Kamis, 26 Februari 2015

Ko Mengeluh?

Mengeluh memang sifat manusia yang tidak bisa dipisahkan. Mengeluh Itu manusiawi, tapi kalo terus-terusan mengeluh itu tandanya tidak mensyukuri apa yang telah Allah beri.

Terkadang kebanyakan dari kita terlalu banyak menuntut tanpa kita sadari kita lupa untuk menjalankan hak kita. Kita terlalu banyak meminta hingga kita lupa untuk memberi. Kita terlalu banyak mengeluh hingga kita lupa untuk bersyukur. Kita terlalu banyak menerima tapi kita lupa berterimakasih, kita terlalu sibuk memikirkan apa yang kita inginkan hingga kita lupa dengan apa yang telah kita dapatkan.

Tak sadarkah kita, terkadang kita lupa, kita selalu meminta kepada Allah agar rezeki didatangkan lebih banyak dan cepat. Tapi bagaimana mungkin rezeki bisa datang cepat jika sholat saja sering terlambat?

Tak sadarkah kita meminta kepada Allah untuk memenuhi keinginan kita, padahal kita sendiri malas untuk memenuhi perintah Allah.

Tak sadarkah kita terkadang kita meminta Allah untuk segera mengabulkan doa-doa kita, tanpa kita sadari kita pun masih lalai untuk segera melaksanakan kewajiban kita kepada Allah.

Kita meminta kepada Allah untuk memberikan kita kesehatan, tapi kita sendiri tak mampu menjaga diri untuk tetap sehat. Kita meminta kepada Allah untuk keselamatan hidup kita di dunia dan di akhirat. Tapi kita sendiri melanggar peraturan yang dibuat Allah, sehingga kita terjerumus jatuh dan membuat kesalahan yang membahayakan hidup kita sendiri.

Kita meminta rezeki yang melimpah padahal kita sendiri jarang sedekah. bekerja saja masih banyak mengeluh, bahkan kita sibuk bekerja tapi lupa kepada sang maha kuasa. Kita meminta kepada Allah agar karir kita naik dan baik, tapi kerja saja masih  asal-asalan, kerja karena ingin terlihat hebat oleh atasan. Kerja sekedarnya saja.

Kita sering meminta kepada Allah untuk mengampuni dosa-dosa kita tapi kita terus mengulangi kesalahan yang sama berulangkali.

Kita meminta Allah untuk selalu melindungi kita dari godaan dan bisikan setan, tapi kita sendiri membuka pintu untuk setan masuk dalam hidup kita.

Ketika meminta surga tapi perbuatan kita selalu mendekati neraka. Naudzubillah...
Pantaskah kita mengeluh kepada Allah dengan apa yang telah kita dapatkan selama ini?
pantaskah kita menuntut kepada Allah untuk mengabulkan doa-doa kita, sementara kita saja tidak mampu memenuhi kewajiban kita kepada Allah?
pantaskah kita mengeluh dengan apa yang terjadi? sementara kita lupa dengan apa yang telah Allah beri.

Allah akan memberi apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Allah tidak membutuhkan kita, tapi kita yang menbuthkan Allah, jika kita ingin dekat kepada Allah maka dekatilah Dia karena sesungguhnya dia teramat dekat. Bahkan kebih dekat dari urat leher kita.

Mulailah mensyukuri apa yang telah Allah beri. Berhentilah mengeluh dan mulailah bersyukur. Biasakan memberi sebelum meminta dan ingatlah Allah dimanapun kita berada.

Selasa, 17 Februari 2015

Kenapa Takut Kehilangan Rezeki?

"Jangan takut kehilangan rezeki karena kehilangan pasien, sampai-sampai kita lupa melaksanakan kewajiban kita kepada Allah. Kalo sudah waktunya sholat, segera laksanakan sholat. Jangan ditunda-tunda. Hanya karena ada pasien. Toh pasien datang juga atas dasar kehendak Allah, jika memang dia sudah menjadi rezeki kita? maka dia akan rela menunggu atau bahkan akan kembali lagi kesini." Itu adalah wejangan yang saya dapatkan dari seorang ibu yang sudah saya anggap sebagai ibu saya sendiri.

Dulu, sering saya mengakhirkan sholat atau bahkan saya sering menjama' sholat karena terlalu sibuk melayani pasien hingga saya lupa bahwa waktu sholat sudah hampir habis. Syukurlah Allah masih memberikan saya petunjuk dan peringatan kepada saya untuk tidak meninggalkan sholat.

Saya begitu takut ketika saya sedang sholat kemudian ada pasien yang hendak periksa, namun tiba-tiba pasien memutuskan untuk pulang karena dia sudah menunggu lama. konsentrasipun saat itu buyar. Bahkan sholat pun menjadi tidak khusyuk. Seusai sholat saya segera bergegas keluar khawatir masih ada pasien yang menunggu. Saya juga melewatkan dzikir dan berdoa sesudah sholat karena takut pasien kesal dan marah karena terlalu lama menunggu.

Hingga akhirnya kebiasaan itu saya lakukan terus menerus. Saya lupa berdoa atau bahkan lupa untuk berdzikir ketika selesai sholat karena pasien sudah menunggu. Saya memberikan pelayanan semaksimal mungkin dengan apa yang saya miliki, tanpa saya sadar bahwa saya melakukan itu semua bukan karena Allah, tapi saya melakukan itu semua karena hal lain. Saya ingin terlihat sempurna di mata orang lain. Tapi saya lupa bagaimana saya sempurna di mata yang maha sempurna.

Ketika itu saya sadar, betapa sombongnya saya, betapa angkuhnya saya hingga saya enggan untuk berdoa. Padahal Allah lah yang mengatur rezeki setiap hambanya. Allah lah yang menghendaki rezeki itu datang menghampiri ketika kita mencarinya. Saya sadar, kemarin saya melakukan sholat hanya sekedar melaksanakan kewajiban semata bukan menjadikannya kebutuhan. Padahal logikanya, Allah tidak akan merugi jika kita meninggalkan sholat atau bahkan kita tidak berdoa kepadanya. Justru sebaliknya. Kita lah yang akan merugi jika kita melupakan Allah dan meninggalkan kewajiban kita.

Terkadang kita terlalu disibukkan dengan
urusan dunia, hingga kita lupa bahwa kita hanya sementara ada di dunia. Karena kehidupan yang abadi adalah di akhirat sana. Kita sibuk mencari pundi pundi rupiah, namun kita mengesampingkan ibadah. Padahal jika Allah tidak ridho bukan kah rezeki yang kita dapatkan tidak akan menjadi berkah? kita tidak akan mendapatkan ketenangan dan kepuasan dengan apa yang kita dapatkan. Beda halnya ketika kita mencari rezeki dengan niat karena Allah dan ibadah, maka apa yang kita dapatkan akan menjadi penuh berkah dan barokah.

Maka jangan sesekali tinggalkan sholat. Sholat itu tiang agama. Jika pondasinya saja sudah goyah karena kita sering meninggalkan sholat. Bagaimana kita mau membuat rumah dengan pondasi yang rapuh? bagaimana kita siap menerima rezeki dari Allah jika kita saja sering meniggalkan perintah Nya.

Senin, 16 Februari 2015

Banjir, salah siapa?

Jakarta sekarang tengah menjadi sorotan karena bencana banjir yang terjadi. Banjir Jakarta melumpuhkan beberapa jalanan besar di Jakarta, otomatis perekonomian di Jakarta pin ikut lumpuh. Sebelumnya  Bandung juga dilanda banjir yang cukup hebat pada akhir tahun 2014, daerah kabupaten Bandung mengalami banjir yang cukup parah saat itu. Padahal seharusnya musim hujan sudah berakhir. Tapi inilah kehendak Allah, kita tak akan pernah mampu untuk menolaknya.

Di saat banjir seperti ini, kebanyakan masyarakat menyalahkan cuaca. Mereka menyalahkan hujan sebagai penyebab banjir. Bahkan mereka juga menyalahkan pemerintah karena kejadian ini, beragam alasan mereka buat untuk menyudutkan pemerintah. Belum lagi mereka menuntut pemerintah untuk segera memperbaiki sungai, membuat waduk atau bendungan, membantu korban banjir dan meminta ganti rugi untuk semua yang terjadi. Lantas apa benar gara-gara hujan maka banjir bisa terjadi? bukankah hujan itu adalah rezeki yang Allah beri?

cobalah sejenak tengok lingkungan kita. Banjir tidak akan terjadi jika kita membiasakan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan. Banjir juga tak akan terjadi jika kita mampu menaati peraturan pemerintah untuk tidak membangun rumah di pinggiran sungai. kita tidak bisa terus menerus mencari-cari keslahan orang lain untuk menutupi kesalahan yang lainnya. Cobalah mulai intropeksi diri. Perbaikilah semua dimulai dari diri sendiri. Mungkin ugkapan ini sudah tak asing lagi di teliga. Bahkan mungkin kita sudah bosan mendengarnya. Tapi apa mungkin dengan hanya mengeluh dan menyalahkan keadaan dan juga orang lain musibah ini akan berhenti? tentu tidak.

Kalau Aa Gym bilang Mulailah dengan 3 M, mulailah dari diri sendiri, Mulailah dari hal yang terkecil dan Mulailah sekarang juga. Mari kita semua lakukan 3M sekarang.

Ketika kita mencoba melakukannya, kemudian akan muncul pertanyaan. Jika hanya kita yang melakukannya bagaimana? percuma saja kan jika hanya ada 1 orang yang menjalankannya tapi kemudian orang lain masih memelihara kebiasaan buruknya? Biarkanlah, tugas kita bukan untuk merubah hati orang lain. Tugas kita adalah untuk berdoa kepada Allah. Karena Allah lah pemilik hati manusia. Dialah yang berkuasa membolak-balikan hati manusia.

Jika kita melakukan 3M setidaknya kita sudah mengurangi pembuangan sampah  dan setidaknya kita sudah berbuat baik. Meakipun mungkin itu tidak berharga di mata orang lain, tapi di sisi Allah itu akan menjadi satu catatan kebaikan untuk kita. Kita juga sudah menghindari peebuatan dzalim terhadap diri sendiri, karena tidak melakukan kesalahan yang kita tau akibatnya.

Lantas bagaimana dengan musibah banjir yang sekarang melanda ibu kota? ini salah siapa?
Tetaplah tenang, teruslah berprasangka baik kepada Allah atas semua yang terjadi, jika memang bencana ini adalah ujian bagi kita, maka mohonlah kepada Allah untuk memberi kesabaran kepada kita. Jika memang bencana ini adalah peringatan dari Allah maka mintalah kepada Allah untuk membuka pintu hati kita agar senantiasa berada di jalan Allah. Namun jika memang bencana ini adalah azab dari Allah maka mohon ampunlah kepada Allah atas semua kesalahan dan dosa yang telah kita perbuat.

Berhentilah menyalahkan orang lain dan menuntut pemerintah untuk semua yang telah terjadi. Ini bukan tentang siapa yang salah ataupun salah siapa kenapa banjir ini bisa terjadi. Ini semua terjadi atas kehendak Allah. Kita tak mampu menolak bahkan menyesal atas semua yang terjadi. Tetaplah berhusnudzon kepada Allah. Mohonlah ampun kepada Allah atas semua yang terjadi. Semoga kita semua mampu bijak menghadapi semua yang terjadi. Aamiin.

Sabtu, 14 Februari 2015

Banyak Anak Banyak Rezeki?

"Banyak anak banyak rezeki", itulah ungkapan yang saya dengar dari seorang bapak yang telah memiliki 10 orang anak. Ya dia memiliki 10 orang anak. 3 kelahiran dari anaknya adalah kembar. Dan anak paling besar berusia 25 tahun dan memiliki 9 orang adik. Ini luar biasa buat saya. Mengingat usia istrinya baru kepala 4. Saya tidak bisa membayangkan kalau ibunya harus menahan rasa sakit dalam rentang waktu yang cukup dekat untuk melahirkan anak-anaknya.

Di jaman sekarang jumlah anak banyak mungkin cukup tabu di telinga masyarakat. Mengingat akhir-akhir ini pemerintah sedang menggalangkan program "dua anak cukup". berbeda dengan orang tua kita zaman dulu, mereka memiliki banyak anak. Karena memang pada jaman dulu fasilitas kesehatan seperti bidan, dokter, pusekesmas ataupun rumah sakit sulit ditemui, sehingga orang dulu jarang mengenal yang namanya keluarga berencana atau KB.

Berbeda dengan dulu, sekarang fasilitas kesehatan bisa mudah ditemui. Bahkan sekarang praktek bidan ataupun dokter sudah menjamur dimana-dimana. Jadi mengatur jarak anak bukan lagi hal yang sulit untuk dilakukan.

Ketika saya berbicara dengan bapa tadi saya bertanya kenapa istrinya tidak KB? mengingat jarak anak-anaknya terlalu dekat, dan memiliki riwayat kembar. Jika hamil lagi maka saat persalinan nanti istrinya akan mengalami resiko yang cukup tinggi. Terutama perdarahan. Tapi bapa itu bilang kalau dia tidak mau KB karena dengan KB maka dia sudah menolak rezeki dari Allah. Ya anak memang rezeki dari Allah sepeti firman Allah dalam surat Al-An'am :

و َلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ

“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka.” (QS. Al An’am [6]: 151).

Tapi apa benar dengan banyak anak maka kita akan banyak rezeki? atau kita menolak rezeki Allah? Bagaimana bila ternyata anak-anak yang telah dilahirkan tak mampu dididik maksimal dan tidak terpenuhi kebutuhannya? Jangan jadikan alasan dengan banyak anak maka kita akan banyak rezeki, rezeki memang sudah Allah tetapkan untuk kita semua, tapi rezeki yang Allah titipkan untuk kita, harus dijemput bukan hanya di tunggu.

Anak akan menjadi rezeki jika anak itu akan menjadi anak yang shaleh dan anak yang bertaqwa kepada Allah, bahkan mereka akan menjadi tabungan amal shaleh untuk kedua orang tuanya disurga nanti. Jadi jika kita ingin memiliki banyak anak maka kita harus mampu mendidik dan membiayai kehidupannya nanti dan membekalinya dengan ilmu untuk dunia dan akhirat.

Jangan sampai kita meninggalkan generasi yang lemah karena kita tak mampu memenuhi kebutuhan dan hak mereka sebagai anak.

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” 

Jadi pastikanlah jika kita memiliki anak penuhilah kebutuhan dan hak mereka. Pastikan juga bahwa mereka memiliki ilmu yang cukup untuk bekalnya nanti. Karena anak adalah amanah dari Allah, dan setiap amanah akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah. Tak jadi masalah jika memang ada orang tua yang ingin memiliki anak yang banyak. Asalkan dia mampu menjaga anaknya sesuai dengan yang Allah perintahkan. Mudah-mudahan kita semua selalu bertaqwa kepada Allah dengan apa yang kita miliki.

Follow @Risfiani_

Senin, 09 Februari 2015

Menunda Kebaikan (Part II)

Perjalanan saya lanjutkan kembali, di tengah-tengah perjalanan hujan turun dan semakin deras. Terlintas dalam fikiran saya untuk berhenti di rumah teman saya. Tapi kemudian niat itu saya batalkan karena pakaian saya sudah basah. Saya malu kalo ternyata kesana dalam kondisi basah. Saya terus beralasan untun kembali menunda kebaikan.

Hujan semakin deras saya masih tidak tau dimana saya akan berhenti. Karena perjalanan saya masih panjang. Selain tidak ada tempat untuk berteduh, saya berfikir bahwa hujan seperti ini akan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Kembali, saya berniat untuk menunda kebaikan lagi. Saya berniat untuk melaksanakan shalat dzuhur dan ashar dijama' di rumah saja. Melihat kondisi baju saya semakin basah. Baru saja saya berniat seperti itu, motor kembali terhenti. Astagfitullah.... apa lagi yang terjadi.

Saya mencoba tenang menghadapi ini. Saya mencoba menyalakan motornya, tapi tetap tidak bisa. Syukurlah ada seorang bapak-bapak yang membantu saya untuk menghidupkan motornya. Setelah mencoba ternyata tetap saja motor itu tidak bisa hidup. Ah, saya sudah pasrah dengan ini semua. Ingin rasanya saya menangis dan berteriak. Kenapa ini terjadi di saat hujan deras dan hari sudah semakin sore. Bagaimana saya pulang ke rumah. Bagaimana kalo motor ini tidak bisa hidup kembali. Bagaimana caranya saya ke rumah. bagaimanaaaaaa

Melihat saya yang sedang kebingungan, bapak tadi menyuruh saya membawa motor ini ke bengkel untuk kembali diperbaiki. Saya bilang kepada bapak tadi kalau motor ini baru saja saya service. Tapi apa mau dikata, motor ini memang harus di bawa ke bengkel untuk dilihat apa penyebab motor ini berhenti. Untungnya bapak tadi menyuruh anaknya membawakan motor saya ke bengkel yang jaraknya tidak jauh dari tempat mogoknya motor saya. Syukurlah saya tidak merasakan malu kembali karena mebawa motor yang mogok.

Sesampainya di bengkel saya jelaskan keluhan saya. Tak lupa saya juga bilang kalau motor ini baru saja di service karena mogok. Tapi sekarang mogok kembali. Mendengar keluhan saya tadi. Tanpa banyak bicara pemilik bengkel itu langsung membongkar motornya. Hujan semakin deras dan menambah kesedihan saya. Saya mencoba telepon bapa meminta solusi. Bapa hanya bilang "sabar saja, perbaiki dulu, kalo motornya memang tidak bisa nyala. Simpan di bengkel biar bapak jemput." Kata-kata bapak tadi membuat saya semakin ingin menangis. Tak terasa ternyata air mata saya jatuh. Karena malu saya segera mengusap air matanya. Saya kembali meminta maaf kepada Allah. Saya terus beristigfar karena kesalahan yang terus saya lakukan.

Setelah setengah jam Alhamdulillah motor kembali nyala. Saya bertanya kepada bapak pemilik bengkel itu, apa penyebab motor ini mogok. Dia bilang kalau motor ini mogok karena businya kotor. Dia bilang kalo memang masih mogok. Lebih baik motor ini di bawa kembali ke bengkel resmi. Mendengar perkataan bapak tadi saya jadi khawatir bagaimana kalo motor ini mogok kembali. Tapi dia meyakinkan saya "InsyaAllah neng motornya gak akan mogok. Banyak berdoa saja." Kata bapak tenang.

Saya kembali melanjutkan perjalanan, kali ini saya tidak akan lagi menunda shalat. Saya tidak peduli lagi baju saya basah. Buat saya yang pentig saya bisa shalat ashar sebelum saya ke rumah. Karena waktu semakin sore dan khawatir jika waktu shalat ashar dan dzuhur sudah habis waktunya. Jarak mesjid tempat saya akan shalat tinggal sedikit lagi. Lagi-lagi rayuan setan kembali datang dalam hati saya. Sempat saya tergoda untuk kembali menunda waktu shalat, tapi kemudian saya mencoba menolak dan melawan hasutan itu. Belum sampai ke mesjid lagi-lagi motornya mati. Deg!! saya benar-benar kaget. Kenapa motor ini mati kembali. Saya mencoba tenang. Saya terus berdoa kepada Allah agar motor ini bisa hidup kembali seperti biasa. Syukurlah tak lama setelah saya berdoa motornya bisa hidup kembali.

Akhirnya sampailah saya di mesjid. Saya segera bergegas untuk melaksanakan shalat disana. Tak henti-henti saya menangis. Saya bersyukur saya masih bisa melaksanakan shalat sebelum wakunya habis. Tak lupa saya juga memohon ampun kepada Allah atas kelalaian dan kehilapan saya.

Saya tidak tahu apakan ini musibah atau anugerah. Saya hanya ingin berprasangka baik kepada Allah. Allah ternyata begitu sayang kepada saya, Allah memperingatkan saya ketika lupa. Allah menegur saya ketika saya berbuat salah. Kalau Allah tidak sayang sama saya. Bisa jadi saya melupakan niat saya untuk beraedekah. Bisa jadi saya juga lupa untuk melaksanakan shalat. Astagfirullahaladzim, maafkan saya ya Allah, yang memang mudah tergoda oleh rayuan setan.

Mudah-mudahan Allah selalu menjaga dan melindugi kita dimanapun kita berada. Aamiin

Follow me @risfiani_

Minggu, 08 Februari 2015

Menunda Kebaikan (Part I)

Berbuat baik janganlah dibtunda-tunda. Sepenggal lirik lagu dari Bimbo ini patut kita renungi. Karena berbuat baik itu memang tidak boleh ditunda-tunda. Seperti firman Allah dalam Al-Quran Al-Baqarah (2) ayat 148, “Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Berlomba-lomba berarti tidak menunda kebaikan untuk memburu pahala.

Sore itu, sebelum saya pulang ke rumah. Saya berniat untuk menyedekahkan sebagian rezeki yang saya miliki ke panti yatim. Alhamdulillah banyak yang saya rasakan ketika saya mulai mensedekahkan rezeki saya.

Ditengah perjalanan awan mulai mendung, pertanda hujan akn turun. Saat mendekati yayasan, kemudian saya berfikir untuk menyedekahka sebagian yang saya miliki itu lain kali saja, karena hujan akan turun dan entah kenapa hati terasa begitu berat saat hendak mendekati yayasan. Baru saja melewati yayasan tersebut, tiba-tiba motor saya mati tanpa sebab. Saya heran, karena baru saja 1 minggu lalu saya service motornya. Saya berusaha tetap tenang meskipun sebenarnya hati saya kaget karena baru kali ini motor matibtiba-tiba.

Karena tetap tidak menyala saya menepi untuk meminta bantuan kepada orang sekitar untuk membantu menyalakan motor. Beberapa orang dari sana coba membantu saya saat menyalakn motor. Namun hasilnya nihul. Motor ituvtetap saja tidak bisa nyala. Kemudian mereka menyarankan saya untuk membawa motornya ke bengkel. Saya mengikuti mereka. Meakipun sebenarnya motor ini baru saja saya service.

Orang-orang disana bilang kalo bengkel nya tidak terlaku jauh. Saya yang belum mengenal betul kondisi jalanan disana mendorong motor yang mati menuju bengkel. Saya kira bengkelnya benar-benar dekat, tapi ternyata tidak. Bengkelnya cukup jauh dari tempat saya berhenti. Malu rasanya, saya seorang perempuan harus mendorong motor yang mogok di tengah-tengah kemacetan. Tapi saya mencoba menyampingkan rasa ini. Buat saya yang paling penting motor ini harus hidup kembali. Titik.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya saya sampai d bengkel motor. Sesampainya disana saya menyampaikan keluhan saya tentang motor ini kepada sang mekanik. Setelah mencoba menghidupkan motor bapak ini bertanya kepada saya " Motornya gak pernah di service mba?", "Sudah pak, baru seminggu yang lalu saya service. Tapi gatau kenapa tiba-tiba mati."
"Kalo begitu, besok bawa saja kembali ke begkelnya mba, minta tanggung jawab mereka." Karena perkataan bapak tadi, saya terus menyalahkan bengkel tempat saya service.

Bosan, kesal dan marah. Itulah yang saya rasakan saat menunggu motor saya yang sedang diperbaiki. Ingin rasanya saya menangis, tapi saya malu. Mau tidak mau saya harus menahan air mata ini agar tidak jatuh. Saat saya benar-benar ingin menangis, hati kecil saya berkata, ini semua terjadi karena kamu menunda kebaikan, karena kamu kalah oleh rayuan setan. Kata-kata itu terus saja berputar dalam otak saya. Saya mencoba menepis semua itu tapi tidak bisa. Hati saya seolah bergetar ketika saya menolak semua pembenaran itu.

Namun akhirnya saya kalah. Saya menerima semua pembenaran itu. Saya berfikir coba saja kalau saya tadi berhenti di yayasan dan merealisasikan niat saya untuk bersedekah. Mungkin tidak akan ada cerita motor ini mogok hingga akhirnya saya harus telat pulang ke rumah. Waktu menunjukkan pukul 14.00 wib. Perasaan saya semakin merasa bersalah, sudah menunda kebaikan tapi saya juga belum melaksanakan shalat dzuhur. Saya pun meminta maaf kepada Allah, tak henti-hentinya saya beristihfar atas semua kesalahan serta dosa yang saya lakukan. Saya baru sadar, ternyata Allah begitu menyayangi saya. Allah menegur saya ketika saya mencoba melakukan kesalahan.

Sudah hampir 1,5 jam. Akhirnya motor saya bisa hidup kembali. Saat melihat jam. Ternyata waktu masih menunjukkan pukul 14.30 wib. Saya berfikir saya masih punya waktu untuk shalat di rumah dijama' dengan ashar. Tapi hati kecil saya kembali menolak. Saya terus dihantui rasa takut bagaimana bila motor ini berhenti karena saya kembali menunda kebaikan dengan menunda waktu shalat. Akhirnya saya niatkan untuk shalat di rumah teman saya, atau shalat di mesjid yang terdekat yang saya temui. Saat hendak mengendarai motor. Langkah saya kembali terhenti. Saya ingat bahwa saya belum berniat kapan saya akan bersedekah lagi? apakah saya harus kembali berputar ke yayasan atau terus melaksanakan perjalanan? Sementara hari semakin sore. Khawatir turun hujan, saya memutuskan untuk memberikan sedekah melalui transfer saja.

Baru saja saya keluar dari begkel dan berniat memberikan sedekahnya melalui transfer. Motor saya kembali terhenti. Astagfirullahaladzim ya Allah aku mohon ampunan-Mu. Lagi-lagi motor mati. Saya terus berdoa dan memohon ampun kepada Allah dan kembali meluruskan niat saya hingga akhirnya motor saya  hidup kembali, dan saya mulai melanjutkan kembali perjalanan.

To be continue :)

Jumat, 06 Februari 2015

Kemuliaan Pekerjaan (Part II)

Sepanjang perjalanan, pemuda ini terus mencari-cari usaha apa yang kiranya cocok untuk dia tekuni. Meskipun keinginannya kuat untuk menjadi seorang pebisnis, tapi hatinya seolah berontak. Karena dari dulu dia memang tidak mahir dalam berbisnis. Pernah saat dia duduk di bangku SMA dia mencoba bisnis dengan berjualan secara online tapi dia gagal, karena transaksi keuangan yang acak-acakan.

Jalanan sore itu macet. Mobil dan motor tidak bisa bergerak sama sekali. Terlihat di depan ada kerumunan orang yang berkumpul di tengah jalan. Rupanya ada kecelakaan antar pengendara motor. Melihat jalanan yang semakin macet, datanglah beberapa polisi yang dengan sigap menertibkan perjalanan. Meskipun lama, tapi para polisi itu dengan cepat mengatasi kemacetan dan kecelakaan sehingga jalanan yang tadinya macet bisa dilalui dengan lancar.

Hati si pemuda ini semakin bercampur aduk. Kini dia mulai tertarik dengan profesi polisi. Memang saat kecil cita-citanya adalah menjadi seorang polisi. Dengan menjadi seorang polisi dia bisa menertibkan jalanan yang macet, dia bisa menangkap pencuri dan dia bisa menjadi pahlawan untuk keluarga dan masyarakat. Ya dia kembali merubah haluannya untuk menjadi seorang polisi.

Suatu hari, saat dia dan keluarganya berlibur dan menginap di hotel. Saat itu, Dia kembali merubah cita-citanya untuk menjadi seorang pejabat. Dia melihat bahwa pejabat itu begitu terhormat. Saat pergi dia dikawal oleh mobil polisi sehingga perjalanannya aman dan lancar. Setiap pergi kemanapun dia selalu didampingi oleh ajudannya, sehingga dengan mudah dia bisa menunjuk tanpa harus menunggu lama. Ruangan hotel dan makanan pun sudah dipastikan merupakan ruangan dan makanan yang terbaik yang disediakan hotel. Dalam hatinya dia berkata, ternyata menjadi pejabat itu enak, dihormati masyarakat, banyak uang dan tentunya akan terasa aman karena mendapatkan perlindungan dari ajudannya.

Kini dia semakin dibuat kebingungan. Setiap profesi yang dia temui dia ingin seperti mereka. Dia ingin menjadi orang kaya, dia ingin menolong orang lain, dia ingin dipandang terhormat oleh masyarakat, tapi di sisi lain dia juga ingin bersedekah sebanyak-banyaknya.

"Ayah, jurusan apa yang harus aku pilih saat kuliah nanti?" tanya pemuda itu kepada ayahnya.

"Pilihlah jurusan yang kau sukai" jawab sang ayah

"Aku tidak bisa memilih ayah, aku bingung apa yang harus aku pilih nanti. Aku ingin memilih jurusan kuliah yang bisa menjamin pekerjaanku saat aku lulus nanti."

"Memang apa yang kamu cita-citakan?"

"Aku mau pekerjaan yang bisa menghasilkan banyak uang, menolong sesama dan dihormati."

"Kenapa kamu ingin seperti itu?"

"Karena dengan begitu hidup aku bisa terhormat ayah. Dengan kaya raya aku bisa menolong banyak orang, dan dengan banyak uang aku bisa dihormati. Dan hidupku di dunia bisa mulia."

"Kamu salah besar nak, Kemuliaan orang yang bekerja terletak pada kontribusinya bagi kemudahan orang lain yang mendapat jasa atau tenaganya. “Sebaik-baik manusia di antara kamu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.” (HR. Bukhari dan Muslim). Jadi apapun pekerjaanmu kelak. Bekerjalah dengan sungguh-sungguh karena Allah yang tentunya memdatangkan manfaat untuk kita semua. Carilah pekerjaan yang mampu mebuatmu semakin dekat dengan Allah bukan malah semakin jauh.  Bahkan seorang penyapu jalan aja jauh lebih baik ketimbang seorang pejabat. Jika dengan pekerjaannya dia semakin bertaqwa kepada Allah. Ingat firman Allah nak " Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka." (Q.S Ath-Thalaq 2-3). Jadi mulai sekarang, pilihlah jurusan atau pekerjaan yang kamu cintai. Agar kamu bisa menjalaninya dengan sepenuh hati karena illahi.

"Terimaksih ayah, terimakasih. Kelak jika sudah dewasa nanti aku ingin seperti ayah." pemuda itu memeluk ayahnya dengan erat.

Postingan ini sama sekali tidak mendiskriminasi pada pekerjaan apapun. Disni saya hanya mengingatkan bahwa apapaun pekerjaan kita tidak akan menjamin kedudukan kita lebih mulia di mata Allah. Karena yang paling mulia di mata Allah adalah pekerjaan yang mampu membuat kita semakin bertaqwa kepada Allah dan memeberikan manfaat kepada orang lain.

Selasa, 03 Februari 2015

Kemuliaan Pekerjaan ( Part I)

Diceritakan ada seorang pemuda yang baru saja lulus SMA, dia kebingungan saat hendak mencari tempat kuliah dan jurusan apa yang akan dia ambil. Di sekolahnya dia adalah salah seorang siswa yang dikenal baik oleh teman-teman dan gurunya. Dia juga pintar. Terbukti dengan beberapa kali dia berhasil menjadi juara olimpiade dalam bidang sains, dan menjadi juara kelas selama 3 tahun berturut-turut.

Dia bertekad untuk memilih jurusan kuliah yang mampu menjamin masa depannya dengan mudah bekerja dan mendapatkan penghasilan banyak sehingga mampu memenuhi kebutuhannya dan membantu perekonomian keluarganya. Selain itu, dia juga ingin memilih pekerjaan yang mampu menjadikan apa yang dia kerjakan menjadi satu amalan shaleh untuknya, dia akan memilih pekerjaan yang mulia agar mendapatkan keberkahan saat bekerja.

Jurusan kedokteran adalah pilihan pertama yang akan dia ambil. Dia menilai bahwa dengan menjadi dokter dia akan mendapatkan uang dengan mudah, karena saat semua orang sakit maka dokter adalah orang pertama yang akan mereka temui. Selain itu dia berfikir bahwa dengan menjadi dokter dia juga bisa menolong orang yang sakit dan bisa sehat kembali setelah diobati. Dia pastikan bahwa kuliah nanti dia akan mengambil jurusan kedokteran.

Suatu saat dia melihat seorang guru yang sedang mengajar. Dia melihat guru itu begitu bersemangat untuk membuat murid-muridnya menjadi pintar dan bisa membaca juga menulis. Kemudian dia berfikir ternyata menjadi guru adalah profesi yang mulia, karena dia membuat orang-orang menjadi pintar sehingga mereka bisa mengejar cita-citanya karena mereka telah di didik oleh seorang guru. Dan sekarang pilihannya jatuh untuk menjadi seorang guru. Karena dengan menjadi guru dia berfikir akan mendapatkan pahala karena sudah mengamalkan ilmu yang dia miliki.

Setelah lama berjalan dia memutuskan untuk mampir ke sebuah rumah makan. Disana dia melihat ada seorang juru masak yang begitu telaten memasak dan menyediakan makanan untuk para pelanggannya, dia berfikir bahwa ternyata menjadi seorang chef itu adalah pekerjaan yang juga menjanjikan karena ternyata dengan menjadi seorang chef dia bisa mendapatkan uang banyak dari hasil makanan yang dijualnnya. Selain itu, menjadi chef juga membantu orang-orang yang sedang lapar bisa kenyang dan melaksanakan aktifitasnya kembali. Dia menilai bahwa jasa dari chef ini sudah tidak bisa diragukan lagi.

Setelah lelah berjalan-jalan dia istirahat di sebuah mesjid, dia melihat ada seorang ustadz yang sedang melantunkan ayat suci di dalam mesjid, begitu adzan berkumandang dengan sigap dia mengambil posisi untuk segera mengikandangkan adzan memanggil orang-orang untuk mendatangi rumah Allah, dalam hatinya dia tertegun melihat sang ustadz. Begitu besar jasa yang dia lakukan, dia mengingatkan manusia untuk kembali beribadah. Dia juga memastikan bahwa cita-cita nya kini berubah menjadi seorang ustadz.

Setelah usai sholat dia kembali melanjutkan perjalanannya. Diluar mesjid dia melihat ada seorang laki-laki yang bernampilan rapih dan sopan. Setelah berbincang-bincang dengan ustadz di mesjid itu dia kembali memasuki mobilnya yang mewah. Penasaran, pemuda ini mendekati sang ustadz yang tadi ngobrol dengan pria itu. "Maaf ustadz, lekaki itu siapa yah? kalo mau solat ko gak masuk mesjid?" tanya si pemuda itu.
" oh, itu namanya mas Ilham, beliau adalah seorang pengusaha, beliau juga merupakan donatur tetap mesjid ini. Dan Alhamdulillah, bulan depan dia mau membiayai pembangunan mesjid untuk di renovasi menjadi jauh lebih besar. Itulah kuasa Allah de, jika kita bersedekah di jalan Allah dan hanya karena Allah maka Allah akan melipatgandakannya hingga 10 kali lipat. " jelas sang ustadz.

Melihat kejadian itu Dia kembali merubah cita-citanya bahwa sekarang dia ingin menjadi seorang pengusaha agar dia bisa menyumbangkan banyak uang untuk kegiatan sosial dan mendapatkan uang yang banyak. Dengan itu dia bisa menjadi seseorang yang mulia dihadapan Allah, karena sebagian hartanya dia berikan untuk mesjid dan orang-orang yang membutuhkan. Selain itu, dia juga dengan mudah bisa pergi ke tanah suci dan membahagiakan keluarga besarnya.

Mau tau cerita selanjutnya? tunggu kelanjutannya ya 😉