Selasa, 24 Mei 2016

Cobalah Pandang Dari sudut yang Berbeda

Ini pengalaman pas saya kuliah.
Hal yang kami takuti saat kuliah adalah saat ujian praktek dan pengujinya adalah dosen tamu dari luar.

Belum ujian prakteknya dilaksanakan. Anak-anak sudah ribut. Mereka sudah takut duluan. Mereka bilang. kata orang, dosen luar itu galak. Dosen luar itu killer sampe ada yang bilang mereka pelit kalau ngasih nilai. Jadi kalau ujian dosennya dari luar, ya siap-siap aja katanya.

Jujur, saya juga sempat takut sempat khawatir juga mendengar semeliwir kabar tentang dosen yang akan menguji nanti. Pikiran saya sudah membayangkan galaknya mereka. Tegasnya mereka, tatapan yang sinis, hingga sifat pelitnya yang terkenal.

Sebelum ujian, saya benar-benar belajar dengan tekun. Menghafal hingga larut malam dan berdoa dengan sekuat tenaga. Agar ujiannya dimudahkan dan dilancarkan.

Ujianpun dilaksanakan. Semua mahasiswa datang dengan peralatan lengkap. Baju praktek, alat praktek hingga materi yang akan dijadikan bahan ujianpun sudah disiapkan dengan sempurna. Satu persatu mahasiswa di uji oleh dosen tamu dan dosen dari dalam. Mahasiswa terbagi ke dalam 5 group. Dan saya kebagian dalam group 3 dimana penguji nya adalah dosen lulusan S2 dari salah satu universitas ternama di Indonesia dan terkenal sangat teoritis.

Makin deg-degan pula saya mendengar kabar itu. Ini sudah pasti bakal teoritis dan terperinci, ini sudah pasti bakal jadi ujian terberat. Saya menjadi peserta terakhir dari ujian ini. Sebelum saya masuk, saya melihat beberapa teman saya yang keluar pintu ruang ujian dengan wajah pucat pasi. Sudah terbayang dalam benak saya di dalam suasananya sudah pasti mencekam dan sangat horor.

Masuklah saya ke dalam ruang ujian. Seperti biasa saya memperkenalkan diri. Dosen penguji dan dosen pembimbingpun mulai memberikan kasus yang harus saya selesaikan. Syukurlah ternyata sang dosen penguji tidaklah seburuk yang saya bayangkan. Bahkan saat memberikan pertanyaan justru beliau tersenyum dan membuat suasa ujian menjadi lebih relax.

Setiap pertanyaan yang diberikan, Alhamdulillah bisa saya jawab dengan baik. Meskipun beberapa pertanyaan ada yang miss dan tidak bisa saya jawab dengan baik. Bahkan sesudah ujian sang dosen malah mengajak saya berdiskusi dan memberikan saran untuk ujian kedepannya.

Saat keluar ruang ujian saya hanya bisa tersenyum lega dan bersyukur. Teman-teman yang lain pun datang bergerumul dan bertanya apa saja pertanyaan yang diberikan? Dia galak tidak? Dia marah-marah tidak? Saya cuma bisa senyum dan menjawab pertanyaan dari semuanya dengan satu kalimat.
Dia baik

Ya sang dosen yang begitu ditakuti karena ke galakkannya, sinisnya dan juga pelitnya ternyata tidaklah benar. Jika dibilang galak. Galak yang seperti apa dulu. Saya rasa tidak, mungkin jika ada satu kalimat yang keluar dengan nada tinggi, bisa saja itu sebagai bentuk penegasan. Kalaupun mukanya sangar dan killer, kita tidak bisa langsung menarik kesimpulan dalam penilaian seseorang hanya karena melihat dari luar saja. Siapa tau wajah atau karakternya memang seperti itu  kalaupun dia pelit saat memberikan nilai. Beliau sudah pasti memberikan nilai sesuai dengan kapasitas mahasiswanya.

Jadi, jangan mudah menilai orang lain dan menjadikan orang lain berdasarkan persepsi orang kebanyakan. Coba kita lihat dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin bagi orang lain dia galak dia tidak baik. Tapi bisa jadi buat kita dia adalah orang yang baik dan ramah. Pun sebaliknya.

Apa yang kita pikirkan itu yang akan jadi kenyataan. Oleh sebab itu, jika kita mendengar satu kabar tentang keburukan seseorang, cobalah pandang dari sudut yang berbeda. Dari sudut pandang orang lain. Jangan terlalu mudah menyimpulkan dia seperti apa yang dikatakan orang kebanyakan. Karena bisa jadi ternyata dia jauh lebih baik dari apa yang dibicarakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar