Sabtu, 25 April 2015

Ingin Surga, tapi Ibadah Ala Kadarnya

"Kalo hidup hanya sekedar hidup kera di rimba juga hidup. Kalo kerja hanya sekedar kerja kerbau di sawah juga kerja."   Mungkin perumpamaan dari Buya Hamka itu sudah tidak asing lagi di telingan kita. Istilah itu seakan menyindir kita umat manusia yang kadang terlalu sibuk bekerja mengejar dunia dan bahkan menyindir kita yang hidup di dunia tapi tidak memiliki "arti" yang sesungguhnya. jika memang kita hidup hanya untuk bekerja, apa bedanya kita dengan seekor kera. Jika kita hidup hanya sekedar hidup apa bedanya kita dengan kerbau yang juga hidup hanya sekedar hidup. Jangan sampai saat kita hidup di dunia kemudian tiada, tidak ada bedanya.

Tanpa kita sadar terkadang kita terlalu sibuk mengejar dunia hingga kita lupa bahwa suatu saat nanti kita akan kembali kepada-Nya. Kita menginginkan surga tapi ibadah ala kadarnya. Kita menginginkan mati enak tapi kita lupa bagaimana caranya, karena kita terlau sibuk memikirkan bagaimana cara hidup enak. Bahkan kita terlalu perhitungan dengan tuhan. Ketika kita hendak melaksanakan ibadah, maka lelah menjadi alasan utama untuk kita menunda-nunda.

Ketika kita akan sedekah, maka hutang menjadi alasan kita untuk mengurungkan niat sedekah. Kita begitu sulit mengeluarkan uang hanya untuk sedekah. Tapi begitu mudah mengeluarkan uang untuk bersenang-senang. Kita mengiginkan rezeki yang melimpah, tapi begitu enggan bersedekah. tak sadarkah kita bahwa apa yang kita miliki, apa yang kita dapatkan adalah titipan dari Allah?

Ketika kita bekerja, kemudian atasan menjanjikan uang ekstra untuk karyawan yang telaten, rajin dan juga memberikan uang tambahan untuk lembur. Maka dengan segera kita bekerja dengan semaksimal mungkin memberikan yang terbaik dan selalu tepat waktu saat bekerja. Padahal Allah telah memberikan jaminan yang lebih dari sekedar uang. Apalagi kalau bukan nikmat ketika di akhirat nanti. Mudah bagi Allah untuk memberikan apa yang kita mau. Tapi bagaimana mungkin Allah memberi apa yang kita mau jika kita saja selalu menghindar dari Allah. Jika kita saja tak berusaha memberikan waktu lebih untuk bersama dengan Allah.

Ketika berhadapan dengan atasan atau dengan klien, kita semua berpakaian sopan, rapih juga wangi. Tapi bagaimana ketika kita berhadapan dengan Allah? Kita memakai baju yang "sisa" bekas kita bekerja. Bahkan wangi pun tidak. Baju dengan penuh keringat, baju "bekas" bertemu dengan orang lain. Ketika ditanya kenapa berhadapan dengan Allah memakai baju seperti itu? maka kita akan berdalih bahwa sebenarnya Allah itu pengertian dan maha tau. Ya Allah memang maha tahu dan maha mengerti. Meskipun ketika kita bermunajat kepadanya dengan pakaian seadanya. Allah masih saja berkenan mendengarkan doa-doa kita. Tak jarang bahkan doa kita juga dikabulkannya.

Ketika kita bekerja kemudian kita dituntut untuk sempurna. Maka kita akan bekerja sebaik mungkin hingga kita lupa untuk beristirahat bahkan sampai lupa waktu. Tapi apa kabarnya ketika Allah meminta kita untuk menyempurnakan ibadahnya? maka sederet alasan akan keluar dari mulut kita. Jangankan beribadah dengan sebaik mugkin. Berdzikir dan berdoa saja kadang kita lewatka ketika salat. Membaca ayat suci saja sudah jarang kita lakukan karena kita terlalu lelah bekerja. Namun Allah maha penyayang. Seburuk apapun kita Allah tak pernah lelah memperhatikan kita.

Terkadang tanpa kita sadari, ketika mendengar panggilan atasan kita segera menghampiri, namun kita lupa diri ketika panggilan adzan mulai berkumandang. Kita menunda panggilan dari Allah, karena kita sibuk dengan urusan masing-masing. Padahal Allah memanggil kita untuk salat dan menawarkan kemenangan untuk kita Hayya 'alal falah "Mari meraih kemenangan". Tapi rupanya kita mengabaikan janji yang Allah beri. Karena tak jarang kita tidak memahami apa makna dalam kumandang adzan.

Begitu mudah kita meluangkan waktu untuk sekedar nonton atau belanja. Tapi begitu sulit meluangkan waktu untuk beribadah dan berdoa. Kita begitu mudah menghapal lagu, namun begitu sulit menghafal Al-quran.

Kita selalu menyempatkan waktu yang kita miliki untuk bertemu dan berkumpul dengan keluarga, sahabat, teman hingga kolega. Namun kita lupa untuk meluangkan waktu beribadah kepada Allah. Lelah selalu saja menjadi alasan kita untuk melakukan ibadah. Bersyukurlah bahwa sanya Allah tak pernah lelah memperhatikan kita. Bahkan ketika kita lupa, Allah tetap saja memberi kita rasa bahagia.

Kita menginkan rezeki datang tepat dan berlipat. Tapi salat saja kita sering terlambat. Kita menginkan hidup sehat tapi kita lupa untuk bersyukur dengan apa yang telah didapat. Kita menginginkan surga, tapi ibadah seadanya, Ibadah ala kadarnya.

Selasa, 21 April 2015

Berhentilah Menuntut Orang tua Kita

Pernahkah kita menuntut sesuatu kepada kedua orang tua kita? memaksa mereka untuk memenuhi keiginan kita? meski kita tau mereka tak mampu untuk mewujudkannya. Pernahkan juga kita menuntut mereka untuk "sempurna" sesuai dengan apa yang kita minta, tanpa kita sadari kita juga tidak pernah bisa menjadi seperti yang mereka pinta.

Tak dipungkiri, ketika orangtua kita tak mampu memberi apa yang kita minta kita kecewa bahkah tak jarang kita juga marah. Padahal jika kita sadar orangtua kita tak pernah menampakan rasa kecewa dan marahnya ketika kita tak mampu mewujudkan keiginan dan mimpi-mimpi mereka. Bahkan mereka selalu berusaha untuk mendukung kita disaat kita terjatuh bahkan rapuh.

Lantas pantaskah kita terus menuntut orangtua kita? Pantaskah kita memarahi mereka? Pantaskah kita terus menuntut mereka memenuhi semua keninginan kita? sedangkan kita tak pernah memberi apa yang mereka mau?

Setiap orang tua pasti menginginkan untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anaknya. Namun terkadang apa yang orang tua kita beri tak bisa kita terima dengan baik. Dengan berdalih bahwa apa yang mereka beri tidak sesuai dengan keinginan kita. Padahal mereka sudah berusaha semaksimal mugkin untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Tak sadarkah kita bahwa cucuran dan tetesan keringatnya terus mengalir deras dari tubuhnya. Tenaganya terus terpakai dan otaknya terus berfikir untuk memikirkan kita? bahkan mungkin mereka lupa untuk memikirkan diri mereka sendiri. Bahkan di usianya yang semakin senja mereka masih saja bekerja dan berusaha untuk mencari rezeki agar mereka mampu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Sementara kita malah asyik menghabiskan waktu dengan percuma untuk kehidupan sendiri. Menghabiskan harta orang tua dan berfoya-foya. Masih pantaskah kita terus meminta kepada mereka? tanpa kita sadar mereka menghabiskan seluruh tenaganya untuk anak-anaknya tercinta?

Cobalah tengok wajah mereka yang sedang tertidur. Pernahkah kita sadar bahwa saat tertidurpun mereka masih memikirkan kita. Mereka masih terus berjuang dan berusaha agar esok mereka bisa membahagiakan anak-anaknya. Sementara kita dengan asyik tidur menikmati mimpi indah.

Lihatlah mereka ketika mereka terbangun dari tidurnya, kemudian mereka bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat di sepertiga malam. Kemudian bersujud dan mengeluarkan air mata. Siapa yang ada dalam doanya? Apa yang pertama kali mereka pinta kepada Illahi?

ya, tidak salah lagi, hal pertama yang mereka pinta kepada Allah adalah kebaikan untuk anak-anaknya. Mereka meminta agar anaknya selalu diberikan ksehatan, Kesuksesan, rezeki yang melimpah dan kebahagian dalam hidupnya. Bahkan mungkin mereka lupa meminta kepada Allah kebahagian untuk mereka. Karena ketika melihat anaknya bahagia maka mereka juga bahagia. Berbeda dengan kita, terkadang ketika kita bahagia maka kita membagikan kebahagian itu kepada orang lain, namun ketika kita menderita, kita berbagi kepada orang tua.

Kini usia mereka semakin senja. Keriput mulai menghiasi wajahnya yang teduh. Kini rambutnya yang hitam perlahan-lahan telah berubah menjadi putih. Tubuhnya yang tegap kini sudah mulai rapuh.

Berubahlah, cobalah pahami mereka, sayangi mereka. Jadilah anak yang mampu menjadi penyejuk jiwa untuk mereka. Jadilah anak yang mampu menjadi tabungan amal shaleh kelak di akhirat.

Bahagiakankah mereka, doakanlah mereka dalam setiap sujud kita. Berhentilah meminta mereka untuk menjadi seperti yang kita minta. Berhentilah mengeluh kepada orang tua kita dengan apa yang kita miliki saat ini.

Lihatlah mereka, rasakan apa yang mereka lakukan. Ketika mereka bekerja dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk kebahagian anak-anaknya. Maka sungguh tak pantas jika kita yang tak bisa memberi apa-apa selalu menuntut dan meminta kepada mereka. Sayangilah mereka, cintailah mereka. Karena ridho orang tua adalah ridho Allah.

Ah, betapa malunya diri ini

Ya Allah ampuni hamba, disaat orang lain sibuk mensyukuri apa yang telah Engkau beri, aku malah sibuk mencari apa yang tak kumiliki. Padahal tanpa kusadari begitu banyak yang telah Engkau beri.

Terlalu banyak perasaan iri dalam hati, terlalu tebal dengki menyelimuti diri. Hingga aku lupa untuk mensyukuri apa yang telah Engkau beri.

Sungguh malu diri ini, sungguh tak tau diri. Sungguh aku tak punya hati. Selalu saja memaksakan keinginanku di hadapanMu oh Illahi.

Maafkan aku ya Allah yang terlalu sibuk mengeluh hingga aku lupa untuk bersyukur. Maafkan aku ya Allah yang banyak meminta namun lupa memberi. Maafkan aku karena aku terlalu banyak menuntut tapi aku lupa bersyukur. Ampuni aku karena terlalu sibuk mengerjakan urusan dunia, namun lalai untuk mempersiapkan bekal untuk di akhirat.

Maafkanlah aku ya Allah jika selama ini selalu berbuat dosa baik yang disengaja ataupun tidak. Bahkan terkadang melakukannya berulang-ulang. Maaf kan aku ya Allah yang terkadang mengeluh cape atau lelah ketika beribadah. Padahal Engkau sedikitpun tak pernah lelah memperhatikan kami. Memberi kami rezeki dan menyayangi kami.

Semoga saja kami senantiasa berada di jalanMu didalam lindunganMu. Aamiin

Kamis, 09 April 2015

Merasa Hebat dan Terkenal

Banyak orang yang begitu merasa hebat dengan kelebihan yang dia miliki, tak jarang banyak juga orang yang terkadang merasa sombong dengan apa yang telah Allah beri. Padahal Allah berfirman dalam qur'an surat al-Isra ayat 37 yang artinya : 
"dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." sudah terlihat jelas bahwa sanya kita hanya manusia bisa. Apa yang kita miliki hanyalah titipan sang Ilahi. maka dari itu syukurilah apa yang kita dapatkan.

Ada sebuah kisah seorang pejabat yang kaya raya tengah pergi ke sebuah kampung untuk memberikan sumbangan. Di kalangannya, pejabat ini dikenal gemar memberikan uang kepada warga sekitar. Makanya setiap kali dia datang orang-orang begitu sibuk dan berebut untuk sun tangan kepadanya. Mulai dari yang muda hingga yang tua sekalipun. Setiap datang ke suatu tempat tak lupa dia juga sering berfoto kemudian menguploadnya di  media sosial, beliau juga terkenal paling eksis di media sosial, karena setiap kegiatannya tak pernah luput dari foto-foto untuk diperlihatkan di media masa. Mungkin saja beliau ingin memperjelas eksistensinya lewat dunia maya.

Setelah sampai di sebuah kampung beliau diserbu oleh masyarakat sekitar, mereka berebut untuk sun tangan. Tak ketinggalan orang-orang disana pun menyiapkan beragam makanan khas, unik dan enak untuk menjamu sang pejabat yang mereka nanti-nanti. Sesampainya disana dia pun segera menghampiri warga dan membagi-bagikan uang yang dia miliki. Tak lupa setiap dia memberikan uang selalu saja berfoto terlebih dahulu. Saat memberikan uang banyak warga yang menyanjung dan memujinya setinggi langit.

Setelah puas memamerkan kebaikannya dia kembali bergegas untuk pergi makan bersama sama rekan -rekannya. Di tempat makan favoritnya dia kembali di serbu oleh warga. Warga yang tengah asyik makan pun sejenak berhenti hanya untuk bersalaman dengannya. Setelah selesai makan dia kemudian duduk untuk menunggu makanan yang dia pesan. Di sebelah tempat makannya, dia melihat ada seorang pemuda yang tengah asyik memakan makanannya. Pejabat yang sedang menunggu itu pun heran. Kenapa dia cuek dan tidak memberikan salam kepadanya. Sementara orang lain berebut untuk mendapatkan jabatan tangan sang mentri. Melihat kejadian itu, dia sangat tersinggung karena baru kali ini dia dicuekkan seperti itu. Karena penasaran dia pun menghampiri sang pemuda dengan harapan pemuda itu sadar bahwa orang yang berada di hadapannya adalah orang penting dan paling dihormati saat ini.

"Maaf de kamu sedang apa?" tanya sang pejabat.
"Sedang makan dong pak. Namanya di restaurant, kan pasti lagi makan pak" jawab si pemuda dengan santai.
Mendengar jawaban itu ajudan nya langsung berdiri dengan kaget. Saat ajudannya hendak menghampiri si pemuda itu, namun sang pejabat itu menghentikan langkah ajudannya.
"Biarkan saja, mungkin dia sedang lapar jadi tidak ngeh siapa saya". Jelas sang pejabat.

Hingga dia selesai makan dan pejabat itu mulai makan. Sang pemuda ini masih saja tidak ngeh siapa yang ada di sebelahnya. Dengan santai setelah makan dia melewati sang pejabat tanpa menoleh ataupun melihat ke arahnya. Melihat kejadian itu, sang pejabat menghentikan makan siangnya.kemudian bergegas pergi masuk ke dalam mobilnya karena dia merasa tersinggung baru kali ini dia diacuhkan oleh seorang pemuda.

Melihat mukanya yang penuh dengan kekesalan. Salah seorang ajudan menghampiri pemuda tadi untuk bertanya kenapa dia begitu cuek saat berhadapan dengan sang pejabat.
"De, kamu itu punya TV di rumah? Apa kamu tidak tahu siapa yang ada di sebelah meja makan mu tadi?" tanya sang ajudan.
"Memang beliau siapa?"si pemuda balik bertanya.
"Dia adalah seorang pejabat. Semua orang sudah rau siapa dia. Dia terkenal dengan kebaikan dan kedermawanannya. Coba saja kamu tadi salam atau berjabat tangan dengannya. Mungkin kamu bisa makan gratis di restaurant itu"jelas ang ajudan.
"Oh gitu. Maaf saya tidak tau siapa dia. Kalo masalah jabat tangan atau sun tangan yang saya tau orang yang datang ke restaurant adalah orang yang ingin makan. Bukan ingin bersalaman atau sekedar jabat tangan" jawab sang pemuda cuek.

Hehehehe. Ini hanya sebagai gambaran untuk kita semua.tidak bermaksud menyindir pihak manapun.

Rabu, 01 April 2015

Kenapa Belum Menikah?

"Kapan nikah?", "kapan nyusul?", "kapan ngasih undangan?", "ko sendiri aja?calonnya mana?", "Nerima terus undangan, kapan ngasih undangan?". Mungkin itu pertanyaan yang selalu dilontarkan orang lain untuk muda-mudi yang masih single.

Terkadang pertanyaan itu membuat jengkel dan membuat kesal. Dalam pandangan orang lain single atau yang lebih populer dengan sebutan jomblo sering mendapatkan pertanyaan seperti itu, baik dari teman, tetangga, rekan kerja, saudara, hingga orang tua. Ketika usianya sudah mulai dikatakan dewasa atau mulai menginjak usia ideal untuk menikah, maka pertanyaan itu sudah dipastikan selalu ada menghampiri. Bahkan pertanyaan-pertanyaan di atas datang tanpa mengenal apa yang sedang terjadi. Tapi apa mau dikata sepertinya para single dan jomblo sudah harus siap menerima pertanyaan-pertanyaan seperti itu.

Banyak orang yang begitu menghawatirkan status single yang sedang disandang seseorang. Padahal mereka tidak tau mungkin ada alasan tersendiri mengapa mereka memilih untuk menjadi seorang single. kegalauan pun akan terjadi ketika ternyata status single yang disandang menjadi kekahawatiran tersendiri untuk orang tua. Mereka begitu khawatir ketika anaknya belum menikah, sementara tetangga, teman dekat dan saudara-saudaranya sudah menikah. Orang tua pun biasanya mendesak sang anak untuk segera menikah.

Padahal mungkin saja jauh dalam lubuk hatinya dia yang single juga menginginkan hal yang sama seperti apa yang diinginkan oleh kedua orang tuanya. Namun kita kembali lagi kepada takdir. Mungkin saja Allah memang belum menakdirkan dia untuk menikah di usianya sekarang.

Setelah mencoba berprasangka baik pada takdir yang Allah beri, kadang terdengar ada celetukan dari mulut seseorang yang mengatakan "bagaimana mungkin Allah memberi jodoh kalau ternyata tidak ada usaha dan doa untuk menjemput sang jodoh", pertanyaan tersebut kadang membuat nyesek. Mereka mungkin tidak tau seberapa besar usaha yang dilakukan untuk bertemu dengan sang jodoh. berapa kali kegagalan menghampiri. Mereka juga tidak mengetahui seberapa lama dan seberapa banyak doa yang dipanjatkan kepada Allah agar segera dipertemukan dengan sang jodoh yang selama ini telah dinanti.

Banyak orang mengira bahwa menikah adalah salah satu indikasi seseorang telah sukses. Padahal kesuksesan seseorang tidaklah dilhat dari status yang dia sandang. Kita tidak bisa menghakimi seseorang yang belum menikah dengan alasan mereka terlalu pemilih, mementingkan karir, matre hingga yang lebih kejam "tidak laku". Bisa jadi jika memang seseorang belum menikah karena dia ingin membantu keluarganya terlebih dahulu, bisa jadi juga dia ingin mengembangkan karirnya dan masih banyak lagi alasan-alasan kenapa seseorang itu memilih untuk sendiri.

Bisa jadi Allah juga menyucikan seseorang dengan menjaganya melalui kesendirian. Hingga akhirnya Allah mempertemukan dia yang sendiri dengan seseorang yang memang pantas untuk bersanding bersamanya menurut Allah. Jadi kita tidak berhak untuk mengatakan seseorang yang belum memiliki calon pendamping dengan sindiran, mohon maaf "gak laku" atau kuper. Padahal bisa jadi dia memilih sendiri agar "terjaga".

Sementara untuk dia yang ingin menikah dan sudah berusaha serta berdoa semaksimal mungkin namun belum juga bertemu sang calon, bisa jadi Allah membiarkannya sendiri untuk fokus berkarir terlebih dahulu dan sukses di karirnya, sehingga setelah menikah maka dia bisa hidup mapan dan mampu memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya kelak. Bisa jadi juga Allah menginginkan agar dia bisa mandiri sehingga mamapu hidup tanpa bergantung kepada keluarga atau bahkan bisa membantu perekonomian keluarga.

Tetaplah berprasangka baik kepada Allah, apa yang sudah Allah tetapkan pastilah yang terbaik. Selain kemungkinan di atas mungkin kita juga harus lebih introspeksi diri agar lebih siap dan lebih "pantas" menikah di mata Allah. karena menikah adalah menyempurnakan setengah dari agama, maka Allah sudah pasti menginginkan seseorang yang "sempurna" untuk bisa menyempurnakan agama islam yang sempurna.

Jadi, berhentilah bertanya nikah kapan? Atau kapan nikah? karena kita tidak tahu seberapa besar usahanya saat dia ingin menikah atau apa alasannya kenapa dia belum menikah. Doakan sajalah yang terbaik untuk mereka yang memang belum menikah. Mudah-mudahan Allah segera mempertemukan dia dengan jodohnya. Jika memang belum bertemu, mudah-mudahan dia bisa lebih bersabar untuk tetap berikhtiar ;).
Bisa jadi Allah tidak mempertemukan dia dengan jodohnya di dunia, tapi Allah menpertemukannya di surga :).

Biarkan Sakit ini Menjadi Pelebur Dosa

Sakit adalah suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang. (Menurut Oxford English Dictionary).

Semua orang yang hidup tentu pernah merasakan yang namanya sakit. Meskipun tidak ada yang menginginkannya. Bahkan banyak orang berlomba-lomba untuk berolahraga secara rutin hingga mengkonsumsi berbagai macam multivitamin untuk daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit. Namun apa daya kita hanya manusia, yang bisa kita lakukan adalah berusaha semaksimal mungkin, selanjutnya semua diserahkan kembali kepada Allah.

Bahkan sakit juga merupakan satu ujian yang Allah berikan untuk hambanya seperti firman Allah berikut ini:
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”.(QS. Al-Baqaroh : 155-157).

Secara sadar atau tidak, ketika sedang sakit banyak orang yang mengeluh dengan kondisinya. Padahal dalam suatu hadist dijelaskan bahwa rasa sakit yang kita derita bisa jadi sebagai penggugur dosa-dosa.
"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari).

Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”.(HR. Bukhari no. 5641).

Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim no. 2573).

Dari 3 hadist di atas sudah jelas bahwa semua rasa sakit yang kita rasakan akan menjadi pelebur dosa-dosa. Lantas apa yang harus kita lakukan? haruskan kita tetap pasrah saat rasa sakit datang Kemudian kita hanya diam? Tentu tidak seperti itu. Meskipun rasa sakit adalah penggugur dosa, bukan berarti kita harus pasrah dengan rasa sakit yang kita alami. Kita harus tetap berusaha dengan berobat salah satunya. karena Allah sudah menjanjikan bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan janganlah berobat dengan yang haram”. (HR. Ad Daulabi).

Kemudian dengan berdoa, karena apa yang datang kepada kita tentunya sudah Allah guratkan dalam kitab lauhul mahfudz "Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”. (HR. Muslim no. 2653).

Setelah kita berusaha semaksimal mungkin untuk melawan rasa sakit yang kita rasakan maka setelah berdoa yang kita lakukan adalah tawakal dan berprasangka baik kepada Allah juga ridho atas apa yang Allah beri. Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhoan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhoi pahalamu melainkan surga”. (HR. Ibnu Majah)

Bisa jadi rasa sakit yang kita alami adalah salah satu cara dari Allah untuk mengingatkan kita untuk bersyukur di kala kita sehat. Mungkin saat kita sehat kita lupa bahwa itu begitu nikmat. Namun tak jarang dari kita lupa mensyukurinya. Bisa jadi rasa sakit juga sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada kita untuk menghapuskan segala dosa yang ada. Kita hanyalah manusia biasa tentunya tak luput dari dosa.

Maka ketika rasa sakit datang, bersabarlah dan ikhlas menerimanya, tetaplah berikhtiar dan berdoa agar Allah memberikan keringanan dan kesembuhan pada rasa sakit yang kita alami.