Minggu, 24 April 2016

Menghadapi Keluhan dan si "Pengeluh"

Mengeluh memang sudah menjadi sifat manusia pada umumnya. Namun jika terus-terusan mengeluh, hati-hati nanti jadi karakter dan watak. Itu bahaya!! Lantas bagaimana caranya menghadapi keluhan? Syukuri apa yang sudah Allah beri dan tidak membandig-bandingkannya dengan apa yang orang lain miliki.

Ketika kita mampu bersyukur atas apa yang sudah Allah beri. Maka hati kita sudah cukup dengan apa yang Allah beri. Tidak membanding-bandingkan bertujuan agar kita tidak selalu melihat ke atas. Karena, jika membanding-bandingkan maka kita akan membandingkannya dengan yang lebih dari pada kita dan itu tidak akan ada habisnya.

Bagaimana menghadapi si "pengeluh"? untuk menghadapi orang ini, pastikan kita memiliki hati yang bersih dan lebih siap menerima keluhan. Secara psikologis, ketika seseorang mengeluh dan keluhannya di respon dengan negatif, seolah (mendukung si "pengeluh"). Maka si "pengeluh" ini biasanya lebih termotivasi untuk kembali mengeluh dan menambah keluhannya. Bukan menyelesaikan masalah. Tapi, malah menambah keluhan dan masalahnya. Yang lebih bahaya justru ketika dia merasa mendapatkan dukungan atas keluhannya sehingga dia menebar keluhannya di media sosial.

Pesan penting untuk kita. Ketika kita ingin mengeluh, pastikan kita menempatkan keluhan kita di tempat yang tepat. Agar keluhan kita terjaga rapat, sehingga kita tidak mudah mengumpat dan tetap mampu menjaga diri secara terhormat. Dimana tempat yang tepat itu? Apalagi kalau bukan Allah. Allah lah sebaik-baik penjaga rahasia dan Allah lah sebaik-baik penolong.

"Tapi aku ingin curhat kepada manusia? Boleh tidak?" Boleh-boleh saja. Sah-sah saja, karena sejatinya ketika kita menumpahkan masalah (curhat) kepada seseorang, bukan semata-mata karena ingin mendapatkan solusi atau motivasi. Tapi lebih ke ketenangan diri karena beban dihati sudah mulai berkurang.

Ketika akan curhat dan menumpahkan semua keluhan kita. Pilihlah seseorang yang di rasa tepat dan mampu menjaga rahasiamu rapat-rapat. Curhatlah kepada seseorang yang mampu memberimu nasihat agar kamu tetap bersemangat. Pilihlah seseorang yang mampu memberimu motivasi agar kamu bisa kembali berseri. Pilihlah seseorang yang mampu mengingatkanmu untuk selalu tetap sabar, agar hatimu tetap tenang. Pilihlah seorang yang mampu mengingatkanmu untuk tetap ikhlas agar kamu tetap bisa tersenyum.

Secara normal. Ketika manusia mengeluh, kemudian tidak ada faktor yang mendukung keluhannya. Maka dia akan bosan, kemudian tidak akan lagi menambah keluhannya. Ketika dia juga mengeluh kepada seseorang yang sama sekali tidak mendukung keluhannya, dia akan diam dan tidak banyak mengeluh lagi. Bukan karena berhasil telah diberi motivasi atau kata-kata mutiara. Tapi secara psikologis, ketika sesuatu itu tidak di respon dengan baik oleh lawan bicara, akan membuat dia mengurungkan kembali niatnya untuk terus berbicara karena tidak ada yang mendukug untuk melanjutkan pembicaraannya.

Untuk kita yang mendapatkan keluhan atau curhatan dari seseorang, berhati-hatilah. Jangan mudah mendukung keluhannya dengan kata-kata kita yang negatif. Karena itu akan direkam oleh dia. Dan membuat dia semakin yakin untuk tetap mempertahankan keluhannya.
Jika kita mendapatkan keluhan dari seseorang. Berikan dia semangat, berikan dia nasihat. Jika tak mampu memberi nasihat. Maka "diam" jauh lebih bermanfaat.

Berhati-hatilah dalam berucap. Pastikan kita hanya akan memberikan si "pengeluh" dengan kata-kata positif yang bisa membangkitkan semangatnya kembali, yang bisa membuat dia tetap merasa "hidup". Yang membuat dia tidak menyerah dengan keluhannya, yang membuat dia kembali bersemangat untuk bangkit dan menjalani hidupnya kembali dengan semangat dan harapan baru.

Meskipun dia tidak mendapatkan solusi dari kita, maka saya yakin setelah dia bercerita bebannya akan berkurang. Jika tak mampu menjadi pemberi nasehat yang baik. Maka, jadilah pendengar yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar