Sabtu, 07 Mei 2016

Hikmah di Balik Kisah

Mau share pengalaman pribadi.
Bahwa selalu ada hikmah dibalik setiap kisah.
Jadi ceritanya begini....

Dulu, saya sempat mengikuti ujian CPNS di kabupaten Tasikmalaya. Saya memilih Tasikmalaya karena kuota yang tersedia cukup banyak (4 orang) untuk posisi bidan. Setelah semua berkas dan persyaratan saya penuhi. Alhamdulillah Saya lolos administrasi dan mendapatkan kartu untuk ujian. Disana juga sudah tertera waktu dan tempat pelaksanaan ujian.

Sehari sebelumnya, saya diantar oleh kedua orang tua saya untuk survey lokasi. Syukurlah lokasi itu tidak terlalu jauh dengan rumah nenek. Hanya sekitar 30 menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke lokasi ujian .
Berangkatlah saya ke tasik dengan membawa segudang harapan dalam mewujudkan cita-cita saya.

Beberapa minggu sebelumnya, saya memang giat belajar. Saya membeli beberapa buku tips dan trik ujian CPNS. Di sela-sela waktu kerja, saya luangkan waktu untuk belajar. Alhamdulillah beberapa contoh soal yang diberikan bisa diselesaikan dengan mudah.

Hari yang ditunggu-tunggupun tiba. Saya mengikuti ujian. Ujian CPNS kali ini memang jauh lebih mudah dibandingkan dengan ujian PTT atau yang lainnya, masih tetap bermain dengan waktu. Hanya saja ujiannya dengan menggunakan metode komputer atau online. Yang sangat memudahkan peserta. Karena kami tidak harus menghitamkan jawaban pada lembar kertas yang disediakan. Kemungkinan kasus sogok pun sangat kecil. Karena setiap jawaban yang kita pilih akan langsung terkirim ke data pusat dan ketika sudah selesai, nilai dari pertanyaan yang sudah kita jawab akan otomatis muncul di layar.

Saat menjawab pertanyaan yang diberikan. Saya tidak menemukan hambatan yang begitu berat. Meskipun ada beberapa pertanyaan yang tak bisa saya jawab khususnya sejarah dan matematika. Saya mencoba terus berusaha. Sampai akhirnya waktu habis dan pertanyaan selesai saya jawab semua. ( jawabannya ada juga yang ngarang sih. Tebak-tebak berhadiah 😀😊😄).

Setelah selesai menjawab. Benar saja, nilai dari jawaban langsung keluar. Lumayan. Nilai yang saya dapatkan cukup tinggi (persisnya berapa saya lupa). Kemudian salah seorang pengawas di belakang saya berkata. " Wah selamat yah, nilainya cukup besar. Semoga Anda bisa lulus." aamiin, saya tersenyum dan mengangguk sebagai tanda terimakasih saya kepada pengawas itu.

Jujur saja, saya masih tidak percaya dengan nilai yang saya peroleh. Karena memang cukup tinggi. Ditambah lagi pengawas bilang kalau nilai saya tinggi. Makin senang lah saya mendengarnya, dan yakin saya bisa lolos tes. Di depan tempat saya ujian ada layar yang terpasang,  memberitahukan pengumuman hasil dan nilai dari seluruh peserta yang ikut ujian saat itu. Kurang lebih ada sekitar 500 peserta di hari itu. Mereka yang ikut ujian terdiri dari dokter umum, bidan, perawat, analis dan dokter gigi.

Semua urutan dari mulai rangking pertama hingga terakhir muncul dilayar besar itu, semua diklasifikasikan berdasarkan jurusan yang dipilih.

Munculah klasifikasi untuk bidan. Dan...di urutan ketiga tertera nama saya. Dengan skor yang memang Alhamdulillah cukup tinggi. Beda 3 poin dengan urutan kedua. Saya mengucapkan syukur dalam hati. Alhamdulillah. Keyakinan saya untuk bisa menjadi seorang PNS mungkin akan terwujud. Tapi nilai itu memang belum memastikan saya lolos. Karena masih ada kloter 3 yang belum ikut ujian.

Saat saya memberitahukan kabar gembira ini kepada kedua orang tua saya. Mereka tersenyum bahagia. Dan mendoakan semoga saya bisa lolos. Bahagia, senang dan terharu. Sejak saat itu saya mulai berandai-andai jika memang saya lolos dan menjadi seorang PNS, saya harus mulai memikirkan dimana saya akan tinggal dan sudah pasti akan jauh dari orang tua. Berat memang harus jauh dari mereka. Tapi tak apa, jika memang ini adalah harga yang harus dibayar untuk mewujudkan cita-cita, saya rela.

Akhirnya setelah menunggu beberapa minggu. Pengumuman hasil tes CPNS dikeluarkan oleh situs resmi dari Pemkab. Beberapa kali buka webnya sempet eror dan tidak bisa dibuka. Mungkin karena banyaknya yang membuka website tersebut. Saya terus mencoba dan mencoba hingga akhirnya keluarlah hasil tesnya. Sebelum melihat urutan peserta yang lolos ujian. Saya sudah harap-harap cemas, kahwatir saya tidak lolos. Dan ternyata saya benar. Saya tidak lolos ujian CPNS. Saya berada di urutan ke-5, sedangkan yang dibutuhkan adalah 4 orang. Dan yang paling membuat saya nyesek, poin saya dengan poin peserta urutan ke-4 hanya beda 3 poin. Sangat tipis memang. Tapi tetap saja saya tidak lolos.

Seketika harapan dan cita-cita saya seolah hancur lebur. Kecewa, sedih dan sakit hati. Mungkin saya terlalu berharap besar dan terlalu tinggi angan-angannya. Saya selalu bertanya-tanya, kenapa saya tidak lulus. Padahal saat itu nilai saya tinggi. Kenapa dan kenapa? Hingga muncullah beberapa pikiran negatif dalam diri saya. Mungkin mereka dapat bocoran saat ujian, mungkin mereka curang. Atau apapun itu. Tapi saya mencoba mengendalikan diri. Mengendalikan pikiran. Ini semua sudah takdir Allah, tak akan mungkin dirubah. Dan mana mungkin curang? Sementara ujian dilakukan secara online. Satu-satunya yang harus saya lakukan adalah saya ikhlas menerima kenyataan bahwa memang rezeki saya bukan disana. Sekarang saya teringat satu kutipan dari seorang motivator dunia Dr. Ibrahim Elfiky yang mengatakan:
Kadangkala Allah menutup pintu yang ada di depan kita, tapi Dia membuka pintu lain yang lebih baik. Namun, kebanyakan manusia menyia-nyiakan waktu, konsentrasi, dan tenaga untuk memandang pintu yang tertutup daripada menyambut pintu impian yang terbuka dihadapannya.

Yah, kadang kita terlalu fokus pada satu pintu. Padahal sejatinya Allah sudah membuka pintu lain untuk kita masuk ke dalamnya. Untuk mendapatkan rezeki dari pintu yang lain. Untuk mencari pengalaman dari pintu -pintu yang sudah terbuka.

Banyak hikmah yang bisa saya petik dari kejadian ini. Karena ternyata saya bisa bekerja ditempat yang lebih dekat dengan rumah. Saya bisa menghabiskan waktu bersama kedua orang tua dan keluarga lebih banyak. Saya bisa membantu mereka dirumah. Saya bisa lebih dekat dengan tetangga dan saya masih bisa berkumpul dengan sahabat-sahabat saya.

Sekarang saya sadar, bahwa bahagia itu tidak selalu soal harta, bahwa bahagia itu tak selalu mendapatkan puji dan puja, bahwa bahagia itu tidak selalu mendapatkan gelar dan tahta. Tapi bahagia itu adalah ketika kita mampu menerima kenyataan dan mensyukuri apa yang sudah Allah beri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar