih banyak dari pada pengamen yang pertama?

A: Tentu saja, aku akan memberikan dia uang yang lebih banyak. Karena kalau suaranya bagus, bayaran mahalpun tidak jadi masalah.

K: Seandainya, dia bernyanyi kembali. Apakah kamu akan terus mendengarkannya? Dan akan membayarnya lebih banyak?

A: Sudah pasti. Aku akan mendengarkannya dengan baik. Bahkan aku akan memberikannya tantangan untuk menyanyikan lagu yang aku suka dan aku akan memberinya uang yang jauh lebih banyak jika dia berhasil menyanyikan lagu yang aku suka.

K: Itulah semua jawaban mu selama ini. Pengamen tadi ibarat kita sedang berdoa. Ketika kita berdoa dengan nada kasar dan seolah memaksa. Mungkin saja Allah akan langsung mengabulkannya. Karena Dia tidak senang saat mendengar kamu berdoa dengan terburu-buru, kasar dan tidak beraturan.
Berbeda halnya ketika kita mendengarkan seorang yang penuh kelembutan menyampaikannya kepada Allah. Dia berdoa dengan penuh kesabaran dan tulus dari hati. Sehingga Allah begitu menikmati setiap lantunan doa yang dia panjatkan. Maka mudah bagi Allah memberinya lebih dari apa yang dia inginkan. Tadi kamu berkata, bahwa aku akan memberikan dia bayaran yang lebih jika dia mampu menyelesaikan tantangan yang aku berikan. Pun sama dengan Allah, dia akan memberikan ujian dan tantangan kepada hambanya yang Dia cintai, untuk memberikan dia penghargaan lebih.
Ketika sang hamba memenuhi ujian dan tantangan itu dengan baik, maka Allah tentunya akan memberikan sesuatu yang lebih dari yang dia pinta.
Alunan doa itu seperti mengayuh sepeda. Jika kamu ingin sampai ditempat yang lebih tinggi dan lebih indah, maka kamu harus mengayuh sepeda dengan sekuat tenaga dan terus menerus. Tetesan keringat dan tenaga sudah pasti harus kita gunakan semaksimal mungkin untuk menuju tempat yang kita inginkan. Hingga akhirnya kita sampai ke tempat tujuan dan menikmatinya.
Namun ketika kau mengayuh sepedah perlahan dan sudah mulai bosan dan menghentikan laju sepedamu.  Maka kau akan berhenti ditempat yang sebenarnya bukan tujuannmu. Jadi, jangan pernah menyerah untuk terus berdoa. Karena setiap doa yang kau panjatkan akan selalu tersampaikan kepada Allah.

“Tidak hentinya doa seorang hamba akan dikabulkan, selama bukan doa yang mengandung maksiat atau memutus silaturahim, dan doa yang tidak tergesa-gesa.” Para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa yang dimaksud tergesa-gesa dalam berdoa?’ Beliau menjawab, ‘Orang itu mengatakan, ‘Saya telah berdoa …, saya telah berdoa…, namun saya merasa belum pernah dikabulkan.’ Kemudian, dia putus asa dan meninggalkan doanya.” (H.R. Muslim)

Bersabarlah dek, jangan pernah lelah untuk berdoa. Karena tidak ada yang sia-sia. Ingatlah firman Allah yang mengatakan "Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang berbuat kebaikan." (At-Taubah:120)

Maka janji Allah itu pasti. Ketika doamu belum terkabul, mungkin saja Allah senang dengan suaramu yang lembut dan penuh harap kepada Allah.

Berprasangka baiklah kepada Allah. Ketika nanti saatnya kau sudah menyelesaikan "lagumu" dengan baik, pastilah Allah akan memberikan yang lebih dari pada apa yang kamu pinta.

A: terimakasih kak. Terimakasih. Astagfirullahaladzim...