Selasa, 07 Juni 2016

Hakikat Kebahagiaan

Hakikat sejati kebahagiaan hidup. Hakikat itu berasal dari hati. Bagaimana kita bisa membersihkan dan melapangkan hati sendiri. Bertahun-tahun berlatih, bertahun-tahun belajar membuat hati lebih lapang, lebih dalam, lebih bersih. Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati yang datang dari luar hati kita. Hadiah mendadak, kabar baik, keberuntungan, harta benda yang datang, pangkat, jabatan, semua itu tidak hakiki. Itu datang dari luar. Saat semua itu hilang, dengan cepat hilang pula kebahagiaan yang kita rasakan.

Sebaliknya, rasa sedih, kehilangan, kabar buruk, nasib buruk, itu semua juga datang dari luar. Saat semua itu datang dan hati kita dangkal, maka hati kita akan keruh berkepanjangan dan merasakan penderitaan yang begitu mendalam.

Berbeda jika kita meyakini kebahagiaan itu datang dari diri sendiri dari mata hati mu. Maka itu akan menjadi sumber kebahagiaan tak terkira. Bahkan ketika musuh kita mendapatkan kesenangan, keberuntungan kita bisa ikut senang atas kabar baiknya, ikut bahagia, karena hati kita yang lapang dan dalam. Sementara orang yang hatinya dangkal, sempit, tidak terlatih. Bahkan ketika sahabat terbaiknya mendapatkan nasib baik, dia akan iri hati dan gelisah. Padahal apa susahnya ikut senang.

Itulah hakikat kebahagiaan sejati, ketika kau memiliki hati bagai danau yang dalam dengan sumber mata air sebening mata air. Maka apa yang kau dapatkan itu yang akan membuat kau bahagia. Bukan lagi harta benda, bukan lagi tahta atau bahkan rupa dan urusan dunia. Tapi kebahagiaan itu datang ketika kau menerimanya dan mensyukurinya dengan lapang dada.

Memperoleh hati yang bersih, dalam dan bening, memperolehnya tidaklah mudah, kita harus terbiasa dengan kehidupan yang bersahaja, sederhana dan menjadi dirimu sendiri. Kita juga harus bekerja keras, sungguh-sungguh dan memaksa diri sendiri untuk melatih hati memaknai kebahagiaan sejati.

Sungguh rugi orang yang menjadikan harta bendanya menjadi sumber kebahagiaan. Karena ketika mereka kehilangan itu semua, maka mereka tidak akan berarti apa-apa.

Sungguh rugi orang yang menjadikan tahta dan rupa sebagai sumber kebahagiaannya. Karena ketika dia menua dan tak lagi berkuasa maka dia akan menderita.

Sungguh rugi orang-orang yang menjadikan pujian sebagai sumber kebahagiaan, karena ketika dia mendapatkan cacian dan tidak mendapatkan pujian, maka dia akan kecewa dan sengsara.

Untuk membuat hati kita lapang dan dalam, tidak akan pernah cukup dengan membaca novel, membaca buku-buku mendengar petuah atau nasihat. Orang-orang yang bahagia dengan kehidupannya adalah dia yang mulai memaknai hidup dengan penuh kesederhanaan dan kesyukuran atas apa yang telah kita dapatkan.

Tulisan ini terinspirasi dari novel Tere Liye "Ayahku Bukan Pembohong". Kutipan Tulisannya saya salin disini dan sebagian lagi saya tulis sendiri. Selamat mencoba hidup bahagia dengan hati yang lapang dan hati yang bersih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar