Selasa, 24 Mei 2016

Cobalah Pandang Dari sudut yang Berbeda

Ini pengalaman pas saya kuliah.
Hal yang kami takuti saat kuliah adalah saat ujian praktek dan pengujinya adalah dosen tamu dari luar.

Belum ujian prakteknya dilaksanakan. Anak-anak sudah ribut. Mereka sudah takut duluan. Mereka bilang. kata orang, dosen luar itu galak. Dosen luar itu killer sampe ada yang bilang mereka pelit kalau ngasih nilai. Jadi kalau ujian dosennya dari luar, ya siap-siap aja katanya.

Jujur, saya juga sempat takut sempat khawatir juga mendengar semeliwir kabar tentang dosen yang akan menguji nanti. Pikiran saya sudah membayangkan galaknya mereka. Tegasnya mereka, tatapan yang sinis, hingga sifat pelitnya yang terkenal.

Sebelum ujian, saya benar-benar belajar dengan tekun. Menghafal hingga larut malam dan berdoa dengan sekuat tenaga. Agar ujiannya dimudahkan dan dilancarkan.

Ujianpun dilaksanakan. Semua mahasiswa datang dengan peralatan lengkap. Baju praktek, alat praktek hingga materi yang akan dijadikan bahan ujianpun sudah disiapkan dengan sempurna. Satu persatu mahasiswa di uji oleh dosen tamu dan dosen dari dalam. Mahasiswa terbagi ke dalam 5 group. Dan saya kebagian dalam group 3 dimana penguji nya adalah dosen lulusan S2 dari salah satu universitas ternama di Indonesia dan terkenal sangat teoritis.

Makin deg-degan pula saya mendengar kabar itu. Ini sudah pasti bakal teoritis dan terperinci, ini sudah pasti bakal jadi ujian terberat. Saya menjadi peserta terakhir dari ujian ini. Sebelum saya masuk, saya melihat beberapa teman saya yang keluar pintu ruang ujian dengan wajah pucat pasi. Sudah terbayang dalam benak saya di dalam suasananya sudah pasti mencekam dan sangat horor.

Masuklah saya ke dalam ruang ujian. Seperti biasa saya memperkenalkan diri. Dosen penguji dan dosen pembimbingpun mulai memberikan kasus yang harus saya selesaikan. Syukurlah ternyata sang dosen penguji tidaklah seburuk yang saya bayangkan. Bahkan saat memberikan pertanyaan justru beliau tersenyum dan membuat suasa ujian menjadi lebih relax.

Setiap pertanyaan yang diberikan, Alhamdulillah bisa saya jawab dengan baik. Meskipun beberapa pertanyaan ada yang miss dan tidak bisa saya jawab dengan baik. Bahkan sesudah ujian sang dosen malah mengajak saya berdiskusi dan memberikan saran untuk ujian kedepannya.

Saat keluar ruang ujian saya hanya bisa tersenyum lega dan bersyukur. Teman-teman yang lain pun datang bergerumul dan bertanya apa saja pertanyaan yang diberikan? Dia galak tidak? Dia marah-marah tidak? Saya cuma bisa senyum dan menjawab pertanyaan dari semuanya dengan satu kalimat.
Dia baik

Ya sang dosen yang begitu ditakuti karena ke galakkannya, sinisnya dan juga pelitnya ternyata tidaklah benar. Jika dibilang galak. Galak yang seperti apa dulu. Saya rasa tidak, mungkin jika ada satu kalimat yang keluar dengan nada tinggi, bisa saja itu sebagai bentuk penegasan. Kalaupun mukanya sangar dan killer, kita tidak bisa langsung menarik kesimpulan dalam penilaian seseorang hanya karena melihat dari luar saja. Siapa tau wajah atau karakternya memang seperti itu  kalaupun dia pelit saat memberikan nilai. Beliau sudah pasti memberikan nilai sesuai dengan kapasitas mahasiswanya.

Jadi, jangan mudah menilai orang lain dan menjadikan orang lain berdasarkan persepsi orang kebanyakan. Coba kita lihat dari sudut pandang yang berbeda. Mungkin bagi orang lain dia galak dia tidak baik. Tapi bisa jadi buat kita dia adalah orang yang baik dan ramah. Pun sebaliknya.

Apa yang kita pikirkan itu yang akan jadi kenyataan. Oleh sebab itu, jika kita mendengar satu kabar tentang keburukan seseorang, cobalah pandang dari sudut yang berbeda. Dari sudut pandang orang lain. Jangan terlalu mudah menyimpulkan dia seperti apa yang dikatakan orang kebanyakan. Karena bisa jadi ternyata dia jauh lebih baik dari apa yang dibicarakan.

Senin, 16 Mei 2016

Ketika Jatuh Cinta

Cinta. Bagaimana rasanya ketika jatuh cinta? Sudah pasti banyak orang yang akan bilang bahagia dan berjuta rasanya. Jatuh cinta adalah fitrah manusia. Seperti firman Allah dalam Al-Quran yang artinya :“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (Surga). (QS. 3:14) 

Cinta itu datang tanpa kita minta dan dia pergi tanpa kita siap.
Lantas apakah kita boleh jatuh cinta?

Jatuh cinta itu sama seperti rasa lapar yang melanda. Tanpa kita minta, rasa lapar akan datang disaat kita tidak makan dan perut kita dibiarkan kosong begitu saja. Pun dengan cinta. Cinta itu akan datang ketika hati kita tengah "kosong" dan sudah lama tidak diisi. 😊😁

Namun hati-hati. Karena rasa lapar itu muncul tanpa kita minta, dan dia datang begitu saja. Maka pastikan makanan yang akan kita makan adalah makanan yang sehat, makanan yang baik. Agar perut kita bisa menerima makanannya dengan sempurna. Pastikan juga kita makan dengan perlahan, jangan terburu-buru jika kamu tak mau perutmu sakit karena lambung tidak bisa mencerna dengan sempurna.

Pun dengan rasa cinta. Rasa cinta itu juga muncul tanpa kita minta dan datang begitu saja ketika kita merasa "lapar". Kita juga harus tetap hati-hati. Pastikan bahwa cinta kita jatuh kepada seseorang yang tepat, dengan cara yang tepat dilakukan dengan cara terhormat diwaktu yang tepat. Pastikan pilihan kita itu baik. Karena cinta yang baik akan membawa kita pada kebaikan.

Pastikan juga kita mengungapkan rasa cinta itu dengan perlahan. Tidak usah terburu-buru. Apalagi masalah cinta dan perasaan. Biarkan dia mengalir seiring berjalannya waktu, agar dia bisa menerima dengan sempurna apa yang kita rasa.
Ingatlah, sesuatu yang datang terlalu cepat akan pergi juga dengan cepat.

Ketika rasa lapar itu datang. Pilih juga makanan yang baik agar tubuh kita tetap sehat. Jangan terlalu cepat mengambil keputusan untuk makan makanan instan. Rasanya memang enak, tapi yang instan tidak baik untuk kesehatan, dia hanya bisa membuat kita kenyang untuk sesaat. Namun tidak memiliki gizi yang diperlukan oleh tubuh.

Pun dengan cinta, ketika cinta itu datang, pastikanlah kita memilih dia yang memang baik. Jangan terlalu cepat mengambil keputusan untuk mencintai seseorang hanya karena kita suka dan memutuskan dengan pertimbangan yang "instan", Hanya karena mengandalkan hawa nafsu dan insting semata. Yang perlu kita ingat, segala sesuatu yang instan,  Segala sesuatu yang terburu-buru tidak akan memberikan kita kebahagiaan yang kita butuhkan. Tapi hanya memberi apa yang kita inginkan. Bisa jadi dia memberikan kebahagiaan yang kita inginkan. Tapi itu hanya sementara. Tidak bisa bertahan lama.

Jadi, pastikanlah. Ketika kita sedang lapar. Pilihlah makanan yang bergizi, makanan yang baik. Makanlah secara perlahan agar kesehatan tubuhmu tetap seimbang dan tetap stabil.

Pun dengan cinta. Ketika kita jatuh cinta, pastikan kita memilih cinta yang baik. Cinta yang mampu membuat kita semakin dekat dengan sang maha cinta. Biarkanlah cinta itu mengalir dengan sempurna secara perlahan, agar cinta itu juga bisa diterima dengan sempurna.

Dan satu hal yang mesti kita ingat, pastikan cara menyampaikan rasa cinta itu benar. Kepada orang yang benar dengan cara yang benar.
Jika kita belum mampu dan takut menyampaikan cinta, maka sampaikanlah melalui sebuah doa. Biarkan Allah yang menyimpan dan menyampaikan rasa cinta kita kepada seseorang yang tepat menurut Allah.
Wallahu 'alam

Minggu, 15 Mei 2016

Manfaatkanlah Waktu

Waktu itu terus berputar loh, dia tidak bisa datang kembali saat kita menyesali apa yang telah terjadi. Dia juga tidak bisa berhenti bergerak saat kita meminta dia untuk tidak pergi. Maka, pergunakan waktu sebaik mungkin. Manfaatkan waktu dengan hal-hal positif agar hidup kita bermakna.

Kelak, kita akan dimintai pertanggung jawaban atas waktu kita di dunia. Apa saja yang kita lakukan. Untuk apa waktu kita digunakan. Dan apa yang sudah kita berikan.

Maka, aturlah waktu dengan sebaik mungkin. Jangan sampai waktu kita terbuang dengan percuma karena kita terlalu sibuk dengan urusan dunia. Apalagi nongkrongin gadget untuk berfantasi di dunia maya. Melihat layar tipis dan menghabiskan waktu melihat dunia maya yang fana.

Cobalah sejenak tengok sajadah yang tersimpan rapih dalam lemari itu, sajadah yang terhampar di ruangan itu. Tidakkah kita ingin menghabiskan waktu dengan duduk disana, berdzikir dengan memuji Allah dan berdoa kepada Allah? Tidak kah kita ingin meluangkan waktu untuk bersujud dan berbisik kepada tanah namun tetap didengar oleh langit? Tidakkah kita ingin menghabiskan waktu bersama Allah? Bercerita dan memohon kepada Allah? Bukankah Allah akan selalu mendengar apa yang kita ucapkan? Bahkan sebuah keluhan?

Cobalah sejenak tengok kedua orang tua kita. Tak inginkah kamu menyempatkan dan menghabiskan waktu bersama mereka? Usia mereka kini tak lagi muda. Mungkin sekarang kamu dewasa, tapi dalam pandangan mereka kamu tetaplah seorang anak manja yang masih butuh perhatian orang tua. Maka, dekatilah mereka. Ajak lah mereka bercerita dan bercengkrama. Tak perlu kau berikan mereka harta. Bahkan sekedar cerita pun sudah membuat mereka bangga. Bahwa anak kecil yang dulu mereka jaga kini telah dewasa dan memiliki beragam cerita.

Cobalah sejenak tengok Al-Quran yang tersimpan rapih di antara tumpukan buku. Yang bahkan tertutup oleh benda-benda koleksi barumu? Tidak inginkah kau mendekati Allah dengan mempelajari dan memahami Al-Quran lebih dalam lagi? Tidak kah kau ingin mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan mu selama ini? Bukan kah keresahan dan masalah yang kau hadapi itu ada dalam Al-quran ? Jika hatimu resah. Maka bacalah meskipun hanya beberapa ayat saja. Agar kau paham, bahwa ketenangan itu bisa didapat saat kita mendekati Allah.

Cobalah tengok sejenak pemandangan diluar sana. Tak inginkah kau menikmati betapa besarnya, betapa Agung nya Allah atas penciptaan langit dan bumi? Betapa hebatnya Allah karena telah mengukir alam ini begitu indah? Tak ingin kah kita menikmati pemandangan Alam yang sudah Allah sediakan untuk kita?

Cobalah tengok sejenak teman-teman mu dan saudara-saudara mu yang sedang duduk dihadapanmu. Bukankah silaturahmi itu yang membuat persaudaraan semakin erat? Bukankah kebersamaan merupakan salah satu kebutuhan sosial manusia? Bukankah manusia tidak bisa hidup sendiri? Bukan kah manusia selalu membutuhkan orang lain ?

Maka, berfikirlah sejenak untuk berhenti menghabiskan waktumu di depan gadget. Berhentilah sejenak menghabiskan waktumu memainkah gadget. Cobalah luangkan waktu untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Luangkanlah waktu untuk menikmati waktu di dunia dengan mendekati Allah. Luangkanlah waktu untuk selalu berdoa kepada Allah, karena kita adalah mahluk yang tak berdaya tanpa pertolongan dari-Nya.

Maka, luangkanlah waktu untuk bersama kedua orang tua kita. Luangkanlah waktu untuk membahagiakan mereka. Deretan kata terimakasih dan sayang kita yang kita ucapkan langsug kepada mereka ketika kita datang, mencium tangan mereka dan memeluk mereka akan lebih berarti dari pada deretan ucapan sayang dan terimakasih yang kita kirim melalui sebuah pesan dalam gaget. Dulu mereka selalu ada untuk kita. Maka, pastikan kita juga akan selalu ada untuk mereka.

Maka, luangkanlah waktu untuk kita membaca Al-quran. Agar kita tenang. agar kita mampu menjawab semua keresahan dan masalah dalam hidup kita. Agar kita memahami bahwa janji Allah itu benar.

Maka luangkanlah waktu untuk menikmati pemandangan alam yang sudah Allah sediakan untuk kita. Bukan hanya menikmati pemandangan melalui sebuah gadget saja. Tapi pemandangan nyata ukiran yang luar biasa dari sang maha pencipta.

Maka luangkanlah waktu untuk menikmati kebersamaan kita bersama saudara dan teman-teman kita. Bukankah kebahagian sebenarnya adalah kebahagiaan ketika kita berkumpul bersama dan bercerita. Bukan kebahagiaan yang di dapat dari dunia maya yang sementara dan penuh dengan dusta.

Simpanlah gadgetmu, luangkalah waktu dan nimati waktumu bersama Allah. Bersama orang tua. Menikmati pemandangan, memahani Al-Quran, dan bercengkrana bersama keluarga dan teman-teman. ☺😊

Selasa, 10 Mei 2016

Pernakah kita Seperti ini?

Pernahkah menangis tanpa satu sebab yang pasti? Pernahkah kita merasa hidup sendiri di tengah keramaian? Pernahkah kita merasa menjadi orang yang paling menderita? Pernah kah kita merasa orang yang paling tidak beruntung?
Jika iya, mari kita lihat apa penyebabnya.

Menangis tanpa satu alasan yang pasti? Iya pernah, tiba-tiba pengen nangis. Padahal penyebabnya masalah sepele. Bahkan terkadang tidak tahu kenapa tiba-tiba saja air mata ini keluar. Menangis sejadi-jadinya entah kenapa dan apa penyebabnya juga tidak tahu. Tapi tiba-tiba ketika pikiran sudah tenang barulah diketahui apa penyebab tangisan itu. Mungkin karena hati kita sudah jauh dari Allah. Mungkin kita terlalu sibuk dengan urusan dunia. Bukan kah pada hakikatnya ketika manusia sedang dirundung duka ataupun dihadapkan pada sebuah masalah dia akan kembali kepada sang pencipta? Bukan kah ketika kita bingung harus kemana dan harus apa? Kita akan kembali kepada Allah? Ya, ketika anda ataupun kita menangis tanpa sebab. Bisa jadi karena Allah mengiginkan kita untuk mendekat dan kembali lagi berdoa dan berharap hanya kepadaNya. Allah menginginkan kita lebih dekat denganNya. Karena hanya dengan mengingat Allah hati kita akan menjadi tenang.

Pernahkah merasa hidup sendiri di tengah keramaian? Jika jawabannya iya, coba cek lagi, apa penyebabnya kita merasa hidup sendiri padahal kita berada di dalam keramaian. Apa yang hendak kita cari sebenarnya. Coba tanya kan kembali ke hatinya. Mungkinkah hatinya bermasalah? Bisa jadi karena hati ini terlalu disibukkan dengan dunia hingga kita lupa kepada Allah ta'ala, sehingga ditempat seramai apapun kita, kita masih saja merasa kesepian. Karena hati kita kosong. Hati kita kosong dari cinta Allah. Jadi, kalo itu penyebabnya. Dekati Allah. Penuhi hati ini dengan rasa cinta kepada Allah. Ketika hati kita penuh oleh rasa cinta kepada Allah, maka jika Allah mencintai kita, seluruh dunia juga akan mencintai kita.
Di tempat sepi sekalipun, ketika hati kita sudah terisi dengan rasa cinta kepada Allah, kita akan merasa aman, damai dan bahagia.
Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian". (QS. Alu Imron: 31).

Pernahkah merasa menjadi orang paling menderita dan menjadi orang yang tidak beruntung?
Jika pernah merasakan hal ini? Dalam hal apa kita merasakannya?
Biasanya kebanyakan orang akan menjawab dalam hal ekonomi, karir, keluarga dan percintaan.
Ada beberapa orang yang merasa dirinya begitu menderita ketika dia tidak bisa memenuhi keinginannya. Dia tidak bisa mewujudkan keinginannya. Dia tidak bisa seperti teman-teman yang lainnya. Kalau dibandingkan dengan seseorang yang lebih dari kita. Sudah pasti tidak akan pernah puas. Ketika kita merasa menjadi orang yang paling menderita, lihatlah dari sisi mana kita merasa menderita? Jangan bandingkan dengan sesuatu yg lebih dari apa yang kita miliki. Tapi lihatlah mereka yang berada di bawah kita yang mampu menjalani hidup dengan sebaik-baiknya. Kenapa mereka bisa? Karena mereka menerima dan bersyukur meskipun yang mereka dapatkan itu sedikit.

Kita merasa tidak beruntung? Pernahkah terfikir dalam diri kita, ketika kita mengatakan, " ih beruntung yah dia bisa kerja disana dengan gaji yang besar", " ih enak yah kerja disana", "wah dia beruntung sudah bisa pake mobil.", "wah dia enak bisa dapetin terus apa yang dia mau. Enak banget yah hidupnya."
Kenapa kita terus melihat orang lain? Kenapa kita terua sibuk mengatakan bahwa orang lain itu beruntung? Tak pernah kah kita berfikir bahwa bisa jadi kita jauh lebih beruntung dari pada mereka. Mungkin sebenarnya orang yang kita lihat beruntung dalam pandangan kita adalah orang yang justru menginginkan posisi kita? Orang yang justru malah tidak mau dan tidak suka dengan keadaannya sekarang. Orang yang justru merasa terbebani dengan apa yang  dia dapatkan. Kita tidak akan pernah tau apa yang sebenarnya mereka rasakan.
Tapi mereka sepertinya menikmati? Beruntung yah.
Mereka menikmati itu karena mereka tidak banyak mengeluh. Mereka tidak banyak membanding-bandingkan. Maka mereka jauh lebih bahagia, jauh lebih tenang dengan kehidupannya yang mereka dapat sekarang.

Apalagi yang hendak kita cari sebenarnya? Ketika kita merasa sendiri datanglah kepada Allah, bukankah Allah berfirman "jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersamamu."
Bersyukurlah, maka Allah akan menambahkan nikmatNya padamu.

Minggu, 08 Mei 2016

Hobi Baca Buku? Siapa Takut.

Ada yang bertanya, sejak kapan suka baca buku? Ko bisa sih suka baca? Gk bosen emang? Apa sih asiknya?

Sejak kapan? Sejak saya menutuskan untuk mengisi waktu dengan hal-hal yang menyenangkan, positif, dan membaca buku. Kenapa harus buku? Karena buku selain memberi pengetahuan juga memberikan hiburan dan membuat kita berimajinasi dan bermimpi. Bahkan tak jarang, untuk saya pribadi, membaca buku membuat saya memiliki angan-angan dan cita-cita.
Kenapa buku? Karena cuma buku yang bisa mengisi sela-sela diwaktu luang saat saya bekerja.

Bosen? Kadang sih. Namanya juga hidup pasti ada bosennya. Kerja aja kadang ada bosennya. Apalagi baca buku yang tebel, terus gak ada gambarnya. Udah pasti bosen. Tapi ya, di selang seling aja. Bosen baca novel, coba baca buku tentang biografi seseorang yang hidupnya sudah sukses. Bosen baca itu, coba lagi perdalam ilmu agamanya. Lama-kelamaan Malah bikin ketagihan. Namanya kalo udah suka kalo udah cinta ya sesibuk apapun pasti meluangkan waktu untuk baca. Bahkan kadang suka kalap kalo pergi ke toko buku.

Percaya deh baca buku itu bisa membawa kita pada satu suasana yang memang asyik. Banyak yang bilang saya lebay. Mungkin karena setiap baca buku selalu dihayati dan di dramatisir kali yah. Hehehehehe

Apa saja yang suka dibaca? Banyak, ada novel, buku motivasi, pengembangan diri dan tentang ilmu agama. Baru sedikit sekali memang buku yang saya baca. Karena saya juga baru mencoba mencintai dan suka dengan membaca.
Jadi buat kalian yang mau terbiasa membaca, membaca itu harus dipaksakan. Awal sih memang susah mencoba, tapi percaya deh, lama-kelamaan itu akan jadi kebiasaan. Dan jadi cinta beneran. Ayooo budayakan membaca. Biar nanti gak galau galau di facebook, biar nanti gak mudah ngeluh di status, biar nanti gak marah-marah sambil nyindir-nyindir lagi. Biar nanti gak panik kaya orang yang kurang piknik. #eh 😊😀😀✌

Sabtu, 07 Mei 2016

Hikmah di Balik Kisah

Mau share pengalaman pribadi.
Bahwa selalu ada hikmah dibalik setiap kisah.
Jadi ceritanya begini....

Dulu, saya sempat mengikuti ujian CPNS di kabupaten Tasikmalaya. Saya memilih Tasikmalaya karena kuota yang tersedia cukup banyak (4 orang) untuk posisi bidan. Setelah semua berkas dan persyaratan saya penuhi. Alhamdulillah Saya lolos administrasi dan mendapatkan kartu untuk ujian. Disana juga sudah tertera waktu dan tempat pelaksanaan ujian.

Sehari sebelumnya, saya diantar oleh kedua orang tua saya untuk survey lokasi. Syukurlah lokasi itu tidak terlalu jauh dengan rumah nenek. Hanya sekitar 30 menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi ujian .
Berangkatlah saya ke tasik dengan membawa segudang harapan dalam mewujudkan cita-cita saya.

Beberapa minggu sebelumnya, saya memang giat belajar. Saya membeli beberapa buku tips dan trik ujian CPNS. Di sela-sela waktu kerja, saya luangkan waktu untuk belajar. Alhamdulillah beberapa contoh soal yang diberikan bisa diselesaikan dengan mudah.

Hari yang ditunggu-tunggupun tiba. Saya mengikuti ujian. Ujian CPNS kali ini memang jauh lebih mudah dibandingkan dengan ujian PTT atau yang lainnya, masih tetap bermain dengan waktu. Hanya saja ujiannya dengan menggunakan metode komputer atau online. Yang sangat memudahkan peserta. Karena kami tidak harus menghitamkan jawaban pada lembar kertas yang disediakan. Kemungkinan kasus sogok pun sangat kecil. Karena setiap jawaban yang kita pilih akan langsung terkirim ke data pusat dan ketika sudah selesai, nilai dari pertanyaan yang sudah kita jawab akan otomatis muncul di layar.

Saat menjawab pertanyaan yang diberikan. Saya tidak menemukan hambatan yang begitu berat. Meskipun ada beberapa pertanyaan yang tak bisa saya jawab khususnya sejarah dan matematika. Saya mencoba terus berusaha. Sampai akhirnya waktu habis dan pertanyaan selesai saya jawab semua. ( jawabannya ada juga yang ngarang sih. Tebak-tebak berhadiah 😀😊😄).

Setelah selesai menjawab. Benar saja, nilai dari jawaban langsung keluar. Lumayan. Nilai yang saya dapatkan cukup tinggi (persisnya berapa saya lupa). Kemudian salah seorang pengawas di belakang saya berkata. " Wah selamat yah, nilainya cukup besar. Semoga Anda bisa lulus." aamiin, saya tersenyum dan mengangguk sebagai tanda terimakasih saya kepada pengawas itu.

Jujur saja, saya masih tidak percaya dengan nilai yang saya peroleh. Karena memang cukup tinggi. Ditambah lagi pengawas bilang kalau nilai saya tinggi. Makin senang lah saya mendengarnya, dan yakin saya bisa lolos tes. Di depan tempat saya ujian ada layar yang terpasang,  memberitahukan pengumuman hasil dan nilai dari seluruh peserta yang ikut ujian saat itu. Kurang lebih ada sekitar 500 peserta di hari itu. Mereka yang ikut ujian terdiri dari dokter umum, bidan, perawat, analis dan dokter gigi.

Semua urutan dari mulai rangking pertama hingga terakhir muncul dilayar besar itu, semua diklasifikasikan berdasarkan jurusan yang dipilih.

Munculah klasifikasi untuk bidan. Dan...di urutan ketiga tertera nama saya. Dengan skor yang memang Alhamdulillah cukup tinggi. Beda 3 poin dengan urutan kedua. Saya mengucapkan syukur dalam hati. Alhamdulillah. Keyakinan saya untuk bisa menjadi seorang PNS mungkin akan terwujud. Tapi nilai itu memang belum memastikan saya lolos. Karena masih ada kloter 3 yang belum ikut ujian.

Saat saya memberitahukan kabar gembira ini kepada kedua orang tua saya. Mereka tersenyum bahagia. Dan mendoakan semoga saya bisa lolos. Bahagia, senang dan terharu. Sejak saat itu saya mulai berandai-andai jika memang saya lolos dan menjadi seorang PNS, saya harus mulai memikirkan dimana saya akan tinggal dan sudah pasti akan jauh dari orang tua. Berat memang harus jauh dari mereka. Tapi tak apa, jika memang ini adalah harga yang harus dibayar untuk mewujudkan cita-cita, saya rela.

Akhirnya setelah menunggu beberapa minggu. Pengumuman hasil tes CPNS dikeluarkan oleh situs resmi dari Pemkab. Beberapa kali buka webnya sempet eror dan tidak bisa dibuka. Mungkin karena banyaknya yang membuka website tersebut. Saya terus mencoba dan mencoba hingga akhirnya keluarlah hasil tesnya. Sebelum melihat urutan peserta yang lolos ujian. Saya sudah harap-harap cemas, kahwatir saya tidak lolos. Dan ternyata saya benar. Saya tidak lolos ujian CPNS. Saya berada di urutan ke-5, sedangkan yang dibutuhkan adalah 4 orang. Dan yang paling membuat saya nyesek, poin saya dengan poin peserta urutan ke-4 hanya beda 3 poin. Sangat tipis memang. Tapi tetap saja saya tidak lolos.

Seketika harapan dan cita-cita saya seolah hancur lebur. Kecewa, sedih dan sakit hati. Mungkin saya terlalu berharap besar dan terlalu tinggi angan-angannya. Saya selalu bertanya-tanya, kenapa saya tidak lulus. Padahal saat itu nilai saya tinggi. Kenapa dan kenapa? Hingga muncullah beberapa pikiran negatif dalam diri saya. Mungkin mereka dapat bocoran saat ujian, mungkin mereka curang. Atau apapun itu. Tapi saya mencoba mengendalikan diri. Mengendalikan pikiran. Ini semua sudah takdir Allah, tak akan mungkin dirubah. Dan mana mungkin curang? Sementara ujian dilakukan secara online. Satu-satunya yang harus saya lakukan adalah saya ikhlas menerima kenyataan bahwa memang rezeki saya bukan disana. Sekarang saya teringat satu kutipan dari seorang motivator dunia Dr. Ibrahim Elfiky yang mengatakan:
Kadangkala Allah menutup pintu yang ada di depan kita, tapi Dia membuka pintu lain yang lebih baik. Namun, kebanyakan manusia menyia-nyiakan waktu, konsentrasi, dan tenaga untuk memandang pintu yang tertutup daripada menyambut pintu impian yang terbuka dihadapannya.

Yah, kadang kita terlalu fokus pada satu pintu. Padahal sejatinya Allah sudah membuka pintu lain untuk kita masuk ke dalamnya. Untuk mendapatkan rezeki dari pintu yang lain. Untuk mencari pengalaman dari pintu -pintu yang sudah terbuka.

Banyak hikmah yang bisa saya petik dari kejadian ini. Karena ternyata saya bisa bekerja ditempat yang lebih dekat dengan rumah. Saya bisa menghabiskan waktu bersama kedua orang tua dan keluarga lebih banyak. Saya bisa membantu mereka dirumah. Saya bisa lebih dekat dengan tetangga dan saya masih bisa berkumpul dengan sahabat-sahabat saya.

Sekarang saya sadar, bahwa bahagia itu tidak selalu soal harta, bahwa bahagia itu tak selalu mendapatkan puji dan puja, bahwa bahagia itu tidak selalu mendapatkan gelar dan tahta. Tapi bahagia itu adalah ketika kita mampu menerima kenyataan dan mensyukuri apa yang sudah Allah beri.