Kamis, 31 Maret 2016

Bahaya Berada di Zona Nyaman

Ada orang yang selalu bersisi kukuh dengan pendapat nya. Dan selalu membenarkan apa yang dia katakan atau dia lakukan. Bahkan ketika salahpun tak jarang dia mencari-cari alasan pembenaran. Ketika diberi tahu kebenarannya dia selalu berkilah pendapatnya benar. Dia menolak pembenaran terhadap apapun. Tipe orang seperti ini adalah tipe orang yang selalu mencari aman. Dia sudah terlanjur nyaman berada di zona nya. Bahkan tetap bertahan, meskipun sudah banyak orang yang mengajaknya melakukan perubahan.

Kita bisa menemui orang-orang seperti ini dilingkungan kita. Ketika kita hendak mengajaknya untuk berubah, dia menolaknya mentah-mentah. Dia tidak mau mengikuti saran yang dia berikan. Bahkan tak jarang dia selalu memandang sesuatu perubahan dari sisi negatif. Hati-hati jika kita terjerumus pada zona ini, zona nyaman yang menolak perubahan. Ini bahaya! Karena bisa jadi ketika ada di zona ini kita memiliki pola fikir yang negatif.

Tipe orang seperti ini biasanya sulit beradaptasi. Karena ketika lingkungannya memaksa dia untuk berubah, dia tetap saja seperti itu. Dia tetap bertahan dengan semua pembenarannya. Maka jangan heran ketika orang ini berada disuatu lingkungan, dia akan menimbulkan konflik. Bahkan permusuhan! Ko bisa? Ya bisa, karena dia selalu merasa benar dan tidak ingin disalahkan. Sehingga dia selalu memaksakan kehendaknya untuk tetap bertahan di lingkungannya yang mengakibatkan adanya perbedaan.

Ketika dia membenci seseorang, dia akan mempertahankan rasa bencinya yang didukung dengan alasan-alasan yang dia berikan kepada alam bawah sadarnya untuk direkam kemudian direalisasikan. Sehingga ketika dia benci kepada seseorang, maka dia akan membencinya dengan pembenaran tersendiri. Dia juga sulit untuk memaafkan. Karena pikirannya sudah dipenuhi oleh hal-hal negatif.

Tipe orang seperti ini juga adalah tipe orang yang mudah iri atau bahkan benci pada seseorang yang lebih sukses darinya. Tak jarang, dia memandang kesuksesan orang lain sebagai suatu kebetulan atau bahkan tak lebih baik dari dia. Dia selalu berkilah bahwa dia juga bisa sukses, bahkan lebih baik. Dia seolah tidak mau dan enggan untuk mengakui kesuksesan atau keberhasilan orang lain. Karena kebiasaan "selalu merasa benar"-nya sudah tertanam di alam bawah sadar. Sehingga dia hanya melakukan apa yang menurut dia benar.

Dia bekerja dan berusaha keras untuk mewujudkan mimpinya, namun dia jarang merasa puas, karena hatinya sudah terbalut dengan rasa iri dan benci. Sehingga ketika dia mengejar sesuatu, yang ada dalam benaknya adalah "mengalahkan" dan selalu ingin lebih baik dari orang lain dan cenderung selalu ingin dipuji. Orang seperti ini, bisa saja menjadi orang kaya. Tapi cenderung tidak bahagia, karena dia mengejar sesuatu hanya sekedar untuk dipuji dan dipuja.
Meskipun banyak harta dia cenderung terlihat tidak bahagia dan sengsara, karena dia hanya ingin terlihat sempurna di mata manusia.

Hati-hati jika kita bertemu dengan orang seperti ini. atau mungkin kita sudah mulai masuk ke dalam tipe orang seperti ini? Tipe orang yang selalu ingin berada di zona nyaman dengan segala pembenarannya.

Pada dasarnya sebagai manusia, kita harus berubah? Kenapa, karena kita juga harus berhijrah menjadi lebih baik jika kita menginginkan kehidupan yang lebih baik. Baik yang bukan menurut kita, tapi baik menurut al-quran dan sunah. Tak perlu menjadi orang lain untuk menjadi lebih baik, tapi lebih baik dari diri kita sebelumnya.
"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubah apa-apa yang ada pada diri mereka ” (QS.13:11)

Rabu, 30 Maret 2016

Ketika Menulis Menjadi Candu

Ada yang iseng bertanya, rajin amat Fi posting di blog. Emang bakalan ada yang baca? Emang ada yang suka? Emang ada yang komentar? Emang blog nya udah d verify? Yah itulah berbagai pertanyaan yang sering saya dapatkan ketika saya update blog di akun media sosial.

Sebenarnya sih tujuan update pengen aja nulis. Pengen aja berbagi pengalaman. Syukur-syukur kalo ada yang baca dan bisa mengambil hikmah dari kisah atau cerita yang saya tulis. Kalo gak ada juga gak apa-apa. Karena kembali lagi, menulis sekarang sudah jadi hobi. Seolah menjadi candu buat saya. Ada sesuatu yang hilang ketika saya tidak menulis atau update. Lebay sih, tapi mau gimana lagi. Ketika kebiasaan itu berubah menjadi hobi, maka itu akan sulit dihilangkan.

Mungkin dulu tujuan saya menulis agar dapet pujian agar dapet komen atau sekedar like. Tapi sekarang saya sudah merubah semua niat dan tujuan saya. Tujuan saya menulis adalah untuk menyalurkan hobi yang saya miliki dan mudah-mudahan bermanfaat. Jika tak bisa untuk orang lain, ya semoga bermanfaat untuk diri sendiri sebagai pengingat atas apa yang sudah saya perbuat.

Ah so bijak kamu fi? Kamu update begitu karena kamu gak pernah ngerasain apa yang aku rasain.
Ah kamu bilang begitu. Emang bisa kamu ngejalaninnya? Emang kamu bisa ngelakuin apa yang kamu bilang? Kamu tuh teori banget, emang prakteknya bisa?

Ya, ya ya komentar itu pernah saya dapatkan dari temen, sahabat hingga orang-orang terdekat saya. Bagaimana perasaannya? Kaget, kesel dan deg-degan. Kenapa kaget? Karena saya merasa tertampar. Mungkin apa yang mereka katakan itu ada benarnya. Kenapa kesal? Kesal karena mereka tidak menghargai hasil tulisan saya. Tapi kemudian saya kembali berfikir. Mungkin memang saya seperti itu, mungkin memang saya terlalu fokus mengajak berubah tapi saya sendiri masih gitu-gitu aja. Well, itu masukan baru buat saya.
Trus kenapa deg-degan? Deg-degan karena saya bingung apakah saya akan berhenti menulis setelah mendapatkan komentar dari orang lain. Ataukah akan terus berlanjut menulis melanjutkan hobi saya?

Sayapun mengambil keputusan untuk tetap terus melangkah maju. Saya tidak akan berhenti hanya karena sebuah komentar atau apa yang dikatakan orang lain. Karena pada dasarnya, apapun yang kita lakukan sudah pasti akan menuai komentar. Jika memang ada yang mengkritik, bisa saya jadikan sebagai instropeksi diri. Jika masih saja berkomentar dengan apa yang saya tulis, abaikan saja.

Saya ingat kata-kata dari Pak Jamil Azzaini yang mengatakan "jika kamu tak siap di puji dan dicaci, maka kamu tidak akan menjadi apa-apa"
Jadi tetaplah melangkah, apapun yang terjadi. Jangan biarkan mereka menghalangi mu untuk mewujudkan cita-cita mu 😊😊😃

________________________________________

Tulisan lainnya boleh juga di baca. Semua ada di inirisfi.blogspot.com

Takut Kehilangan

Setiap manusia pasti memiliki rasa takut. Entah itu takut pada binatang, entah itu takut pada makanan, pelajaran, guru ataupun yang lainnya. Namun yang pasti rasa takut yang ada pada setiap masing-masing manusia adalah takut kehilangan.
Kenapa takut kehilangan? Ya karena mereka sudah memiliki. Manusia akan merasa takut kehilangan ketika mereka sudah memiliki apa yang mereka dapatkan.

Rasa takut kehilangan yang mereka rasakan bisa berupa takut kehilangan harta benda yang mereka miliki dan takut kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Inilah ketakutan yang paling dihindari oleh manusia. Kebanyakan dari mereka seolah belum siap dan tidak ikhlas jika harus kehilangan salah satu dari dua pilihan di atas.

Namun sebenarnya, yang paling manusia takuti kebanyakan adalah rasa takut kehilangan orang-orang yang dicintainya. Bagaimana bisa? Bisa, karena ketika manusia kehilangan harta benda, mereka bisa saja mencari nya lagi. Karena pada dasarnya harta itu bisa dicari dan diperoleh jika kita mau berusaha. Tapi bagaimana jika kehilangan orang yang dicintai? Ini yang terkadang sulit untuk diterima. Banyak dari kita seolah tidak ikhlas atau takut ketika orang-orang yang kita cintai pergi atau di ambil kembali oleh pemiliknya. Kita seolah tidak mau itu terjadi. Padahal sebenarnya apa yang ada didunia ini hanyalah titipan. Kita hanya diberi amanah oleh Allah. Selebihnya apa kita mampu menjaganya atau tidak, itu kita yang menentukan. Kenapa kebanyakan manusia seolah belum siap jika kehilangan? Itu karena mereka merasa memiliki apa yang telah Allah beri. Padahal sejatinya, tidak ada yang benar-benar kita miliki seutuhnya di dunia ini.

Mudah memang jika hanya berbicara saja, berbeda dengan prakteknya. Prakteknya cukup sulit untuk dilakukan. Tapi pasti bisa. Kita bisa menghadapi semua rasa takut itu ketika kita sadar bahwa segala sesuatu yang Allah titipkan akan kembali Allah ambil.
Ketakutan itu untuk kita hadapi bukan kita hindari atau bahkan kita takuti. Kenapa Allah mengambil atau memisahkan kita dengan orang-orang yang sudah atau pernah kita cintai? Atau mungkin mengambil harta benda yang kita miliki. Karena ini adalah salah satu ujian yang Allah beri kepada manusia. Allah menguji kita dengan rasa takut. Takut kehilangan. Selanjutnya, apakah kita bisa melewatinya atau bahkan hanya meratapinya itu adalah pilihan kita. Semua kembali lagi kepada kita. Mau maju menghadapi rasa takut atau mundur? atau menyesal dan hanya meratapi apa yang sudah terjadi?
Itu semua pilihan kita.

Jumat, 25 Maret 2016

Tipe-Tipe Orang Marah

Semua orang disni pasti pernah merasakan yang namanya marah. Ada yang meluapkan amarahnya dengan emosi yang membara. Ada yang meluapkan amarahnya dengan anarkis, ada yang meluapkan amarahnya dengan menangis.

Ada beberapa tipe orang pemarah, diantaranya adalah :

Kayu bakar
Ada tipe orang yang emosinya seperti kayu bakar. Biasanya tipe orang seperti ini adalah tipe orang yang mudah terbakar emosinya. Sama seperti kayu, dengan mudah terbakar jika dia diberi api dan setelah terbakar dia hangus bagai arang. Tipe orang seperti ini biasanya mudah tersulut emosi ketika ada seseorang atau suatu hal yang memancing emosinya. Setelah terbakar, nyala emosinya begitu membara bahkan biasa juga membuat benda disektarnya hangus ikut terbakar. Namun setelah padam, kayu tadi menajdi arang, ini berarti orang tersebut adalah tipe orang yang memndam amarahnya hingga hatinya masih menyimpan dendam dan kesal meskipun emosinya sudah meluap.

Kertas
Kertas. Tentu kita semua tau kertas itu adalah benda tipis yang mudah sekali terbakar. Tipe orang seperti ini adalah tipe orang yang hampir sama dengan tipe kayu bakar. Bedanya,  tipe orang seperti ini adalah tipe orang yang mudah emosi namun mudah juga reda. Ibarat kertas dia mudah terbakar, namun tak lama, apinya bisa hilang begitu saja. Biasanya orang yang memiliki sifat seperti ini adalah orang yang mudah marah, tapi tidak menyimpan amarahnya dalam hati. Dengan mudah amarah yang ia keluarkan bisa lenyap bahkan hilang begitu saja tanpa tersisa.

Besi
Tipe orang seperti ini biasanya adalah tipe orang yang tidak mudah marah. Layaknya besi, besi adalah benda yang tidak mudah terbakar. Meskipun kita sudah memberikan minyak tanah sekalipun, besi tak akan mudah terbakar. Ia hanya merah dan menimbulkan panas. Namun hati-hati, ketika besi dipanaskan secara terus menerus, ia akan menjadi hitam. Dan besinya sendiri akan panas. Ketika kita pegang, bisa jadi besi itu akan membuat kita sakit. Biasanya tipe orang seperti ini adalah tipe orang yang sulit untuk meluapkan emosinya. Namun setiap sesuatu yang membuatnya emosi,  dia simpan dalam hatinya. Dia memang tidak menunjukan emosinya, namun dia simpan dalam-dalam emosinya, hingga setelah emosinya terkumpul besi itu bisa menimbulkan hawa panas. Hingga suatu saat ketika kita mencoba "memegangnya" kita akan terluka karena besi itu terlalu lama di "panaskan".

Batre
Kenapa batre? Sejak kapan batre bisa digunakan untuk membakar? Bukan untuk dibakar, ini hanya ibarat saja. Batre adalah benda yang terlihat kokoh. Dia dibungkus oleh kulit yang bagus dan kuat. Dari penampilan luarnya dia bisa terlihat gagah dengan bungkus luarnya. Tapi, ketika dia terbakar, dia bisa meledak. Bahkan dia bisa melukai orang-orang disekitarnya. Dia bisa memberikan ledakan, tidak besar memang tapi cukup membuat semua orang kaget akan ledakannya. Namun apa yang terjadi saat dia meledak? Dia hancur, sudah tak berbentuk lagi, bahkan kulit yang kokoh membungkusnya pun sudah ikut hancur. See? Biasanya tipe orang seperti ini memang jarang kita dapatkan. Tapi ada saja tipe orang seperti ini, biasanya dia terlihat rapih dengan bungkus luarnya, namun ketika emosinya terbakar dia bisa saja "meledak" dan membuat orang disekitarnya terluka. Hingga ketika dia meledak, biasanya dia sudah tidak memiliki lagi "nilai".

Ban
Kenapa ban? Karena ban juga bisa digunakan sebagai bahan bakar. Biasanya ban digunakan saat ada demo. Massa menggunakan ban dengan tujuan menimbulkan api yang cukup membara dan menimbulkan nyala api yang besar dan juga lama. Selain itu, biasanya ban juga menimbulkan bau yang tidak sedap. Biasanya tipe orang seperti ini adalah tipe orang yang bisa dimanfaatkan oleh oknum. Kenapa seperti itu? Karena ban lazimnya digunakan untuk tindakan demo atau tindakan anarkis lainnya. Jadi tipe orang seperti ini adalah tipe orang yang dengan mudah dimanfaatkan orang lain. Dia mudah terhasut. Ketika emosinya sudah terbakar, dia terus dihasut hingga emosinya membara, bahkan tak jarang emosinya juga disertai dengan kata-kata kotor yang tak seharusnya dikeluarkan.

Rasulullah bersabda:”Bukanlah orang yang kuat itu orang yang selalu menumpaskan orang lain, sesungguhnya orang yang kuat itu adalah orang yang dapat mengawal diri ketika marah.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Rasulullah saw bersabda :"Barangsiapa yang menahan kemarahannya padahal dia mampu untuk melampiaskannya maka Allah Ta’ala akan memanggilnya (membanggakannya) pada hari kiamat di hadapan semua manusia sampai (kemudian) Allah membiarkannya memilih bidadari bermata jeli yang disukainya."

Kurang lebih seperti itulah tipe-tipe orang ketika marah, ada yang bisa menahan amarah? Jika dia mampu menahannya maka dia termasuk orang yang kuat di mata Allah.
trus kita masuk tipe yang mana?

Selasa, 22 Maret 2016

Muda Taat, Tua Bermanfaat Mati Bahagia di Akhirat

"Entar aja ah taubatnya kalau udah tua. Mumpung masih muda, nikmatin dulu aja masa mudanya. Jangan serius-serius amat hidup mah."

Celetukan dari seorang pemuda yang cukup menarik buat saya. Tak jarang, banyak dewasa dan remaja yang mengatakan hal seperti itu. Menurut mereka, muda foya-foya, tua bahagia dan mati masuk surga. Lah mending kalo misalnya usia kita bisa sampe tua. Kalo masih muda udah dipanggil yang maha kuasa gimana? Terus lagi foya-foya. Apa jadinya? Naudzubillah....

Tua taubat itu sudah biasa. Tapi kalau muda taubat itu luar biasa. Apa yang kita lakukan itu adalah investasi kita untuk nanti di akhirat. Allah berfirman “Aku cinta orang tua yang bertobat dan  cintaku lebih besar pada pemuda yang bertobat.” kenapa lebih besar kepada pemuda yang bertaubat? Karena dimasa mudanya mereka mampu melawan hawa nafsu mereka untuk tetap melakukan kebaikan dan bertaubat di jalan Allah.

Disaat anak muda yang lain sibuk melakukan kehidupan yang bebas tanpa aturan, di sisi lain ada anak muda yang sibuk bertaubat agar mendapat cinta dan ridho dari Allah, karena mereka yakin, bahwa mereka tak akan selamanya kekal hidup di dunia. Maka dari itu, selagi mereka muda, mereka sibuk mempersiapkan diri untuk menghadapi mati.

"Tapi nanti masa mudanya gak asyik dong kalo sibuk ibadah? Gimana mau nikmatin masa mudanya?" Kata siapa, justru anak muda yang rajin ibadahnya mereka akan jauh lebih bahagia. Karena buat mereka mencintai Allah dan dicintai oleh Allah itu sudah cukup untuk bekal mereka menjalani hidup dan mewujudkan impian mereka. Bisa kita lihat contoh generasi muda sekarang, yang hidupnya penuh dengan ketaatan dan menebar manfaat kepada umat, yang sejak muda mereka sudah berhijrah untuk menjadi lebih baik. Seperti Mas Ippho Santosa, Sandiaga Uno, Ahmad Rifan Rifai, Aldilla Dharma, Tere Liye, Mas Mono dan masih banyak lagi. Jika kalian lihat profil dan latar belakangnya, mereka sama sekali tidak seperti kebanyakan anak muda zaman sekarang.

Sejak usia remaja, mereka sibuk bekerja keras, namun tidak melupakan tugas mereka sebagai manusia yang harus beribadah kepada Tuhan-Nya. Bahkan setiap usaha yang mereka lakukan selalu mereka barengi dengan doa. Dan hasilnya bisa kita lihat? Mereka masih muda, sukses dan kaya tapi mereka tetap bersahaja, mereka juga bisa menebar manfaat kepada semuanya, dan menebar kebaikan. Semakin mereka merasakan manisnya hidup semakin mereka mencintai Allah. Itulah janji Allah. Ketika kita mencintai Allah maka Allah juga akan mencintai hambanya. Kenikmatan mana lagi yang bisa kita kalahkan selain nikmat karena mendapatkan ridho dari Allah? Bukan kah ridho Allah lah yang kita cari?

Wahai Jibril, aku mencintai orang ini maka cintailah dia!” Maka Jibrilpun mencintainya, lalu Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit dan berkata: “Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintai pulalah dia oleh kalian semua, maka seluruh penduduk langit pun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini.” (HR. Bukhari)

Jadi, mulai sekarang. Mari rubah prinsip kita menjadi muda Taat, Tua bermanfaat dan mati bahagia di akhirat. atau bisa juga seperti yang dikatakan oleh Ahmad Rifan Rifai dalam bukunya: Muda Penuh karya, Tua Bahagia mati gapai surga. Mumpung masih muda, yuk sama-sama kita berhijrah menjadi lebih baik.

Senin, 21 Maret 2016

Kisah dibalik Baksos

Ini hikmah dan pelajaran dibalik baksos yang kami lakukan tadi pagi. Senin, 21 maret 2016. Sebelumnya mohon maaf, saya tidak bermaksud pamer berbuat kebaikan. Saya hanya ingin berbagi kisah saja dengan apa yg sudah kami lakukan tadi.

Kami melakukan baksos di daerah kab. Bandung, Andir yang kemarin terendam banjir. Saat kami kesana, Alhamdulillah air sudah mulai surut. Hanya tinggal lumpur di pinggir-pinggir jalan dan air yang menggenang bercampur lumpur, setinggi mata kaki. Saat masuk ke dalam rumah yang akan kami jadikan tempat untuk baksos, kami melihat ada bekas guratan lumpur di tembok. Sekitar 2 meter. Pa RT bercerita, bahwa banjir kemarin memang membuat kewalahan. Bahkan setiap tahun, ketinggian air selalu saja naik dari sebelumnya. Di daerah yang lebih rendah lagi banjir bisa mencapai 3 meter.

Innalillahi... Saya hanya bisa terdiam. Bagaimna mereka bisa hidup selama berhari-hari diposko. Mereka kekurangan air, makanan, bahkan mungkin beberapa benda berharga mereka juga hanyut terbawa banjir. Setelah banjir surut, mereka kembali ke rumahnya masing-masing dan membersihkan rumah dari lumpur. Namun kemudian, selang beberapa hari, banjir kembali datang, dan mereka harus kembali mengungsi.
Saya tak bisa  membayangkan bagaimana jika saya disana. Bisa jadi saya hanya menangis dan menangis.

Yang datang ke posko kebanyakan adalah lansia dan dewasa. Kebanyakan mereka mengeluh bahwa mereka gatal-gatal, pegal, pusing dan mencret. Sudah bisa diprediksi, bagaimana mereka tidak gatal. Air bersih saja katanya sulit untuk mereka dapatkan, belum lagi mereka harus menyimpan barang-barang berharga mereka di tempat yang aman. Belum lagi mereka harus berkutat dalam air banjir yang bercampur lumpur dan air sungai yang jelas-jelas kotor. Maka kebanyakan dari mereka memiliki keluhan yang sama saat hendak berobat.

Setelah melakukan pendaftaran, pasien diperiksa tensi, suhu dsb. Kemudian menunggu giliran dipanggil oleh dokter. Ada satu pemandangan yang membuat saya risih. Saat mereka menunggu panggilan dari dokter, mereka menikmati konsumsi yang diberi, dan sampah sisa konsumsi yang mereka makan mereka buang begitu saja. Bahkan tak jarang ada juga yang membuang kedalam selokan kecil.

Ingin rasanya saya menegur mereka. Apakah mereka belum kapok juga dengan banjir yang mereka "buat" sendiri? Banjir itu bukan takdir. Tapi banjir itu akibat dari perbuatan manusia yang tidak pernah mau menuruti peraturan dan menjaga kebersihan. Di pinggir jalan pun begitu banyak sisa-sisa sampah berserakan dan menumpuk.

Kebanyakan masyarakat heboh dan sibuk menuntut. Mereka sibuk menuding pemerintah lalai, mereka sibuk menuntut pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan banjir yang mereka hadapi. Mereka sibuk agar pemerintah segera memberikan bantuan untyk musibah ini. Ini bukan tanggung jawab pemerintah saja, tapi ini tanggung jawab kita semua. Setidaknya kita semua harus mulai disiplin. Buanglah sampah pada tempat yang sudah disediakan. Ini mungkin memang tidak langsung membuat banjir tiba-tiba berhenti atau surut. Tapi setidaknya ini bisa membuat debit air sungai berkurang. Karena air mengalir dengan lancar tanpa hambatan dari sampah yang berserakan. Bukan kah menjaga kebersihan adalah sebagian dari iman?

Dan sikap itu harus mulai ditanamkan dalam diri masing-masing masyarakat. Ini hanya perilaku. Dan masih bisa dirubah. Kebiasaan membuang sampah itu masih bisa dirubah jika kita mau melakukannya. Mungkin bisa dimulai dari diri sendiri.

Namun dibalik semua kejadian itu ada satu perasaan bahagia, ketika melihat banyak orang yang datang dan antusias untuk berobat. Mereka datang berbondong-bondong untuk berobat. Bahkan tak sedikit dari mereka yang juga curhat dengan kejadian banjir kemarin. Ada satu pelajaran yang bisa saya ambil. Dibalik musibah yang mereka alami, mereka masih sempat dan bisa tersenyum. Saat mereka selasai berobat, bisa kami liat mereka pulang dengan raut muka yang sumeringah. Kini saya percaya, bahwa yang mereka butuhkan bukan hanya pengobatan, tapi juga perhatian, dan pendekatan untuk mulai disiplin membuang sampah.
#kami tidak hanya mengulurkan angan, tapi
#kami mengulurkan tangan
(Klinik Cahaya Qalbu & Fakultas Ekonomi Uniba)

Minggu, 20 Maret 2016

Cara jitu melupakan Seseorang

Jatuh cinta bejuta rasanya, putus cinta galau gelisah merana. Mungkin ini cocok untuk menggambarkan kondisi anak muda zaman sekarang.

Tulisan ini cukup panjang. Untuk anda yang suka membaca, monggo dibaca. tapi kalau tidak suka membaca, ya dicoba dulu baca. Kali aja tulisannya bisa membantu. Hehehehe 😁😀

Ada yang bertanya kepada saya, "bagaimana cara melupakan seseorang yang kita sayangi? Semakin kuat aku melupakannya. semakin aku sulit melupakannya. Bahkan semua akun media sosial sudah aku blokir, no tlp dan semua kontak juga aku blokir. Tapi kenapa malah ingat terus. Aku menderita jika seperti ini terus. Bahkan aku mengingat semua kelakuan buruknya yang membuatku jengkel, agar aku bisa melupakannya. Itu memang berhasil untuk sementara waktu, tapi besoknya aku ingat lagi. dan tiba-tiba kangen sama dia."

Oke, permasalahannya adalah dia ingin melupakan seseorang yang dia cintai. Dia melakukan pemblokiran yang berhubungan dengan nya. Bahkan dia mencoba membencinya dengan mengingat semua kelakuan buruknya. Namun tetap tidak berhasil.

Sebenarnya cara jitu melupakan seseorang yang kita sayangi adalah dengan memaafkannya dan mengikhlaskannya. Sulit memang. Tapi bisa dilakukan. Ingat semua kebaikannya. Setidaknya dia juga pernah menorehkan kenangan indah dalam hidupmu. *cie bahasnya.

Gadis itu menolak saran saya mentah-mentah. "Kalau aku ingat kebaikannya, itu bahkan membuatku semakin sulit untuk melupakannya. Bahkan itu sama saja kembali membangun kenangan yang sudah lama aku kubur." santai, santai. Saya belum selesai. Kenapa saya berkata untuk ingat kebaikannya? Agar pikiran kita tidak dipenuhi oleh hal-hal negative. Semakin kita berusaha membencinya dengan mengingat sifat buruk atau kesalahan-kesalahan dia, hanya akan membuat kita marah dan emosi  sehingga pikiran kita akan dipenuhi oleh hal-hal negative. Secara tidak sengaja, otak akan membongkar semua file nengative, Sehingga kita tidak bisa berfikir dengan jernih. Dan membuata ura kita juga negative. Mugkin bisa terlihat dari wajah kita yang kusam karena tidak bisa tersenyum lepas.

Ketika pikiran kita dipenuhi oleh hal-hal negative maka yang ada adalah kita stress, mudah marah, tensi darah melonjak, suhu tubuh memanas. Itu karena pengaruh pikiran negative dalam otak kita. Bahkan bisa jadi kita juga jatuh sakit karenanya. Dalam energy medicine, Dr. Herbert dari universitas harvard mengatakan bahwa jiwa dan tubuh saling melengkapi. Ia juga mengatakan bahwa lebih dari 90% penyakit tubuh disebabkan oleh jiwa. Jadi bersihkan jiwa kita agar kita sehat. Salah satunya adalah menghindari pikiran negative pada diri kita.

Sekarang, coba ingat kebaikannya. Agar file-file positive dan energi positive bisa kita dapatkan. Saat kita mampu berfikir dengan baik dan jernih, itu bisa mempengaruhi mood dan kondisi jiwa kita. Setelah kita mampu mengingat kebaikannya. File-file positive yang ada dalam otak kita akan terbuka. Sehingga otak kita akan dipenuhi oleh fikiran positive yang mampu membuat kita lebih tenang dan lebih baik. Bayangkan bahwa anda tentunya pernah bahagia TANPA dia, sebelum kenal dia, tentunya anda pernah merasakan bahagia. Ingatlah apa yang membuat anda bahagia saat itu. Bawa dalam kehidupan anda sekarang agar anda bisa bahagia. Rasakan, dan ingat-ingat dengan persis, kapan anda bisa tertawa bahagia tanpa dia. Bayangkan dan rasakan itu kembali lakukan terus menerus. Hingga anda yakin bahwa sumber kebahagian bukan hanya berasal dari orang yang anda sayangi yang kini sudah pergi.

Sudah? Setelah tu coba ikhlaskan dia pergi. Kenapa harus ikhlas? Karena ikhlas adalah salah satu perbuatan terbaik seseorang saat melepaskan sesuatu yang dia sayangi. "Tapi susah, ikhlas itu susah!" dia mulai kembali marah dan nyolot. Tenang, kalau anda sudah menanamkan bahwa ikhlas itu sulit ya sampai kapanpun anda tak akan bisa melakukannya. Kembali lagi buka pikiran anda, pastikan pikiran anda dalam kondisi bersih dan positive. Cobalah dan yakinkan diri anda, bahwa anda bisa ikhlas dan menjalani ini dengan lancar.

Kenapa tidak boleh membenci dia? Karena membenci hanya akan membuat pikiran anda semakin terpuruk dan membuat anda semakin sakit hati. Yuk belajar ikhlas dan sabar. Pasti bisa, lambat laun pasti bisa melakukannya. Nikmati saja prosesnya. Kelak anda akan tau bahwa ikhlas itu nikmat. Karena didalamnya anda akan merasakan kasih sayang dari Allah yang luar biasa

Salah satu cara jitu untuk bahagia menurut syekh Abdul Azis Abdullah adalah perbanyak kesibukan dengan hal positif, jangan menghindari masalah, jangan terlena masa lalu, jangan takut menghadapi masa depan, jangan memperbesar masalah kecil, jangan meremehkan masalah kecil, jangan berputus asa dan bersikaplah tenang.

Bersikaplah tenang agar kita juga bisa mengambil keputusan dengan benar. Yuk move on tanpa harus membenci. Bahkan mendoakan dia yang terbaik.
"Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik untuk  dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, kerugian kejahatan itu untuk dirimu sendiri.....(Q.S Al-Isra:7)"
Selamat mencoba 😊😀😁

Jumat, 18 Maret 2016

Kekuatan sugesti

Mungkin sudah tak asing lagi ditelinga kita ketika kita mendengar celotehan dari seseorang "Saya kalo sakit, cocoknya berobat ke dr A, sekali saja berobat langsung sembuh." kemudian ada lagi yang nyeletuk "Kalo sakit gigi, saya cocoknya pake obat ini. Baru 1 tablet udah sembuh."

Ya itu sebagian kalimat yang sering kita dengar dilingkungan sekitar. Entah dari tetangga atau mungkin anggota keluarga. Pun dengan saya. Saya pernah merasakan hal yang demikian. Dulu saat saya SMA, saya mengalami alergi. Disekujur tubuh merah dan terasa gatal, entah dari mana sumbernya. Sudah berobat ke dokter terdekat, tapi masih saja rasa gatal itu tetap ada. Kemudian guru saya menyarankan agar saya berobat ke dokter D, yang tempatnya lumayan jauh dari rumah.

Guru saya bilang, kalo dokter nya itu ganteng, baik dan ramah. Makin semangat lah saya berobat mendengar kata-kata itu. Setelah sampai ditempat prakteknya antriannya panjaaaaaaang banget. Saya jadi berfikir, mungkin memang benar adanya dokter ini ganteng, ramah dan baik. Makanya pasiennya banyak.

Tibalah saya untuk diperiksa oleh dokter. Dan ternyata benar. Dokternya ganteng, meskipun beliau sudah tidak muda lagi. Tapi penampilannya kharismatik. Senyumnya ramah dan pelayananyna juga baik. Singkat cerita setelah berobat saya sembuh. Alhamdulillah...

Beberapa bulan kemudian, alergi saya kambuh lagi. Saya kembali memutuskan untuk kembali berobat kepada dr. D. Namun sesampainya di tempat prakteknya, petugas bilang bahwa dr. D sedang berada di luar negeri, jadi yang sekarang praktek adalah temannya. Karena perjalanan yang saya tempuh cukup jauh, saya memutuskan diperiksa oleh dr pengganti. Obat yang diberikan tidak jauh berbeda dengan yang diberikan oleh dr. D, hanya ada sedikit tambahan saja.

Tapi apa yang terjadi. Selang satu minggu, alergi saya masih belum membaik. Bahkan bertambah parah, saya kembali memutuskan untuk berobat dengan harapan saya bisa kembali berobat kepada dr. D. Alhamdulillah, ternyata saat kesana dr. D sudah pulang dari luar negeri. Sayapun menceritakan apa yang terjadi. Beliau hanya tersenyum dan berkata. "Itu sugesti kamu aja. Obat yang diberikan sama ko." saya hanya tersipu malu mendengarnya.

Ya, itu adalah sugesti saya. Sugesti jika saya berobat dan ditangani oleh dr. D maka saya akan sembuh. Saya rasa bukan saya saja yang seperti ini, banyak orang yang juga merasakan hal yang sama. Mereka menggunakan sugesti mereka pada seseorang atau sesuatu.

Ya, sugesti memang memiliki peranan yang penting dalam pikiran kita. Sugesti yang kita berikan pada pikiran kita akan memberikan sinyal kepada otak kita, sehingga apa yang kita pikirkan seolah akan terwujud menjadi nyata. Dalam bukunya, doktor Ibrahim Elfiky mengatakan bahwa pikiran akan melahirkan mindset yang kemudian akan secara otomatis akan tersimpan dalam alam bawah sadar kita. Sehingga memungkinkan apa yang kita inginkan akan terwujud nyata.

Betapa dahsyatnya sugesti dan keyakinan yang dihasilkan dari pikiran kita. Karena itu akan mempengaruhi semuanya. Contoh sederhana cerita di atas, karena saya sudah mensugesti dan yakin bahwa dengan berobat oleh dr. D maka saya akan sembuh, maka saya hanya bisa sembuh oleh dr. D. Karena secara tidak sadar otak alam bawah sadar saya sudah merekam dan memprogram dengan jelas, bahwa ketika saya berobat oleh dr. D maka saya akan sembuh.

Sekarang mari perbaiki mindset kita, jika memang kita hendak berobat, yakinkanlah bahwa yang memberikan kesembuhan itu adalah Allah, sedangkan dokter dan obat yang diberikan adalah perantara dari Allah. Tidak lebih.
Dan yakinkah bahwa Allah akan memberikan kesembuhan kepada kita setelah kita melakukan ikhtiar dan berdoa kepada Allah.

Jadi bukan masalah cocok atau tidaknya, tapi bagaimana kita menggunakan pikiran dan mindset kita saat hendak melakukan sesuatu.

Selasa, 15 Maret 2016

Ketika gadget Menjadi Lebih Penting

Akhir-akhir ini banyak orang yang begitu khawatir ketika handphone nya ketinggalan, chargernya ketinggalan atau yang sekarang, mungkin lebih panik ketika kuota habis ketimbang uang habis.

Ya ini fenomena zaman modern. Mereka lebih khawatir ketika kuota paket internet habis atau smartphonenya ketinggalan. Panik, gelisah, resah dan tak karuan. Mungkin itu yang dirasakan oleh sebagian orang. Termasuk saya.

Ketika batre hp mulai lowbatt dan chargeran ketinggalan, maka kita sibuk kesana kemari meminjam charger kepada orang lain. Ketika paket quota habis kita sibuk mencari wifi gratisan. Rupanya smartphone sekarang sudah menjadi separuh jiwa untuk kebanyakan orang. Bagaimana tidak, mereka seolah tidak bisa hidup tanpa smartphone dalam genggamannya.

Tak ayal, perusahaan handphone besar pun berlomba-lomba membuat smartphone terbaru dan tercanggih. Mereka seolah tak ingin ketinggalan zaman. Dulu, saya pegang hp ketika SMA, itu pun tergolong hp jadul. Tapi sekarang seusia anak SD bahkan sejak masih TK mereka mulai memegang smartphone yang canggih. Hingga mereka lebih asyik berteman dengan benda mati ketimbang bermain dengan teman-teman di dunia nyata.

Ketika bangun tidur yang pertama kali di cek adalah pemberitahuan di smartphone, benda yang satu ini seolah tak boleh jauh dari jangkauan kita. Bahkan tidurpun ia selalu tersimpan di samping kita. Ketika hendak ke kamar mandi tak lupa juga membawa smartphone. Kita tak pernah lepas dari benda ini. Sekalinya benda ini ketinggalan sudah dipastikan kita panik bukan kepalang.

Pernah kita terfikir bagaimana perasaan kita ketika kita lupa membaca ayat suci al-quran? Pernahkan terfikir ketika hafalan quran kita hilang dan lupa karena kesibukan kita, sehingga sholatpun hanya membaca ayat itu-itu saja? Pernah kita khawatir ketika shalat kita terlambat dan shalat kita ketinggalan? pernah kita mencoba mengisi waktu luang kita dengan amal-amalan sunah?

Secara tak sadar, kita sibuk dengan dunia sampai kita lupa memikirkan akhirat. Kita sibuk menumpuk rupiah hingga kita lupa ibadah. Naudzubillah...

Jumat, 11 Maret 2016

Bersyukur untuk Bahagia

Ada orang yang kaya, apapun yang dia mau bisa dia gapai dan dia raih dengan mudah. Tidur di kasur empuk, rumah yang luas dan nyaman. Makanan yang enak. Mobil yang mewah. Tapi mereka tidak bahagia. Mereka merasa hampa dengan kehidupannya.

Ada yang cantik, dia bisa mendapatkan siapa saja yang dia mau. Bisa tampil dengan baju yang dia mau. Banyak yang menyukainya. Tapi kadang mereka selalu merasa kosong. Mereka bahagia namun hatinya terasa sengsara.

Ada yang pintar. Bahkan mereka jadi rebutan universitas ternama. Memiliki nilai IPK yang tinggi, kemampuan yang mumpuni. Dan banyak teman yang menemani. Namun hidupnya terasa tak berwarna, dia merasa hidupnya begitu monoton.

Apa ada yang ganteng. Dia di gandrungi oleh semua perempuan. Dengan mudah dia bisa gonta-ganti pasangan kapanpun ketika dia mau. Selalu jadi pusat perhatian. Apa yang dia pakai dan apa yang dia lakukan bahkan selalu menjadi tiruan. Namun ternyata dia tidak nyaman dengan apa yang dia dapatkan. Ada sesuatu yang aneh. Ada sesuatu yang tidak bisa ia nikmati dan diterima hatinya.

Lantas apakah salah jika kita kaya? Jika kita cantik? Ganteng atau pintar? Apakah kita tidak boleh seperti itu? Tentu saja boleh. Itu semua adalah pilihan kita. Kita yang memilih mau cantik , ganteng, pintar atau bahkan kaya. Tidak ada yang salah ketika kita memilih itu. Yang salah adalah ketika kita tidak mampu mensyukuri apa yang Allah beri. Kita mendapatkan apa yang kita miliki, namun kita lupa bagaimana caranya bersyukur.

Bisa jadi kita mendapatkan apa yang kita mau, namun hati kita masih saja tak menentu. Kebahagian yang diperlukan hati tak sebatas materi, kemampuan yang mumpuni atau paras yang menarik hati. Namun kebahagian yang diperlukan hati adalah kebahagian yang bisa membuat hati damai. Membuat hati tenang.

Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mendapatkan kebahagian. Ada yang dengan cara berbagi, ada yang dengan cara menerima apa yang telah terjadi dan mensyukurinya. Mereka bisa melakukan cara-cara simple itu. Karena mereka tahu, bahwa kebahagian sejati tidak bisa didapat hanya dengan menghamburkan uang. Atau bersenang-sebang dan berhura-hura. Karena mereka yakin bahwa bahagia itu adalah pilihan. Maka dalam kondisi apapun dia bisa memilih untuk bahagia.

Mereka yang sadar seperti apa kebahagian sejati itu, pada akhirnya akan datang kembali kepada sumber kebahagian yang bisa memberikannya kebahagiaan sejati tanpa batas. Siapa lagi jika bukan Allah Ta'ala. Mereka akan kembali kepadaNya. Memohon ampunanNya dan mensyukuri apa yang telah diberikan kepadanya. Ketika hati mereka dan fikiran mereka telah dipenuhi rasa cinta kepada Allah. Maka buat mereka itu sudah cukup. Kalaupun mereka tumbuh menjadi pribadi yang kaya, cantik, ganteng ataupun pintar. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang bersahaja dan sederhana.

Senin, 07 Maret 2016

Tidak Tahu Terima kasih

Kenapa sih itu orang tidak tahu terimakasih? Udah dibantu, eh malah begitu. Giliran ada masalah aja, larinya ke saya, giliran udah gak ada masalah malah senang-senang sama orang lain. Malah cenderung lupa diri. Mungkin dia lupa, siapa yang membuatnya bangkit saat dia susah dulu. Siapa yang selalu memberikan semangat saat dia mulai menyerah.

Ada seorang anak perempuan yang bertanya hal itu kepada saya. Saya bilang "nyesek ya digituin sama orang?"
"Iya nyesek banget. Saya kadang menyesal kalo inget hal itu. Saya kurang baik gimana coba sama dia. Eh tapi dia tidak tahu terimakasih!" dia bercerita dengan menggebu-gebu penuh emosi. Saya hanya tersenyum karena dulu saya juga seperti itu.

Okey sekarang kita marah, kita sakit hati atas perlakuannya itu? Berarti ada sesuatu yang kita harapkan dari orang itu bukan? Ada sesuatu yang ingin kita dapatkan dari mereka. Entah itu ucapan, entah itu pengakuan atau mungkin pujian. Ya, wajar. Namnya juga manusia kadang pujian juga bisa membuat mereka senang. Yang terpenting jangan sampai membuat kita terlarut dalam pujian hingga kita takabur sampai lupa daratan.

Mungkin kembali kita harus meluruskan niat. Meskipun memang tidak semudah seperti yang diucapkan. Tapi cobalah lakukan sesuatu karena Allah, karena berharap kepada manusia hanya akan membuat kecewa. Seperti yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib "Aku sudah merasakan semua kepahitan di dunia. Dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia". Berarti, jauh sebelum kita, dahulu sahabat nabi juga pernah merasakan kepahitan ketika berharap kepada manusia.

Bagaimana mungkin manusia bisa memberikan kebahagiaan? Mereka hanya manusia biasa dan kadang hatinya berubah-ubah. Satu-satunya yang tak pernah membuat kita sakit hati adalah berharap kepada Allah. Karena Allah akan mengerti apa yang kita butuhkan. Meskipun tak jarang kita juga salah mengartikan apa yang Allah beri.

Itulah sifat manusia yang kadang memang tidak bisa diterima. Tak sedikit manusia yang datang kepada Allah saat mereka memiliki masalah. Saat mereka tidak tahu lagi kemana mereka akan lari. Mereka segera menghadap Allah dan berkeluh kesah kepada Allah atas apa yang terjadi pada mereka. Mereka rajin beribadah ketika mereka menginginkan hajatnya terkabul. Tapi, saat mereka kembali senang, tak jarang mereka mendadak lupa akan kebiasaannya beribadah dan berdoa kepada Allah. Apa Allah marah? Wallahu alam. Tapi, meskipun berulang kali kita melakukan hal yang sama, Allah tak henti-hentinya menolong kita dan memberikan kita rezeki. Meskipun kita sering lupa pada-Nya. Maha baik Allah, maha penyayang dan maha memberi.

Sekarang, kembalikan semua pada tugas awal kita sebagai manusia. Yang perlu diingat adalah kita ditugaskan untuk saling mengingatkan dan untuk menebar kebaikan dan saling membatu sama lain.
Jika memang ada yang datang kepada kita hanya saat ada masalah, tak apa. biarkan ini menjadi salah satu bentuk ibadah kita kepada Allah. Kita diberi kepercayaan untuk membantu teman kita. Kita diberikan kesempatan untuk saling mengingatkan. Masalah dia tidak tahu terimakasih atau tidak biarkanlah itu menjadi urusannya. Yang penting kita harus tetap berbuat baik kepada mereka.

Kenapa harus saya?

Ada yang bertanya, kenapa harus aku yang mengalami ujian ini? Kenapa aku selalu seperti ini? Kenapa ini terjadi lagi? Aku sudah cape dengan semua ini, aku sudah letih dengan semua ini. Ya, mungkin tanpa kita sadari kita juga pernah bertanya-tanya seperti pertanyaan di atas.

Sekarang begini, ibarat sedang sekolah, kita tentu pernah ditugaskan oleh salah seorang guru untuk maju kedepan mengisi soal yang diberikan. Setelah kita selesai menjawab pertanyaan nya, sang guru akan memberikan kita poin dan nilai plus atas usaha yang kita lakukan. Sementara yang lainnya tidak.

Keesokan harinya ada lagi soal yang harus dikerjakan. Sang guru meminta kepada muridnya siapa yang bisa menyelesaikannya dan maju ke depan. Tapi ternyata tidak ada yang maju, dengan alasan sulit dikerjakan. Akhirnya guru menunjuk kembali anda untuk mengeksekusi pertanyaan itu, karena sang guru yakin bahwa anda bisa menyelesaikannya. Dan ternyata benar, anda bisa menyelesaikannya. Meskipun memang butuh waktu yang cukup lama.

Sama analoginya seperti ketika Allah memberikan ujian. Mugkin sebagian dari anda sudah sering atau tak jarang bosan mendengar bahwa Allah memberikan ujian kepada hambanya sesuai dengan kemampuan hambanya. Sama, tapi bila kita analogikan seperti ini, mungkin saja anda bisa menerimanya.

Ketika anda bertanya kenapa harus saya? Kenapa saya lagi? Kenapa seperti ini lagi? Saya sudah lelah dan sudah capek dengan semua ini. Ini sama seperti ketika guru anda meminta anda untuk menyelesaikan tugasnya dan menunjuk anda untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Pertanyaannya, kenapa anda? Kenapa tidak yang lain? Karena Allah yakin anda mampu menyelesaikan tugas itu dengan baik. Allah yakin anda mampu menjawab pertanyaan itu dengan benar. Allah tahu bahwa anda bisa menyelesaikan masalah nya. Dan ketika anda mampu menjawabnya dengan benar, maka Allah juga akan memberikan poin dan nilai plus untuk anda. Entah dalam bentuk kesabaran yang meningkat, entah dalam bentuk keikhlasan yang semakin terlatih.

Hanya kita yang mampu merasakan apa yang Allah beri kepada kita, dan dalam bentuk apa. Itupun jika kita mampu menerima ujian ini dengan hati yang ikhlas dan menjalaninya dengan penuh kesyukuran bukan keluhan.

Jadi, jika anda masih saja bertanya kenapa harus saya, itu tandanya anda adalah orang terpilih. Karena dari sekian banyak orang didunia ini, anda lah yang Allah pilih untuk menerima ujian ini dan mendapatkan nilai lebih dari Allah.
Ujian bisa jadi bentuk kasih sayang Allah kepada setiap hambanya. Karena tidak semua orang bisa mendapatkan ujian dari Allah sang maha cinta.

Rabu, 02 Maret 2016

Hidup adalah Ujian

Menjalani hidup itu seperti menjalani masa-masa sekolah.
Saat kita sekolah atau kuliah. kita akan menghadapi ujian, entah itu ujian nasional. Ujian tengah semester, ujian akhir atau bahkan ujian dadakan. Sebagai murid, tentu kita wajib mengikuti ujian jika kita mau lulus dan meraih kesuksesan dan cita-cita yang kita impikan.

#Mugkin terbersit dalam diri kita, saat guru tiba-tiba mengumumkan ada ujian dadakan. Kita syok, kita kaget dan belum siap. Tapi mau gimana lagi, mau tidak mau kita harus siap mengisi poin demi poin soal yang diberikan. Ada yang bisa mengisinya dengan baik, karena sebelumnya dia selalu memperhatikan setiap pelajaran yang diberikan. Ada yang tidak mampu mengisinya karena alasan belum belajar.

>>Sama seperti ujian dalam kehidupan. Tentunya semua orang pasti akan di uji. Karena ujian juga datang kepada manusia tanpa menunggu kita siap atau tidak. Ada sebagian orang yang mampu menyelesaikan ujiannya dengan baik, karena dia siap. Dia siap, karena dia sadar, sebagai hamba dia pasti akan di uji, dan dia mempersiapkan diri sejak jauh-jauh hari. Adapula yang mengatakan belum siap, biasanya tipe orang seprti ini adalah tipe orang yang terlena dengan kehidupan. Sehingga mereka lupa atau bahkan tidak mempersiapkan apapun saat ujian datang.

#Saat ujian tengah semester datang. Semua  harus siap menghadapi setiap mata pelajaran yang akan dijadikan bahan ujian. Mungkin tak sedikt dari kita mengatakan, Kenapa harus ada matematika? Kenapa harus ada kimia? Kenapa harus ada fisika? Kenapa harus ada sejarah? Kenapa harus ada bahasa inggris? Kenapa harus ada ujian? Ya, kenapa harus ada ujian?
Itu adalah syarat untuk kita agar kita bisa lulus ujian dan bisa melanjutkan ke tigkat yang jauh lebih tinggi.

>>Sama halnya seperti ujian kehidupan. Kita sering berkata, kenapa ada ujian seperti ini, kenapa hamba diuji seperti ini? Kenapa mesti ada penderitaan jika kebahagiaan itu ada?  (Eh maap, kalo yang ini jangan dibikin baper 😂😅).
Jawabannya sama dengan penjelasan diatas. Kita memerlukan ujian ini agar kita bisa lulus dan bisa melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi. Agar kita bisa mewujudkan harapan yang selama ini kita inginkan. Mau tidak mau, suka tidak suka kita akan diberikan ujian, yang kita sendiri tidak menyukainy. Sama seperti ketika kita harus menyelesaikan ujian matematika atau pelajaran lainnya.

#Ketika UAN/ ujian akhir. Ujian diberikan berdasarkan jurusan yang dipilih masing-masing. Tentu setiap orang akan diberikan ujian berdasarkan pilihan jurusan mereka masing-masing. Tidak mungkin pelajaran bahasa jepang diberikan kepada mereka yang memilih jurusan IPA dan tidak mungkin teknik komputer diberikan kepada mereka yang memilih jurusan kedokteran.

>>Sama dengan kehidupan. Ujian juga diberikan berbeda kepada setiap orang berdasarkan "jurusan"/ pilihan yang mereka ambil. Ya, hidup itu adalah pilihan. Maka ujian yang datangpun berdasarkan pilihan yang diambil. Tentunya masing-masing orang akan berbeda porsi dan banyaknya ujian yang diberikan.

Satu hal yang pasti. Tidak mungkin soal ujian anak SD akan diberikan kepada mahasiswa. Begitupun dengan kita. Tidak mungkin Allah memberikan ujian diluar kemapuan kita. Jika Allah memberikan ujian yang terasa berat buat kita. Itu tandanya kita sanggup menghadapinya. Hanya terkadang, kita saja yang terlalu naif membatasi batas kemampuan diri untuk melewati ujian yang Allah beri.

So, tetaplah persiapkan diri untuk menjalani hidup ini dengan sebaik mungkin, untuk menghadapi dan menyelesaikan ujian ini sebaik mungkin. Agar kta bisa lulus dengan nilai terbaik dan kita bisa mewujudkan impian dan cita-cita kita. Aamiin

Amanah

Ketika kita masih kecil, kita pasti suka memakan permen. Namun tak jarang orang tua kita mengambil permen yang sedang kita makan dan membuangnya. Bahkan tak jarang kita juga dibentak dan diperingati untuk tidak memakan permen lagi. Apa itu bentuk rasa benci orang tua kepada anak? Tidak, malah itu adalah bentuk kasih sayang orang tua. Menurut kita orang tua kita jahat karena telah merenggut apa yang kita miliki. Tapi sebenarnya tidak. Mereka justru menghindarkan kita dari rasa sakit gigi yang timbul akibat kebnyakan makan permen. Atau bisa jadi menghindarkan kita agar gigi kita tidak berlubang. Mereka baik bukan? Cuma kita saja yang terlalu cepat menarik kesimpulan dari apa yang terjadi.

Sama halnya dengan Allah. Ketika Allah mengambil sesuatu dari kita, tak jarang kita marah. Bahkan tak jarang kita juga kecewa atau bahkan malah menyalahkan takdir. Dalam lubuk hati ada bisikan mengatakan, kenapa Allah begitu tega mengambil apa yang kita miliki. Kenapa Allah dengan cepat mengambil apa yang kita punya? Kenapa? Dan kenapa. 
Kita tidak tahu, padahal bisa jadi apa yang menurut kita baik belum tentu baik menurut Allah. Bisa jadi Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Atau mugkin bisa jadi Allah menghindarkan kita dari suatu yang tidak baik, yang tidak kita ketahui.

"boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”  (QS. Al-Baqarah : 216)

Kita adalah manusia biasa, yang Allah beri amanah dan menitipkan sesuatu kepada kita. Ketika amanah itu sudah kita jaga dengan baik. Maka kapan saja Allah bisa mengambilnya. Kapanpun Ia mau, Ia bisa membawanya kembali. Karena segala sesuatu yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah. Bukann menjadi hak milik kita.

Kecewa? Iya, pasti akan ada rasa kecewa yang kita rasakan. Tak bisa dipugkiri, kita manusia biasa yang kadang juga mudah kecewa dan putus asa. Tapi kita tidak boleh menyerah begitu saja, yang perlu kita lakukan adalah bersabar dan ikhlas atas apa yang telah terjadi. Tetaplah berhusnudon kepada Allah.
kita tidak boleh berlarut dalam kesedihan dan putus asa. Karena diwaktu lain bisa jadi Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik yang kita nanti.

"Yakin lah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau jalani) yang membuatmu terpana, hingga kau lupa betapa pedihnya rasanya sakit." (Ali Bin Abi Thalib)