Minggu, 17 April 2016

Ketika Diri Sendiri Menjadi Musuh yang Nyata

Tak mudah melawan rasa egois yang ada pada diri sendiri. Aristoteles berkata "persoalan saya menghadapi diri sendiri melebihi beratnya persoalan saya menghadapi mahluk apa pun", karena  Musuh terbesar manusia adalah dirinya sendiri.

Tak jarang kita juga takut. Takut pada diri sendiri. Kita menakutkan sesuatu yang sebenarnya kita ciptakan sendiri rasa takut itu. Kita merasa lemah, payah dan tak berdaya hanya karena kita sendiri yang meyakininya bahwa kita memang seperti itu.

Kadang begitu mudah kita memberikan saran kepada orang lain, tapi begitu sulit memberikan saran untuk diri sendiri.

Kadang kita terlihat begitu bijak kepada orang lain, tapi tidak bisa bijak menghadapi diri sendiri.

Kita begitu mudah memberikan solusi untuk masalah orang lain, tapi begitu sulit memberikan solusi untuk masalah sendiri.

Kita begitu mudah mengatakan kepada orang lain untuk bersabar, tapi kita sendiri tak mampu melakukannya.

Kita menempuk bahu orang lain dan mengatakan ayo bangkit. Padahal kita juga sebenarnya rapuh dan ingin menyerah.

Kita berkata kepada mereka untuk tetap yakin, padahal kita sendiri yang paliing ragu.

Kita berkata kepada orang lain jangan pernah membenci, tapi kadang kita munafik karena kita juga mebenci. Bahkan membenci diri sendiri.

Kita berkata kepada orang lain untuk tetap tenang saat menghadapi masalah, padahal kita sendiri tak karuan saat masalah itu datang.

Kita berkata kepada orang lain, tersenyumlah saat masalah itu datang. Padahal kita menangis tersedu menghadapi masalah yang datang.

Kita berkata kepada orang lain. Berdoalah kepada Allah, dan bertawakal agar Allah menolong kita, padahal saat berdoa kita begitu serakah. Kita begitu memaksa menuntut Allah bahkan tak jarang kita tidak bisa menerima semua takdir Allah.

Kita berkata kepada orang lain tetap bersemangat menghadapi masalah. Padahal kita sudah melambaikan tangan untuk menyerah.

Kenapa kita begitu egois. Egois kepada diri sendiri. Tak jarang kita bahkan tidak mau memaafkan diri sendiri. Kita terus menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi. Kita seolah tak mampu menerima semua kenyataan yang telah terjadi. Kita tidak mau berubah. Kita masih saja menyakini bahwa inilah aku. Inilah aku apa adanya. Berubah bukan untuk menjadi orang lain. Tapi berubah untuk menjadi lebih baik dari diri kita sebelumnya.

Berdamailah dengan diri sendiri. Maafkanlah dirimu. Terima semua kesalahan yang telah terjadi untuk diperbaiki. Karena kebahagian itu datang dari dalam hati. Dia akan datang ketika hati kita memang sudah siap dan bahagia menjadi diri sendiri.

2 komentar: