Kamis, 26 Januari 2017

Ketika Rasa Benci itu Ada

Kadang heran sama orang orang yang terlalu sibuk membenci hingga mereka mencaci maki orang yang tidak bersalah. Mereka membenci seseorang. Tapi kenapa mereka harus membenci keluarganya.

Mereka membenci seseorang kenapa mereka harus membenci etnisnya.

Mereka membenci seseorang. Tapi kenapa mereka harus membenci ormasnya dan organisasinya.
Mereka membenci seseorang. Tapi kenapa mereka membenci agamanya.

Mereka membenci seseorang tapi kenapa mereka membenci teman-temannya.

Mereka membenci seseorang tapi kenapa mereka menghina keluarganya.

Mereka membenci seseorang tapi kenapa mereka menghina agamanya.

Mereka membenci seseorang. Tapi kenapa mereka menghina suku dan etnisnya?

Sebenarnya apa yang kita benci? Orang? Etnis? Agama? Kelompok? Partai? Ormas? Keluarga? Atau orangnya?
Apa untungnya kita membenci. Bukannya itu hanya akan membuat hati kita menjadi kotor?

Bahkan disaat kita membenci seseorang kita akan memiliki kesibukan yang sama sekali tidak menguntungkan untuk kehidupan kita. Bagaimana tidak. Kita akan di sibukkan oleh sesuatu yang menghabiskan banyak waktu tenaga dan fikiran.

Saat kita membenci kita akan mulai sibuk mencari celah dan kejelekkan mereka yang kita benci. Bahkan jika tidak ada celah yang ditemukan untuk jadi bahan gunjingan. Kita akan mulai heboh membuat berita kesana kemari yang mungkin bisa jadi kita buat sendiri agar mempengaruhi orang lain untuk membenci orang yang kita benci. Tak jarang kita juga akan membenci atas apa yang mereka lakukan. Entah yang mereka lakukan itu benar atau salah. Di mata kita itu akan tetap salah. Karena kita terlanjur membencinya. Jadi apapun yang mereka lakukan akan tetap bernilai negatif buat kita.

Lantas masih adakah untungnya kita membenci orang lain? Tanpa kita sadari. Saat kita membenci orang lain kita akan turut membenci orang-orang yang ada disekitarnya. Kita mulai membenci keluarganya. Kita mulai membenci teman-temannya. Kita mulai membenci apa yang dia sukai. Kita mulai membenci semua yang dilakukan yang diidentikan dengannya. Sehingga hati dan diri kita telah sibuk menjadi seorang pembenci. Yang bahkan 100% hanya akan buat kita rugi. Karena orang yang kita benci, jelas-jelas akan berjalan seperti biasa. Mereka melakukan aktifitas juga seperti biasa. Mereka juga melakukan kebiasaan seperti biasanya. Tanpa peduli apakah kita suka atau tidak.

Jadi... masih maukah kita sibuk membenci seseorang hanya karena dia berkata kotor. Berkata kasar. Menghina dan mengumpat? Jika memang dia telah bersalah dan membuat hati kita terluka maka ingatkan lah dia. Tugas kita hanya mengingatkan bukan memaksa dia menjadi seseorang yang semestinya kita pinta. Karena kita manusia. Dia juga manusia. Kita sama sekali tidak memiliki wewenang untuk membuat mereka menjadi baik. Karena urusan hati itu mutlak urusan tuhan.

Jika kita membenci lantas mengumpat orang yang kita benci dan mulai menghina dia. Hingga kita mengumpat juga keluarganya. Apa bedanya kita dengan dia? Apa bedanya kita dengan dia yang suka menghina dan mengumpat? Apa bedanya kita dengan dia yang suka mencela?

Berhentilah mencela oranglain
berhentilah membenci orang lain
Berhentilah menggunjing orang lain
Berhentilah memfitnah orang lain
Berhentilan membuat diri kita tersiksa dengan apa yang kita lakukan
Berhentilah membuat berita yang tak nyata.

Karena kita tak akan pernah tau amalan mana dalam diri kita yang diterima Allah. Bisa jadi orang yang kita benci adalah orang yang justru dosa-dosanya sudah di ampuni oleh sang illahi. Bisa jadi juga kita merasa diri kita suci dan selalu melakukan amal shaleh adalah orang yang justru amal ibadahnya tidak diridhoi oleh Allah. Naudzubillah...

Jika hendak membenci. Benci lah sikap dan sifatnya. Sulit? Memang. Tapi jika kita membenci seseorang lantas kita bersumpah serapah atasnya apa itu disebut pantas? Apa dengan begitu orang yang kita benci akan mendapatkan kerugian karena telah kita benci? Justru kita yang rugi. Mereka yang kita benci sama sekali tidak memikirkan kita. Tapi kita yang membenci begitu sibuk memikirkan mereka. Menghujat mereka. Memfitnah mereka. Menumbulkan spekulasi-spekulasi aneh tentang mereka. Lantas kita tiba-tiba menimbulkan fitnah tanpa sengaja. Apa itu membuat kita bahagia? Apa dengan menghujat lantas orang yang dibenci jadi menderita? Saya rasa tidak. Justru dengan banyak membenci kita lah yang merugi. Melihat mereka ada kita tak suka. Padahal mereka biasa saja. Melihat mereka ada, kita melontarkan kata-kata.

*untuk catatan. Tulisan ini tidak mengandung unsur politik. Sama sekali tidak. Jadi kalemin aja 😎😁