Kamis, 23 Juni 2016

Hati ibarat sebuah halaman

Hati itu ibarat halaman yang ditanami pohon besar. Setiap hari sudah pasti akan ada daun-daun yang berguguran dan membuat halaman penuh dengan dedaunan yang jatuh.
Apakah kita menginginkannya? Tidak! Daun itu jatuh begitu saja tanpa kita minta. Namun adakalanya kita juga yang membuat daun itu jatuh (disengaja). Mislnya dengan nengambil buah di pohon atau menebang ranting dan menebang pohon sekalipun.

Halaman di atas bisa diibaratkan hati. Setiap hari, sengaja atau tidak disengaja, diminta atau tidak diminta. Akan ada dosa yang bersarang di hati kita. Apakah kita menginginkannya? Tentu tidak. Namun terkadang ada saja dosa yang tanpa kita sadari hinggap di hati kita. Atau bahkan kita sengaja membuat dosa itu. Seperti menebang ranting dan menebang pohon. Naudzubillah...

Lantas bagaimana cara kita membersihkannya agar tetap bersih?

Halaman rumah akan terlihat bersih saat kita menyapu halaman rumah. Bukan seminggu sekali. Bukan 2 hari sekali. Tapi setiap hari. Kenapa? Agar halaman itu selalu nampak bersih dan indah di pandang mata.
Kenapa harus setiap hari? Karena daun daun akan selalu berguguran setiap hari dan mengotori halaman rumah kita. Maka sudah sepantasnya kita membersihkannya setiap hari agar tidak banyak sampah yang berceceran.

Bagaimana dengan hati? Hati juga akan bersih ketika kita mampu menbersihkannya setiap hari, dengan banyak bertaubat, menghindari maksiat dan Memperbaiki diri. Bukan saat terasa dosa kita semakin banyak. Bukan disaat kita sedang terpuruk. Tapi setiap hari dan setiap saat. Kenapa? Karena sadar atau tidak dosa-dosa itu datang tanpa kita minta datang tanpa memandang kita siapa. Maka sudah sepantasnya kita wajib membersihkan hati setiap hatinya agar selalu nampak indah dan bersih.

Sabtu, 18 Juni 2016

Perubahan Saat Ramadhan Tiba

Mentang-mentang lagi puasa, baca Qurannya rajin
Mentang-mentang puasa sekarang pakai jilbab ke mana-mana
Mentang-mentang lagi puasa pakaiannya tertutup.
Mentang-mentang puasa bahasanya jadi lembut
Mentang-mentang puasa sekarang berubah jadi baik.
Ah, paling udah lebaran juga balik lagi kesemula.

Pernahkah kita mendengar sindirian seperti ini? Atau mungkin kita yang melakukan sindirian ini untuk orang lain?

Disadari atau tidak. Banyak dari kita yang terlalu disibukkan mengatur dan ikut campur urusan orang lain. Terutama jika mereka berhijrah atau berubah menjadi lebih baik. Tak jarang kita juga membuat ptaduga-praduga dan menarik kesimpulan atas perubahan yang terjadi pada  seseorang.

Tapi itu memang benar, dia begitu baik saat bulan puasa, tapi sesudah hari raya tiba dia pasti akan kembali  seperti dulu.

Lantas apa masalahnya? Jika mereka berubah saat bulan puasa? Ada yang salah? Iya salah. Yang salah itu kita yang terlalu sibuk mengurus urusan orang lain sementara kita sendiri tidak melakuakn perbuatan dan perubahan yang lebih baik saat bulan puasa.

Bulan puasa/ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Tentunya semua orang berlomba-lomba melakukan kebaikan di bulan baik ini. Masalah apakah mereka berubah atau mungkin "aji mumpung" saat bulan puasa. Itu bukanlah urusan kita. Niat mereka seperti apa hanya mereka dan Allah yang tahu. Kita tidak berhak mengambil kesimpulan atas niat seseorang ketika dia melakukan perubahan.

Kenapa tak kita doakan mereka yang berubah agar tetap , agar mereka tetap konsisten dengan perubahan yang mereka lakukan. Jika memang mereka kembali seperti semula saat bulan ramadhan berakhir. Biarkan saja itu urusan hatinya dengan Allah. Mungkin saja dia butuh waktu dan sedang dalam proses menuju perubahan yang lebih baik.

Apakah amalan mereka akan diterima jika mereka melakukan perubahan saat bulan ramadhan saja? Wallahu alam. Masalah amalan itu bernilai dimata Allah atau tidak, diterima atau tidak. tidak ada yang tahu. Itu urusan dan hak preogratif Allah. Kita juga tidak akan pernah tahu niat sebenarnya apa. Maka tugas kita adalah tetap berprasangka baik dan mendoakan yang terbaik pula buat mereka.

Jumat, 10 Juni 2016

Apa yang harus dilakukan ketika Kita mendapatkan Komentar?

Bagaimana cara menghadapi orang yang sukanya protes dan mengomentari apa yang kita lakukan?
Pilihannya ada dua.
Dengarkan atau abaikan.

1. Dengarkan, jika:

Apa yang mereka protes atau komentari kepada kita adalah sesuatu yang baik untuk kita, maka dengarkanlah. Jika memang mereka juga mengomentari sesuatu yang menuntut kita merubah sesuatu yang tidak baik yang ada pada diri kita. Maka berubahlah, berubahlah untuk lebih baik.

Jika memang apa yang mereka komentari dan yang mereka protes itu juga benar, tidak ada salahnya juga kita menerima masukan atas apa yang mereka katakan. Ibaratnya kita sedang berada dalam sebuah kompetisi. Jika apa yang kita lakukan salah, maka perbaiki. Jika kurang maka tingkatkan dan tambahkan. Jika apa kita lakukan sudah sesuai aturan maka pertahankan.

2. Abaikan, jika :

Abaikan jika apa yang mereka katakan itu hanya sebuah komentar yang bertujuan memperolok-olok apa yang sudah kita lakukan. Ada dua kemungkinan orang memperolok-olok apa yang kita lakukan, pertama, dia iri dengan apa yang kita lakukan dan yang kedua, mereka tidak memiliki kegiatan lain yang membuat hidup mereka berarti.

Abaikan jika apa yang mereka katakan itu hanya sebuah cara untuk mencari kesalahan kita. Jika menemukan hal semacam ini, biarkan saja. Biarkan mereka berbicara tanpa harus kita melawan dan juga angkat suara. Tapi buktikan bahwa kita tidak seperti apa yang mereka kira.

Abaikan jika memang tujuan mereka adalah menjatuhkan dan membuat kita tidak semangat. Ingatlah ketika kita melakukan sesuatu yang akan membuat kita sukses, maka, akan ada ribuan mulut, ribuan protes yang akan disampaikan untuk menentang apa yang kita lakukan. Tetaplah berjalan, tetaplah melangkah jika memang yang kita lakukan tidak mengganggu mereka dan melanggar peraturan.

Satu hal yang harus kita ingat, apapun yang kita lakukan akan selalu menuai komentar. Kita hanya memiliki dua tangan, tidak mugkin kita menutup mulut semua orang yang berkomentar. Tapi dua tangan bisa kita gunakan untuk memanjatkan doa kepada Allah. Semoga kita bisa bersabar atas apa yang orang katakan. Semoga kita bisa tetap istiqomah, semoga kita tetap bisa berhusnudzon atas apa yang terjadi.

Kamis, 09 Juni 2016

Apakah Hukum Karma ada Dalam Islam?

Ketika ada yang mengatakan. Suatu saat kamu pasti akan kena karmanya. Muncul satu pertanyaan, apakah dalam islam ada hukum karma?

Jadi, tidak ada hukum karma dalam islam. Jika memang ketika kita berbuat buruk kemudian kita juga terkena imbas atas perbuatan kita, itu bukanlah karma tapi itu adalah timbal balik atas apa yang sudah kita lakukan.  seperti apa yang sudah dijelaskan dalam Al-Quran

"Jika kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik untuk  dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, kerugian kejahatan itu untuk dirimu sendiri....." (Q.S Al-Isra:7)

Jadi, ketika kita berbuat jahat kemudian kita bertaubat dan berbuat baik, maka kita akan mendapatkan apa yang sudah kita perbuat.
Wallahu 'Alam

Selasa, 07 Juni 2016

Hakikat Kebahagiaan

Hakikat sejati kebahagiaan hidup. Hakikat itu berasal dari hati. Bagaimana kita bisa membersihkan dan melapangkan hati sendiri. Bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun belajar membuat hati lebih lapang, lebih dalam, lebih bersih. Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati yang datang dari luar hati kita. Hadiah mendadak, kabar baik, keberuntungan, harta benda yang datang, pangkat, jabatan, semua itu tidak hakiki. Itu datang dari luar. Saat semua itu hilang, dengan cepat hilang pula kebahagiaan yang kita rasakan.

Sebaliknya, rasa sedih, kehilangan, kabar buruk, nasib buruk, itu semua juga datang dari luar. Saat semua itu datang dan hati kita dangkal, maka hati kita akan keruh berkepanjangan dan merasakan penderitaan yang begitu mendalam.

Berbeda jika kita meyakini kebahagiaan itu datang dari diri sendiri dari mata hati mu. Maka itu akan menjadi sumber kebahagiaan tak terkira. Bahkan ketika musuh kita mendapatkan kesenangan, keberuntungan kita bisa ikut senang atas kabar baiknya, ikut bahagia, karena hati kita yang lapang dan dalam. Sementara orang yang hatinya dangkal, sempit, tidak terlatih. Bahkan ketika sahabat terbaiknya mendapatkan nasib baik, dia akan iri hati dan gelisah. Padahal apa susahnya ikut senang.

Itulah hakikat kebahagiaan sejati, ketika kau memiliki hati bagai danau yang dalam dengan sumber mata air sebening mata air. Maka apa yang kau dapatkan itu yang akan membuat kau bahagia. Bukan lagi harta benda, bukan lagi tahta atau bahkan rupa dan urusan dunia. Tapi kebahagiaan itu datang ketika kau menerimanya dan mensyukurinya dengan lapang dada.

Memperoleh hati yang bersih, dalam dan bening, memperolehnya tidaklah mudah, kita harus terbiasa dengan kehidupan yang bersahaja, sederhana dan menjadi dirimu sendiri. Kita juga harus bekerja keras, sungguh-sungguh dan memaksa diri sendiri untuk melatih hati memaknai kebahagiaan sejati.

Sungguh rugi orang yang menjadikan harta bendanya menjadi sumber kebahagiaan. Karena ketika mereka kehilangan itu semua, maka mereka tidak akan berarti apa-apa.

Sungguh rugi orang yang menjadikan tahta dan rupa sebagai sumber kebahagiaannya. Karena ketika dia menua dan tak lagi berkuasa maka dia akan menderita.

Sungguh rugi orang-orang yang menjadikan pujian sebagai sumber kebahagiaan, karena ketika dia mendapatkan cacian dan tidak mendapatkan pujian, maka dia akan kecewa dan sengsara.

Untuk membuat hati kita lapang dan dalam, tidak akan pernah cukup dengan membaca novel, membaca buku-buku mendengar petuah atau nasihat. Orang-orang yang bahagia dengan kehidupannya adalah dia yang mulai memaknai hidup dengan penuh kesederhanaan dan kesyukuran atas apa yang telah kita dapatkan.

Tulisan ini terinspirasi dari novel Tere Liye "Ayahku Bukan Pembohong". Kutipan Tulisannya saya salin disini dan sebagian lagi saya tulis sendiri. Selamat mencoba hidup bahagia dengan hati yang lapang dan hati yang bersih.