Sabtu, 31 Januari 2015

Kerjaku ibadahku

Maka apabila telah dilaksanakan shalat, bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Q.S. Al-Jumu’ah (62): 10)

Dalam ayat suci tersebut sudah dijelaskan bahwa kita memang di tuntut untuk bekerja, bekerja untuk mencari rezeki yang Allah beri. Banyak orang yang keliru mengatakan bahwa rezeki itu di tangan Allah, dan dengan santai mereka bekerja seadanya dan pasrah dengan mengatakan bahwa rezeki gak akan kemana. Iya, rezeki memang tidak akan kemana-mana bahkan tidak akan sampai di tangan kita jika kita hanya berdiam diri dan melakukan pekerjaan seadanya, Maka jangan heran jika rezeki yang kita dapatkan juga seadanya.

Kita dituntut untuk bekerja, karena bekerja adalah satu kewajiban untuk kita sebagai kaum muslim. Dengan bekerja, selain mendapatkan pahala kita juga mendapatkan rezeki untuk memenuhi kebutuhan kita, bahkan memakan makanan hasil usaha kita adalah satu kebaikan, bahkan nafkah yang paling baik adalah nafkah dari seorang yang bekerja. Seperti yang diterangkan dalam hadist berikut : "Sebaik-baik nafkah adalah nafkah pekerja yang halal.” (HR. Ahmad). Jadi bekerjalah mencari rezeki yang halal agar kita mendapatkan keberkahan di dalamnya.

Sayangnya, banyak orang keliru ketika mereka bekerja, mereka bekerja hanya untuk mencari pundi-pundi uang untuk memenuhi  keinginannya. Bahkan mereka menjadi gila kerja tapi lupa kepada sang maha kuasa.

Mereka sibuk bekerja untuk mendapatkan uang tapi mereka melupakan kewajibannya untuk beribadah kepada Allah, tak banyak dari kita yang begitu ketakutan ketika bekerja tapi takut untuk melakukan salat dengan alasan takut oleh atasan dan sibuk bekerja. Padahal kita semua tau bahwa Allah lah yang memberi rezeki melalui perantara pekerjaan.

Kerja itu jangan hanya sekedar kerja, tapi bekerja juga harus mencari ridho Allah agar apa yang kita dapatkan mendapat berkah dari Allah. Bisa saja kita terus bekerja keras tanpa kenal lelah sehingga kita mendapatkan apa yang kita inginkan, tapi sadarkah kita, dengan bekerja terus menerus dan melupakan Allah maka apa yang kita dapatkan selalu saja kurang. Kita tidak akan pernah merasa cukup dengan apa yang kita cari jika kita bekerja hanya untuk memenuhi kepuasan semata.

Berbeda halnya jika kita mencari kerja untuk mendapat ridho Allah dan mencari keberkahan didalamnya, maka pekerjaan kita akan bernilai suatu ibadah, dan  menjadi tabungan amal kita di surga nanti. Bahkan ada sebuah hadist yang mengatakan bahwa ada satu dosa yang bisa terhapus dengan kita bekerja seperti hadist berikut: "Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)

Jadi luruskan kembali niat kita saat bekerja, kalau kita bekerja untuk mendapat ridho Allah. Agar apa yang telah kita lakukan menjadi pahala. Ingatlah Allah selalu dalam keadaan apapun, maka Allah pun akan mendekat kepada kita.

Sesibuk apapun kita, jangan membuat kita lupa kepada kewajiban kita untuk beribadah kepada Allah, jangan takut melaksanakan sholat ketika adzan berkumandang, jangan takut bersedekah karena kita takut miskin, karena Allah telah berjanji bahwa Allah akan melipatgandakannya. Jangan sampai kita lupa sang maha kuasa karena kita gila bekerja.  Bagaimana rezeki datang tepat jika sholat saja sering terlambat ;)

Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa; pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW sedang berjalan bersama dengan para sahahat, tiba-tiba mereka menyaksikan seorang pemuda yang nampak gagah perkasa sedang bekerja keras membelah kayu bakar. Dan para sahahat pun berkomentar: “Celakalah pemuda itu. Mengapa keperkasaannya itu tidak digunakan untuk Sabilillah (jalan Allah)?” Lantas, Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian berkata demikian. Sesungguhnya bila ia bekerja untuk menghindarkan diri dari meminta-minta (mengemis), maka ia berarti dalam Sabilillah. Dan jika ia bekerja untuk mencari nafkah serta mencukupi kedua orang tuanya atau keluarganya yang lemah, maka iapun dalam Sabilillah. Namun jika ia bekerja hanya untuk bermnegah-megahan serta hanya untuk memperkaya dirinya, maka ia dalam Sabilisy syaithan (jalan setan)”.

Dengan menyimak riwayat hadist tersebut di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa baik atau buruknya serta halal atau haramnya suatu pekerjaan, ternyata ditentukan dari niatnya. Jika kita bekerja dengan maksud untuk menghindarkan diri dari pengangguran misalnya, maka pekerjaan itu baik dan halal. Namun jika tujuan kita bekerja hanya untuk mencari harta serta memperkaya diri sendiri, maka pekerjaan yang kita lakukan itu merupakan pekerjaan hina dan haram, sehingga wajib dijauhi.

Sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah cinta kepada hamba-Nya yang mempunyai hutang usaha, dan siapa saja yang bersusah payah serta bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, lantaran mereka seperti Fi Sabilillah (pejuang dijalan Allah) ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad).

Jumat, 30 Januari 2015

Haus Pujian

Salah satu penyakit yang sering hinggap dalam diri manusia adalah haus akan pujian. Setiap manusia pada dasarnya akan merasa bahagia ketika mendapatkan pujian, padahal bisa saja pujian itu bersifat anugrah atau bahkan musibah. Semua itu tergantung bagaimana kita menyikapi pujian itu sendiri.

Tak dipungkiri juga, ketika seseorang mendapat pujian akan hasil pekerjaannya, mereka akan melakukan pekerjaan dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan pujian yang jauh lebih banyak. Kita seolah-olah lupa bahwa seharusnya apa yang kita lakukan karena Allah bukan karena manusia.

Ketika kita melakukan sesuatu karena Ingin mendapatkan pujian dari orang lain, maka kita juga harus siap menerima kekecewaan ketika ternyata hasil usaha kita sia-sia karena ternyata tidak mendapatkan pujian seperti yang kita inginkan.

Beda halnya ketika kita melakukan sesuatu karena Allah, meskipun kita tak mendapat pujian atau bahkan celaan kita tak akan kecewa, karena yang kita lakukan lillahi ta'ala. Ingatlah Allah itu menilai kita bukan dari hasil, melainkan dari proses. Hasil yang kita peroleh adalah hadiah yang Allah beri kepada kita atas usaha yang kita lakukan.

Yang terpenting, jangan sampai kita terlena dengan pujian yang diberikan orang lain kepada kita, karena bisa jadi pujian itu akan berakhir musibah untuk kita karena kita terlalu bangga sehingga kita cenderung sombong dengan apa yang telah kita perbuat.

Jika memang kita mendapatkan pujian, kembalikan lagi pujian itu kepada Allah yang maha sempurna: Alhamdulillah 'Segala puji hanya milik Allah' . Ucapan
Syukur kita panjatkan kehadirat Allah karena atas berkat dan rahmatNya lah kita bisa melakukan suatu pekerjaan hingga mendapatkan pujian dari orang lain.

Kamis, 29 Januari 2015

MASALAH

Kehidupan erat kaitannya dengan masalah. Bahkan semua orang juga pasti memiliki masalah. Namun ada yang mampu menyelesaikannya, ada pula yang berusaha menghindarinya.

Dalam kamus besar bahasa indonesia pengertian masalah sendiri adalah suatu persoalan yang harus diselesaikan (dipecahkan). Jadi tidak benar jika ada orang yang mencoba menghindari masalah agar masalah itu selesai. Karena masalah sendiri harus diselesaikan bukan dihindari.

Sampai kapan pun masalah akan selalu ada dalam kehidupan kita. Jadi jangan berharap masalah itu akan hilang dari kehidupa kita, karena masalah baru senantiasa ada untuk mewarnai hidup kita.

Masalah Juga datang untuk mendewasakan kita, dengan adanya masalah kita dipaksa untuk menghadapinya dan mencari solusinya, selanjutnya semua terserah kita mau berusaha keras menyelesaikannya atau menyerah pada masalah yang tak akan ada ujungnya.

Bijaklah menghadapi suatu masalah. Jangan anggap masalah itu hanya akan mendatangkan musibah. Bisa jadi dengan adanya masalah yang datang akan menghadirkan hikmah dalam kehidupan kita. Hikmah juga tidak datang begitu saja, ia hanya akan datang pada orang-orang yang mampu menanggapi masalah dengan bijak.

Hal pertama yang harus kita lakukan saat menghadapi masalah, hadapi masalah itu dan selesaikan. Jika Memang masalah itu tidak selesai, malah semakin rumit. Tetaplah berusaha semaksimal mugkin untuk menyelesaikannya. Jika belum selesai kita serahkan semua kepadaAllah SWT.

Berprasangka Baiklah pada ketetapan Allah, karena di balik masalah pasti akan selalu ada hikmah. Tapi terkadang kita terlalu fokus pada kegagalan kita yang lalu sehingga kita hanya bisa mengambil galau di balik masalahnya.

Sesulit apapun masalah yang kita hadapi, tetaplah semangat untuk menyelesaikannya, jangan pernah menyerah. Allah memberi kita masalah pasti lengkap dengan solusinya dan bersama kesulitan Allah beri kemudahan. Seperti firman Allah dalam Q.S Al-Insyirah yang artinya :
5. Sungguh beserta kesulitan itu ada kemudahan,
6. Sungguh beserta keaulitan itu ada kemudahan
7. apabila kamu telah selesai mengerjakan suatu urusan, maka tetaplah bekerja keras untuk urusan berikutnya
8. Dan hanya kepada Tuhanmu Kamu berharap.

Sudah siapkah kita

Sedih rasanya ketika mendengar kabar orangtua (ayah) sahabat saya meninggal. Masih hangat dalam benak saya, terakhir bertemu dengan beliau adalah ketika beliau menjadi wali saat sahabat saya menikah sekitar 2 bulan yang lalu. Saat itu kondisi beliau sedang sakit, namun beliau tetap memaksakan diri untuk menjadi wali saat putrinya menikah. Meskipun saat ijab qabul mulutnya sempat terbata-bata, tapi semua proses ijab qabul berjalan lancar. Nampak raut muka haru bercampur bahagia di wajah keluarga besarnya. Alhamdulillah prosesnya berjalan dengan lancar.

Itulah pertemuan terakhir saya dengan beliau sebelum beliau meninggal dunia. Kaget dan syok saat saya mendengar berita itu, saya tak bisa membayangkan bagaimana perasaan sahabat saya saat mengetahui ayahnya meninggal. Karena saat itu dia sedang hamil. Di satu sisi dia bahagia akan kehadiran buah cintanya bersama suami tercinta, namun di sisi lain dia juga harus menelan pil pahit ketika harus kehilangan sosok ayah yang ia cintai.

Terlepas dari itu semua, rasanya tidak ada seorangpun yang siap melepas kepergian orang-orang terkasih. Meskipun pada akhirnya apa yang kita miliki sudah pasti akan kembali kepada illahi. Karena apa yang ada didunia ini adalah titipan. Kapanpun sang pemilik akan mengambilnya, tugas kita adalah ikhlas melepaskan kepergiannya.

Semua yang bernyawa pasti akan mati menghadap sang ilahi. Karena hidup di dunia itu hanya sementara, kehidupan kekal sesungguhnya adalah di akhirat.

Saya Tidak bisa membayangkan bagaimana jika hal ini terjadi kepada saya, saya harus kehilangan orang-orang yang saya sayangi, terlebih lagi orang tua saya. Banyak janji yang belum ditepati, banyak cita-cita yang belum terwujud nyata, banyak impian yang belum tercipta dan hanya menjadi wacana belaka. Banyak kata dan ungkapan terimakasih yang belum terucapkan karena tertahan rasa malu yang luar biasa.

Kini usianya semakin senja, warna rambut mereka pun telah berubah. Kulitnya yang dulu berseri kini mulai dihiasi keriput. Namun tak sedikitpun saya melihat rasa lelah pada diri mereka untuk kebahagiaan anak-ananya.

Sampai Kapanpun jasa dan cinta mereka takkan pernah terganti. Semua pengorbanan yang mereka berikan takkan bisa tergantikan dengan apapun yang saya miliki saat ini.

Ya Allah ampulnilah saya karena saya belum bisa mewujudkan mimpi mereka menjadi nyata. Ampunilah saya yang terus menuntut mereka sempurna seperti apa yang kupinta. Tanpa ku sadari akupun jauh dari kata sempurna.

Lindungilah mereka selalu ya Allah, jagalah Mereka dimanapun mereka berada, sayangilah mereka seperti mereka menyayangi kami sewaktu kecil. Berikanlah mereka kemudahan serta kelancaran dalam segala urusan hidupnya, berikan mereka kesehatan dan keselamatan, berikanlah mereka kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jadikanlah sisa umur hidupnya menjadi penuh berkah barokah dan berlimpah, luaskan rezekinya lapangkanlah dadanya, berikanlah mereka ketenangan dalam hidupnya.

Jadikanlah setiap tetesan keringat, keluh dan kesalnya menjadi catatan amal baik dan amal sholeh mereka, jadikan pula kami anak-anak yang shaleh yang akan menjadi tabungan amal shaleh untuk kedua orang tua kami di surga kelak. Aamiin

SABAR

Sabar adalah salah satu sikap yang kita butuhkan ketika kita menghadapi masalah dan cobaan, sulit memang ketika kita mencoba untuk mempraktekannya. Tapi setidaknya dengan mencoba cara ini mebuat kita tenang ketika kita berhasil melewatinya.

Bayangkan jika saat kita menghadapi masalah dan musibah, kita sikapi dengan penuh emosi. Mungkin hanya akan ada penyesalan yang kita rasakan setelah cobaan itu berakhir. karena tanpa kita sadar kita telah menyakiti hati orang lain dengan perkataan atau tindakan kita.

Bukankah saat emosi fikiran kita didomianasi oleh amarah? sedangkan amarah sendiri adalah sifat dari setan. itu lah sebabnya kenapa saat kita emosi kita sulit menerima masukan bahkan saran sekalipun. Otak kita menolak semua hal-hal positif yang coba diberikan karena hati kita tertutup oleh emosi dan hal-hal negatif.

Bahkan ketika kita emosi, motivator kelas dunia sekalipun tak akan mampu membuat kita tenang dan meredam amarah kita jika hati dan fikiran kita masih saja tertutup oleh amarah dan emosi. cobalah tenang saat kita menghadapi masalah, tarik nafas panjang dan mulailah memohon ampun kepada Allah dengan mengucapkan istighfar.

Dalam hadist dijelaskan bahwa ketika kita marah dalam keadaan berdiri maka kita harus duduk, jika masih tetap emosi cobalah berbaring dan jika memang belum berhasil ambilah air wudhu agar mamapu memadamkan api emosi yang ada dalam diri.Itu artinya kita harus semakin merendah. Begitupun dengan hati. ketika kita sulit menerima masukan, saran dan kritikan mungkin hati kita terlalu tinggi sehingga sulit untuk dijangkau. Maka dari itu rendahkanlah hati kita agar kita mampu menerima hal-hal positif yang datang dari luar.

Sabar ketika menghadapi masalah juga membuat kita matang ketika mengambil sebuah keputusan dan meminimalisir sikap kita untuk menyakiti orang lain.Sabar itu tidak ada batasnya, hanya manusia saja yang mencoba membatasi batas kesabarannya. tugas kita adalah meningkatkan kesabaran kita seperti firman Allah dalam surat Ali-Imran ayat 200 yang artinya : " hai orang-orang yang beriman bersabarlah kamu, dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung."

" Aku akan bersabar sampai kesabaran tidak mampu lagi menghadapi kesabaranku." (Imam Syafi'i).

Sulit memang ketika kita mencoba bersabar saat kita emosi atau menghadapi masalah, tapi Allah akan menggantikan kesabaran kita dengan surga.'Apabila aku menguji hamba-Ku kemudian dia bersabar, maka aku gantikan surga baginya.' (H.R Bukhari).

Jadi tingkatkan terus kesabaran kita sesulit apapun itu. Karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang sabar. 

Rabu, 28 Januari 2015

Butuh Kasih Sayang

Tak sedikit dari kita terkadang lupa dengan jasa orang tua. Mereka menyadari jasanya namun sayang tak banyak dari mereka yang tau bagaimana cara membalas jasa mereka.Padahal sejatinya mereka tak pernah meminta kita untuk balas budi. Apalagi meminta materi, yang mereka inginkan hanyalah kita berbakti kepada mereka dan menyayangi mereka dengan sepenuh hati.

Bahkan ketika kita bekerja dan sukses dalam karir, juga memiliki keluarga sendiri, orang tua kita sudah cukup bahagian melihatnya.Sedih rasanya ketika saya mendengar cerita dari seorang nenek yang sedang tergolek sakit tak berdaya. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa nenek itu menderita struk ringan, sehingga sebagian anggota tubuhnya tidak berfungsi. Salah satunya beliau tidak bisa buang air kecil sendiri sehingga harus di pasang selang untuk membantunya keluar.

Sudah hampir 2 tahun beliau sakit seperti ini. Pihak keluarga memutuskan untuk merawatnya di rumah dengan dibantu jasa perawat. Tahun telah berganti, dan beberapa perawat yang menjaganyapun ikut berganti. Hanya sedikit yang bertahan merawat beliau, sekitar 4-5 bulan perawatnya berganti-ganti.Hingga akhirnya pihak keluarga menemukan seorang ibu-ibu yang biasa di panggil ema untuk menemani sang nenek. Rupanya ema cekatan dalam merawat sang nenek, sehingga sang nenek merasa nyaman ketika dia merawatnya. sampai akhirnya pihak keluarga sepakat untuk terus memakai jasa sang ema.

Ema merawat nenek mulai dari makan, minum, ganti baju, membersihkan selang air pipis hingga (maaf) membersihkan kotorannya. semua dilakukan oleh ema sendiri. Mungkin itu juga salah satu alasan nenek merasa nyaman dirawat ema. Ah betapa mulianya sang ema yang rela menghabiskan waktunya untuk merawat seorang nenek yang tak pernah ia kenal sebelumnya. padahal ema sendiri memiliki anak dan cucu, mudah-mudahan Allah senantiasa meridhoi setiap langkah dalam hidupnya dan memberikan pahala yang berlipat ganda kepada ema.

Saat saya berkunjung, ema bercerita kalau dulu nenek ini adalah orang yang kaya raya dan merupakan keluarga terpandang di daerahnya. Nenek juga memiliki beberapa tanah yang tersebar di kota-kota besar. beliau memiliki 6 orang anak yang semuanya menjadi "orang". Mereka semua juga sudah memiliki keluarga masing-masing. Namun sayang sejak nenek sakit mereka jarang mengunjungi sang nenek. kalaupun menjenguk mereka hanya menyapa saat datang dan pamit untuk pulang.

Betapa sedihnya sang nenek melihat anak-anaknya seperti itu, mereka terlalu mempercayakan kebutuhan sang nenek kepada ema. Ema sering bercerita pada saya kalau nenek kadang menangis melihat kelakuan anak-anaknya. Memang tidak dipungkiri segala keinginan sang nenek mereka penuhi. Mulai dari makanan, minuman hingga kebutuhan untuk kesehatan sang nenek. Tapi rupanya itu bukanlah hal yang diinginkan sang nenek. Nenek pernah bilang sama Ema kalau dia hanya ingin anak-anaknya duduk disamping mereka, mencium sang nenek memegang sang nenek dan menemani atau sekedar ngobrol bersamanya. Bukan hanya mencium tangan.

Karena sekarang mencium tangan diartikan nenek hanya sebagai ritual belaka tanpa makna. Awalnya saya tidak percaya mendengar kejadian itu. Karena rasanya tidak mungkin seorang nenek yang dulu seorang ibu hebat yang telah melahirkan anak-anak yang sukses, kini "dicampakan" oleh anak-anaknya. Tapi pernyataan itu telah dibenarkan ketika saya melihat anak beserta cucunya datang ke rumah yang sekarang ditempati oleh nenek. Ya mereka memang sungkem dan menanyakan kabar sang nenek. Tapi tak lama mereka menuju ke ruang keluarga untuk ngobrol bersama dan makan-makan. sementara nenek hanya diam di kamar bersama ema.Nenek juga bercerita kepada saya kalau sebenarnya dia kesal kepada anak-anaknya karena mereka tidak peduli lagi kepadanya. Mereka hanya datang mengunjungi nenek untuk sekedar memenuhi kewajibannya bukan kebutuhan atau karena mereka rindu kepada sang nenek. Saya bisa melihat dari sorot mata dan tetesan air mata yang keluar dari mata nenek yang megisyaratkan bahwa kisah ini benar adanya. yang membuat saya kaget adalah nenek mengeluarkan kata atau semacam sumpah serapah keluar dari mulutnya yang nenek tujukkan untuk anak-anaknya.

Astagfirullahaladzim, saya kaget mendengar itu. Saya mengusap tangan nenek dan mengajaknya untuk istigfar bersama agar nenek tidak lagi bersumpah serapah. Saya coba tenangkan nenek, saya bilang kepada beliau. Bahwa anak-anaknya tetap menyayangi nenek dan mencintainya dengan sepenuh hati. Namun nenek tetap berkata-kata, bahkan saya mulai tidak mengerti dengan kata-kata yang dilontarkan oleh nenek. Ema bilang kepada saya, jangan kaget kalo nenek berkata seperti itu, kadang omongan nenek memang suka ngaco. Bahkan suka marah-marah tidak jelas. Mungkin juga nenek stress, karena dulu nenek adalah seorang pebisnis dan memiliki kekayaan yang berlimpah. Tapi sekarang dia kehilangan sebagian hartanya dan juga jatuh sakit, ditambah lagi anak-anaknya yang terkesan menjauhi sang nenek.

Banyak hikmah yang bisa saya ambil melihat kejadian ini, bahwa ternyata orang tua itu tidak membutuhkan harta yang berlimpah dari anak-anaknya, dan memberikan fasilitas yang mereka butuhkan. Bahkan menitipkan kita kepada seseorang yang merawat mereka. Setelaten, sebaik apapun perawat yang merawat orang tua kita takkan pernah sama dengan kasih sayang yang diberikan anak- anaknya.

Ingatlah semakin tua seseorang, maka tingkah lakunya akan kembali seperti anak-anak. Dia mulai manja, mudah tersinggung dan ingin mendapatkan perhatian lebih dari orang-orang terdekatnya. Bahkan beberapa organ tubuhnya mulai menurun fungsinya. Mulai dari penglihatan, pendengaran sistem pencernaan dan sistem yang lain yang ada dalam tubuhnya. Jangan heran ketika mereka meminta kita untuk menuntun mereka untuk ke kamar mandi karena kakinya sudah mulai sulit untuk berjalan.

Bersabarlah ketika mereka menyuruh kita untuk memenuhi keinginannya dan setelah memenuhi keinginannya mereka tidak mau karena kita salah melakukannya. Jangan marah ketika mereka mulai lupa dengan apa yang mereka ucapkan. Karena terkadang hari ini mereka mengucapkan A besok bisa jadi menjadi B. Ingatlah usia mereka yang mulai bertambah, namun kekuatan ingatannya akan mulai berkurang.

Jangan pernah bosan mendengar keluhan mereka ataupun cerita mereka yang terus berulang-ulang mereka ucapkan, karena mereka hanya ingin mengeluarkan unek-uneknya bukan meminta solusi kita.

Jangan marah ketika mereka mengambil barang milik kita tanpa seijin mereka, dan merusak barang milik kita. Jangan marah ketika orang tua kita tiba-tiba kehilangan kontrol untuk membuang air besar ataupun kecil. Jagalah perkataan yang kita lontarkan kepada mereka agar tidak membuat mereka tersinggung. Tetaplah tenang ketika mereka cerewet bahkan marah-marah tanpa alasan.Cobalah ingat ketika kecil dulu, ketika kita mulai bermanja-manja kepada kedua orang tua kita, padahal mereka baru saja pulang kerja. Namun senyuman anaknya membuat orang tua kita lupa akan rasa lelahnya.

Ingatlah ketika kita bayi dan mulai bisa berjalan dengan sabar mereka tetap mengajari kita untuk tetap berjalan hingga kita mampu berdiri sendiri dan berjalan lancar. Ingatlah ketika mereka mencoba memenuhi semua keinginan kita meskipun mereka harus menahan keingunan yang mereka butuhkan.

Ingatlah ketika kita melakukan kesalahan, kita sibuk mencari-cari alasan untuk tidak disalahkan.Ingatlah ketika mereka tak pernah bosan mendengar cerita-cerita yang terus berulang kali kita ceritakan kepada mereka. Betapa antusiasnya mereka mendengar cerita kita, bahkan terkadang mereka berpura-pura tidak tahu cerita yang telah kita ceritakan sebelumnya.

Ingatlah ketika kita kecil dulu, kita sering mengambil makanan seenaknya, ketika bertambah usia kita mulai berani mengambil barang milik orang tua kita, namun mereka tetap saja tersenyum melihat tingkah kita dan hanya menegur kita agar tidak melakukannya lagi.

Ingatlah ketika kita sudah mulai besar dan sekolah, tapi kita masih saja pipis di kasur tapi orang tua kita tetap mau mencuci sprei bekas pipis kita. Bahkan ketika sakit mereka adalah orang yang paling khawatir dengan kondisi kita. Mereka rela tidak makan dan tidak minum untuk memastikan kondisi kita baik-baik saja.

Cintailah mereka, sayangilah mereka seperti mereka menyayangi kita sewaktu kecil. Ketika mereka tua yang mereka inginkan adalah perhatian dan kasih sayang kita, bukan fasilitas dan kebutuhan semata.

Doakan lah mereka selalu, sayangilah mereka seperti mereka telah menyayangimu sewaktu kecil, jagalah perasaan mereka, dan muliakanlah hidup mereka

Selasa, 27 Januari 2015

Selalu Merasa Benar

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna diantara makhluk ciptaan yang lainnya. Namun sifat manusia itu sendiri tidak lah sempurna seperti fisiknya. Manusia kadang dikelilngi rasa tamak, serakah dan juga sombong. Maka tak heran jika pertengkaran, permusuhan dan perselisihan sering terjadi karena sifat dan ulah mereka sendiri.

Salah satu sifat manusia yang paling berbahya dan tanpa kita sadari selalu ada dalam diri kita adalah SELALU MERASA BENAR dan tidak ingin disalahkan. Kesombongan dan rasa ego yang tinggi bisa jadi salah satu pemicu tumbuhnya sifat ini.

Saat kita melakukan sesuatu dan ternyata yang kita lakukan salah, maka kita terkadang menolak bahwa kita telah melakukan kesalahan dan mencari objek lain yang bisa kita salahkan karena kesalahan yang terjadi.

Hati-hati juga ketka kita merasa bahwa saat kita melakukan kesalahan, kita berlaku seolah-olah bijak dengan mengatakan bahwa kesalahan yang kita lakukan adalah kehendak Allah dan pasti akan ada hikmah di balik semua kejadian ini.

Padahal kita semua tau, hidup itu adalah pilihan. sesuatu yang kita tau akibatnya adalah pilihan kita, sedangkan sesuatu yang kita tidak tau namun kita berusaha mencobanya sebaik mungkin dan ternyata hasilnya tidak sesuai dengan keinginan kita itu semua adalah takdir.

Waspadalah saat kita berada dalam posisi merasa benar, karena bisa jadi kita memang salah dan tidak mau mengakuinya. sehingga salah satu cara untuk membenakannya adalah kita mencari kesalahan orang lain sebagai alibi untuk menutupi kesalahan yang kita lakukan.

Jika kita memang salah maka akuilah kesalahan yang kita lakukan, jadikan itu semua sebagai bahan pembelajaran untuk kita agar kita tidak melakukannya lagi untuk yang kedua kalinya. Jangan mencoba menyalahkan orang lain karena kita tidak ingin disalahkan.

Mulutmu Harimau mu


Sering kali kita dengar pribahasa populer yang mengatakan bahwa mulutmu adalah harimau mu. itu artinya apa yang kita ucapkan bisa menjadi bumerang untuk diri kita sendiri dan menyerang layaknya harimau. maka dari itu berhati-hatilah dalam mengucapkan kata-kata.

Sahl bin sa'ad r.a berkata bahwa Rasululah Saw pernah bersabda : "Barang siapaun yang dapat menjaga lisan dan kemaluannya, aku jamin ia akan masuk surga." (H.R Bukhari)
Jelas sudah dalam hadis nabi menyatakan bahwa dengan lisan kita bisa masuk surga bahkan dengan lisan pula kita bisa terjerumus ke dalam neraka.

itu juga sebagai pengingat kita bahwa kita harus berhati-hati dalam berucap. lidah memang tidak bertulang. oleh sebab itu lidah dengan mudah mengucapkan sesuatu tanpa kita sadari karena terkadang tak mampu kita kontrol saat berbicara.

Al-kalaamu yanfudzu maa laa tanfudzul ibaru, perkataan itu bisa menebus apa yang tidak bisa ditembus oleh jarum. jadi berhati-hatilah dalam berucap, bisa jadi apa yang kita ucapkan membuat orang lain sakit hati. bahkan lidah mampu menembus ruang hati yang terdalam sekalipun,  dan yang perlu kita ingat tidak semua orang yang kita ajak bicara mampu menerima apa yang kita ucapkan.
Mungkin saja saat kita berbicara kita sedang bercanda, tapi lawan bicara kita bisa saja menganngap itu adalah kata menghina. kita tak akan pernah tau seberapa besar sakit hati mereka dengan kata-kata yang kita lontarkan. 
Maka berhati-hatilah saat berucap agar tidak menyakiti.