Minggu, 27 Desember 2015

Ini Adalah Pilihan, Bukan Takdir. "Anak Jalanan"

Kadang miris liat anak-anak jaman sekarang yang bermetamorfosis menjadi "anak jalanan", mereka masih kecil, masih polos dan seharusnya mereka belum boleh merasakan seperti apa "kejamnya dunia" dan "ganasnya kehidupan". Seharusnya mereka merasakan apa yang anak normal lain rasakan. Di usianya, seharusnya mereka mendapatkan perhatian orang tua, bermain dengan sesama, duduk dibangku sekolah dan mendapatkan pendidikan yang seharusnya mereka dapat.

Tapi apa yang terjadi pada mereka? Mereka harus menghabiskan waktu hidupnya dijalanan. Iya, dijalanan. Mereka harus mencari uang sendiri dan dibentuk menjadi seorang "dewasa" dengan casing  bocah agar mereka bisa bertahan hidup. Mereka masih kecil dan sudah berani merokok, ngelem, bahkan minum oplosan, dan yang lebih menghawatirkan lagi, mereka juga sudah mulai melanggar norma sosial yang ada dimasyarakat, hingga mereka mendapatkan kesan negative dari orang banyak.

Apakah ini takdir mereka? Bukan, ini adalah pilihan mereka hingga akhirnya mereka harus mau menerima konsekuensi yang akan mereka terima dengan pilihannya. Lahir kedunia itu adalah takdir, tapi menjadi baik atau buruk adalah pilihan. Saya tidak bisa menghakimi apakah keputusan yang mereka lakukan adalah baik atau tidak. Apakah menjadi mereka itu adalah perbuatan tercela atau tidak. Karena baik buruknya seseorang tak bisa hanya dilihat dari luar dan dari apa yang mereka lakukan.  Namun, dimata manusia terkadang penampilan luar adalah indikator seperti apa seseorang yang mereka pandang itu.

Meskipun tidak semua "anak jalanan" itu "buruk", tapi dalam mindset orang banyak, mereka sudah mendapatkan kesan negative dalam pandangannya. Padahal tak jarang ada sebagian "anak jalanan" yang bisa berprestasi tanpa meninggalkan sekolahnya  ada juga yang mampu mencari uang dengan cara yang halal, meskipun mereka hidup dijalanan, dan ada juga yang mampu menghidupi keluarganya dengan pekerjaan mereka. Namun, mereka yang baik terkadang menjadi minoritas dalam sebuah konunitas. Masyarakat sudah terlanjur memandang mereka tak berarti apa-apa.

Kadang saya berfikir kemana orang tua mereka hingga mereka rela membiarkan anaknya seperti ini? Mungkin mereka lupa bahwa anak adalah amanah yang harus dijaga, anak adalah titipan sang maha kuasa yang harus orang tua bina. Apakah yang orang tua rasakan ketika anaknya berwujud menjadi seperti ini? apakah yang mereka lakukan melihat keadaan anaknya seperti ini? Saya yakin, tidak ada satu orang tua pun didunia ini yang ingin anaknya "gagal", mimpinya hancur dan masa depannya tak beraturan. Kalaupun ada orang tua yang mebiarkan anaknya seperti itu, saya yakin jauh dalam lubuk hatinya mereka juga menginginkan anak mereka tumbuh normal seperti anak lainnya. Ini adalah pilihan mereka, dan ini resiko yang harus mereka ambil.

Kondisi ekonomi biasanya menjadi alasan mereka menjalani hidup seperti ini. Stress, tingkat kebutuhan yang tinggi hingga gaya hidup dan lingkungan yang membuat mereka seperti ini. Sebenarnya dalam agama islam, hal seperti ini bisa disiasati. Bisa ditanggulangi. Dengan cara apa? Dengan cara kita mampu memahami dan mengamalkan ilmu agama islam dengan baik. Memang, ini semua tidak mudah, namun jika kita ada keinginan belajar, Allah akan membukakan pintu untuk kita meraihnya.

Contohnya himpitan ekonomi yang menjadi salah satu alasan anak-anak menjadi "anak jalanan", tak usah hawatir dengan rezeki. Allah sudah menjamin bahwa setiap anak adam itu akan ditanggug rezekinya oleh Allah
"......Dan jika kamu khawatir menjadi miskin , maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (At-Taubah: 28).

......Maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Siapa yang Dia kehendaki? Kita tak akan pernah tau, karena hanya Allah yang mampu. Tugas kita hanyalah satu, menjadi hamba yang taat yang diridhoinya. Agar kita selalu ada dalam rahmat-Nya.

Rabu, 16 Desember 2015

Jangan Mudah Update Status Ketika Marah

Zaman sekarang manusia bukan lagi menjadi mahluk sosisal, tapi manusia sekarang sudah menjadi manusia media sosial. Bagaimana tidak, setiap apa yang mereka lakukan selalu terupdate dalam statusnya.

Bahkan kita bisa mengetahui kondisi seseorang hanya dari sebuah status. Entah dia sedang sedih, bahagia atau bahkan kecewa. Tak jarang ketika sedang memiliki masalah pun diumbar dalam sebuah status, bahkan status berisi amarah, entah kepada orang tua, saudara, rekan bahkan teman. Meskipun kita tak terlalu dekat, kita bisa mengetahui masalah yang mereka alami. Karena begitu mudahnya status itu diumbar.

Saya pribadipun tidak munafik, saya juga sering update status. Bahkan dulu saya sering update tentang keluhan yang saya rasakan, masalah yang saya alami. Hingga keresahan yang saya takuti. Tapi kemudian ada beberapa orang yang sayang kepada saya. Mereka mengingatkan saya, bahwa tak selayaknya keluhan yang saya rasakan saya utarakan dalam sebuah status. Kalaupun saya marah, alangkah lebih baik amarahnya saya simpan dan tak seharusnya orang lain tau.

Apakah saya terima masukan itu? Tentu saja tidak. Saya menolaknya mentah-mentah. Saya tidak terima dengan apa yang mereka katakan, saya merasa saya paling benar, saya yang merasakan. Dan mereka tidak berhak sama sekali untuk melarang saya. Tapi, seiring berjalannya waktu saya sadar dengan apa yang saya lakukan selama ini. Saya bahkan menyesal dan malu jika dulu saya hanya bisa mengeluh dan mengeluh. Hingga saya lupa untuk bersyukur kepada Allah. Alhamdulillah Allah memberi saya petunjuk untuk terus belajar dan belajar.

Ada satu untaian kata yang saya dapatkan dari sebuah buku karya @RonsImawan sang seleb tweet, atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Onyol" yang mengatakan "Media sosial bukanlah buku diary. Maka, jangan segala-galamu diumbar. Hidup bakal lebih terarah kala rahasiamu disimpan dengan pintar, aibmu dikubur dengan tegar."

Hidup kita akan lebih terarah kala rahasiamu disimpan dengan pintar dan aibmu dikubur dengan tegar. Itu point yang bisa kita dapatkan dari kutipan diatas. Yah simpan aib. Itu yang paling penting. Seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits "Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim)

Jadi, boleh kah kita update status saat kita marah? Tahan dulu, sabar dulu. Coba difikir ulang, apa yang akan kita utarakan dimedia sosial? Kata-kata kotor kah? Kata-kata kasar kah? Atau kita akan berkoar-koar dan membuka aib saudara kita? Atau mengumbar-ngumbar masalah kita? Naudzubillah... Makanya, hati-hati, cermati dan fikir kembali. Jika seandainya apa yang hendak kita utarakan hanya akan membongkar aib sendiri dan membuat luka orang lain, lebih baik urungkan niat kita. Ingat perkataan itu jauh lebih menyakitkan dibanding dengan pukulan. Apalagi jika diumbar dimedia sosial, sehingga semua orang tau atas apa yang kita utarakan.

Al-kalaamu yanfudzu maa laa tanfudzul ibaru, perkataan itu bisa menembus apa yang tidak bisa ditembus oleh jarum. Ingatlah, ketika kita sedang marah, setan dengan mudah masuk dan mengotori hati dan fikiran kita. Sehingga kita tidak bisa mengontrol apa yang kita katakan. Dan yang akan terjadi hanyalah sebuah penyesalan dengan apa yang kita katakan. Karena bisa jadi perkataan kita menyakiti mereka dan bahkan harga diri kita akan jatuh dengan kata-kata atau amarah yang kita utarakan.

Lantas apa yang harus kita lakukan ketika kita marah? Harus mengadu kepada siapa ketika amarah ini membuncah dan tak bisa ditahan lagi? Coba tenang, istighfar dan ambil air wudhu. Kita adukan semua keluhan itu kepada Allah, karena Allah adalah sebaik-baiknya penolong. Kalaupun kita ingin mengutarakan dimedia sosial, utarakanlah kata-kata yang baik, atau mungkin doa agar kita tidak mudah tersulut emosi kembali. Ingatlah, seseorang itu tercermin dari apa yang dia katakan.

Ketika kita mengumbar amarah yang sang membuncah dimedia sosial, mungkin tak sedikit orang yang ikut menjadi "kompor" dan membuat kita semakin emosi. Jadi simpanlah amarahmu, mintalah pertolongan Allah, agar kita senantiasa bersabar dan tetap tenang. Meskipun sulit, tapi tidak ada yang tidak mungkin jika kita tidak mencoba.

Sebelumnya saya mohon maaf. Saya tidak bermaksud untuk nyindir atau bahkan saya merasa lebih baik dan lebih benar. Saya pun masih sama, saya masih labil, dan terkadang dengan mudah juga mengumbar apa yang saya rasakan. Namun saya terus belajar dan belajar lagi. saya disini hanya ingin berbagi apa yang saya rasakan saja, semoga ada manfaatnya. Terimakasih 😊😊😊

Minggu, 06 Desember 2015

Sabar saat Sakit

Jika dulu saya pernah post di blog tentang "Semoga Sakit ini Menjadi Pelebur Dosa". Kali ini saya akan post juga tentang sakit. Tapi kali ini judulnya adalah "Sabar saat Sakit". Bisa jadi juga ini merupakan cerita continue dari post yang kemarin.

Pada dasarnya tidak ada satu orangpun manusia yang menginginkan rasa sakit. Tapi, rasa sakit itu pasti akan menghampiri setiap manusia. Mulai dari sakit yang ringan hingga sakit yang parah. Dalam ilmu kesehatan, rasa sakit juga bisa jadi sebagai reaksi dalam tubuh yang keluar dengan alami. Entah ada benda asing yang masuk, ataupun gangguan sistem kekebalan tubuh. kemudian tubuh mengeluarkan reaksi untuk melawan benda itu, entah dengan panas, muntah atau reaksi yang lainnya.

Sementara dalam agama islam, rasa sakit yang kita alami bisa jadi penggugur dosa-dosa kita, selain karena memang daya tahan tubuh kita sedang menurun. Rasa sakit juga merupakan pemberian dari Allah untuk setiap hambanya dalam menguji kesabarannya. Seperti yang sudah dijelaskan dalam sebuah hadist Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari).

Sebelumnya saya mohon maaf, saya post diblog ini adalah pengalaman saya saat saya sedang sakit. Bukan karena saya ingin mengeluh atau bahkan saya ingin mengumbar tentang rasa sakit yang saya alami. Saya hanya ingin berbagi pengalaman, semoga bisa bermanfaat.

Dulu saya pernah berkomitmen pada diri saya sendiri kalo saya tidak ingin mengeluh apapun dimedia sosial ketika saya sakit. Tapi pada akhirnya saya ingin menyerah, saya ingin mengeluh dan membuat status tentang rasa sakit yang saya derita. Tapi saya berfikir ulang. Hingga akhirnya saya hanya membuat status berisikan doa-doa agar saya diberi kesembuhan. Meskipun secara tidak langsung itu mengisyaratkan saya sedang sakit.

Ini adalah rasa sakit yang paling lama yang pernah saya alami. Sebelumnya saya tidak pernah sakit selama ini. Alhamdulillah tidak sampai dirawat, saya meminta untuk rawat jalan saja. Hampir 1 minggu saya sakit dan keluhannya masih sama. Bosan, kesal, sedih, juga cape. karena hanya diam dan tidak banyak aktivitas yang bisa saya lakukan. Karena saya harus istirahat yang cukup dan menjaga makanan.

Saya mengeluh kepada bapak saya, kalo saya bosan dan jenuh dengan rasa sakit yang saya alami. Saya juga berkata bahwa ini adalah rasa sakit terlama yang pernah saya derita. Dengan bijak bapak hanya tersenyum dan berkata : "Sabar, nikmati saja rasa sakitnya, mungkin Allah ingin kamu istirahat. Bahkan bapak lihat kamu jadi lebih sering dzikir ketika kamu sakit. Bukankah itu baik? Karena kamu lebih sering mengingat Allah. Bahkan bapak liat, sekarang setiap makan selalu baca doa dan kamu lebih khusyuk ibadahnya." deg!! Saya hanya bisa tersenyum mendengar perkataan bapak tadi. Entah itu sindiran atau pujian buat saya.

Saya mengeluh lagi pada mamah karena rasa sakit itu datang lagi, mamahpun berkata dengan penuh ketenangan :" Tak apa, mungkin tubuh kamu ingin mnegeluarkan racun-racun yang ada dalam tubuh. Obat jangan lupa, jaga makanannya. Hati saya terhenyak haru, karena saya memiliki orangtua yang luar biasa, saat saya sedang sakit saya bisa merasakan betapa besar kasih sayang mereka kepada anaknya. Hanya saja selama ini saya tidak menyadarinya. Selalu ada hikmah dibalik semua kejadian. Hanya terkadang kita tidak menyadarinya karena kita terlalu fokus dengan "derita" yang kita alami.

Pagi-pagi saya sedang duduk bersantai dan berbincang dengan bapak. Seperti biasa bapak menanyakan keadaan saya, saya jawab seadanya kalo saya masih sedikit sakit. Tapi saya masih bisa menahannya. Bapak tersenyum sambil berkata :"Coba sekarang hitung usia kamu berapa tahun? Berapa lama kamu sehat? Berapa lama sakit? Rasa sakit yang saat ini kamu derita tak sebanding dengan nikmat sehat yang Allah beri. Masih pantaskah kamu mengeluh? Sabar, ikhlas. Pasti kamu bisa sehat.

Subhanallah...Lagi-lagi petuah dari bapak membuat saya jleb. Saya malu karena selama ini saya selalu mengeluh dengan apa yang saya alami. Dan point yang bisa saya ambil adalah saya harus ikhlas dengan rasa sakit yang saya alami, saya juga harus bersabar, bersabar dan bersabar.  Bukankah sabar itu memang tidak ada batasannya? Seperti hadist berikut ini "Aku akan bersabar sampai kesabaran tidak mampu lagi menghadapi kesabaranku. "(Imam Syafi'i rahimahullah). Lagipula buah dari kesabaran adalah surga seperti firman Allah "Apabila aku menguji hamba-Ku, kemudian dia bersabar, maka aku gantikan surga baginya." (H.R Bukhari)

Jadi Sampai kapan kita harus bersabar? Sampai kita lupa bahwa kita sedang bersabar. Itu salah satu hikmah yang bisa saya ambil saat saya sakit.
Allah begitu sayang kepada setiap hambaNya, hanya saja caranya yang berbeda. Tergantung bagaimana cara kita mengambil hikmah dari semua kejadian ini.

Jumat, 27 November 2015

Untuk apa sombong?

Tak sedikit orang yang bangga dengan apa yang mereka miliki. Entah itu harta, jabatan, pekerjaan hingga pasangan. Tak sadarkah mereka bahwa semua yang mereka miliki adalah titipan Allah yang suatu saat nanti akan Allah ambil kembali.

Rasa bangga yang mereka miliki juga tak jarang berubah menjadi rasa sombong. Karena mereka merasa hebat dengan apa yang mereka miliki. Juga cenderung meremehkan orang lain karena tidak sehebat seperti mereka. Dalam riwayat muslim dijelaskan bahwa sombong itu sendiri adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia”(Riwayat Muslim)

Terkadang disadari atau tidak, kita sombong dengan apa yang telah Allah beri. Meskipun kita tidak memiliki niatan untuk sombong, tapi berhati-hatilah, karena bisa jadi perbuatan dan tingkah laku kita mengisyaratkan kita untuk sombong.

Ada orang yang sombong dengan pekerjaan yang dilakoninya, mereka merasa bahwa pekerjaannya adalah pekerjaan yang paling baik, baik dari segi penghasilan ataupun manfaat. Perlu diketahui, bahwa dimata Allah pekerjaan apapun adalah mulia selama pekerjaan yang dilakoni mampu membuat kita semakin bertaqwa kepada Allah. Bukan dari banyaknya harta ataupun tingginya jabatan.

Adapula org yang sombong dan bangga dengan harta yang mereka miliki. Padahal harta adalah titipan juga. Harta tidak akan bertambah jika hanya di simpan, tapi dengan sedekah InshaAllah harta akan menjadi penuh berkah. Seharusnya kita belajar dari kisah qorun yang begitu sombong juga tamak dengan harta yang ia miliki. Hingga akhirnya hartanya habis karena Allah menenggelamkan qorun bersama dengan hartanya karena kekikiran yang ia miliki.

Lantas apa yang akan kita sombongkan jika itu semua hanya titipan? Perhatikan firman Allah dibawah ini yang artinya : "Harta yang kamu kumpulkan dan apa yang kamu sombongkan ternyata tidak ada manfaatnya bagimu." Al-a'raf:48. Begitu jelas bahwa Allah berfirman harta yang kita kumpulkan sebanyak apapun takkan bermanfaat jika kita sombong. Berbeda halnya jika kita mampu memanfaatkan harta dengan baik, dan bermanfaat untuk orang banyak.

Berdoalah kepada Allah, semoga kita termasuk orang-orang yang pandai mensyukuri apa yang telah Allah beri dan tidak iri dengan apa yang orang lain miliki.
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan Engkau dari tiap-tiap perbuatan yang menjatuhkan nama baiknya. Dan aku berlindung dengan Engkau dari tiap-tiap teman yang menganggapnya begitu. Dan aku berlindung dengan Engkau dari tiap-tiap cita-cita yang menjadikan lupa daratan. Dan aku berlindung dengan Engkau dan tiap-tiap kekurangan yang menggelapkan mata dan aku berlindung dengan Engkau dari tiap-tiap kemewahan yang lupa pada keadilan.

Rabu, 11 November 2015

"Aku" yang Terlupakan

Seiring berjalannya waktu, kau kini telah berubah.
Kau mulai menjauhi aku, bahkan menyentuhpun engkau tak mau.
Ada apa denganmu? Kenapa kau enggan menyentuhku?
Kau biarkan aku sendiri, tanpa ada yang menemani.
Sekarang kau begitu sibuk dengan mainanmu yang baru.
Kau begitu sibuk hingga kau lupa waktu.

Apakah aku membosankan?
Ataukah kau sudah bosan?
Apa yang hendak kau cari? Apa yang kau inginkan?
Tak cukupkah semua jawabanku atas semua rasa penasaran mu?

Terkadang aku iri dengan apa yang kau miliki sekarang.
Setiap hari, bahkan setiap waktu kau luangkan waktu untuknya?
Tapi untukku? Sepertinya waktumu sudah tak ada. Kau biarkan aku diam ditempat yang jauh.
Kau biarkan aku sendiri. Bahkan kau biarkan aku berdebu.

Saat kau masih kecil, aku adalah sahabatmu yang senantiasa kau bawa pergi kemana-mana. Bahkan setiap waktu kau selalu menyentuhku. Hingga setiap lembaran yang ada menjadi sobek karena sering kau pakai dan kau hafal.

Aku tak apa, aku sedikitpun tak merasa sakit, meskipun robek. karena kau selalu menyentuhku, menghafal isi yang ada padaku, hingga mengamalkan apa yang Dia perintahkan.

Tapi sekarang aku sedih. Secara fisik aku memang utuh, bahkan tak ada cacat sedikitpun. Tapi aku sedih, karena itu berarti aku tidak pernah kau sentuh, aku tidak pernah kau perhatikan. Bahkan sepertinya melirikpun engkau enggan.

Tapi ketahuilah, aku senantiasa ada untukmu ketika kau membutuhkan ku. Ketika kau mulai bingung dengan semua masalah yang menimpamu. Ketika kau mulai bingung dengan jawaban hidupmu, ketika kau mulai jenuh dengan duniamu, bahkan aku bisa menjadi pelipur laramu. Aku bisa menjadi temanmu yang mampu mebuatmu tenang dan aku bisa menjadi petunjukmu untuk menjalani hidup.

Kembalilah. Lihatlah aku. Sentuhlah aku walau sejenak. Baca kembali apa yang ada padaku. Jadikanlah aku sahabatmu seperti dulu ketika kau masih kecil. Jadikanlah aku teman hidupmu agar kau tenang. Jadikanlah aku petunjukmu agar kau tak resah. Kembalilah padaku sebelum terlambat.

Salam rindu dari sahabatmu. "Aku" yang terlupakan (Al-Quran).

Jumat, 09 Oktober 2015

Terlarut dalam Pujian

Tak jarang, banyak orang yang bahagia dan begitu senang ketika dipuji. Siapa yang tidak senang ketika dirinya disebut cantik, ganteng, pintar, baik, sholeh dan sebagainya.
Banyak orang yang terlena dengan pujian yang diberikan orang lain atau bahkan atas kelebihan yang dia miliki hingga banyak orang yang berdecak kagum padanya. Padahal apa yang kita miliki adalah titipan dan amanah dari Allah yang harus kita jaga dengan baik.

Jika kita mendapat pujian dari orang lain, kembalikan lagi pujian itu kepada Allah, ucapkan Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah tuhan semesta alam. Jangan sampai kita terlarut dalam pujian yang bisa membuat kita terperosok hingga kita lupa diri dan merasa diri paling hebat dari yang lainnya. Ingatlah Allah, mungkin saja pujian itu diberikan kepada kita sebagai bentuk ujian atas apa yang kita miliki. Apakah kita mampu menjaga amanahnya. Ataukah kita malah sombong dengan apa yang dimiliki.

Tak jarang juga banyak orang yang berlomba-lomba untuk terlihat sempurna oleh manusia. Mereka lupa bahwa kesempurnaan itu hanyalah milik Allah ta'ala. Tak sadarkah kita bahwa berharap kepada manusia hanya akan menimbulkan luka? karena mereka tak selamanya akan memuja.

Ingatlah Pujian dan Ujian itu hanya berbeda 1huruf, jika saja pujian itu dihilangkan huruf awalnya maka bisa jadi ujian. 

Ibnu ‘Ajibah mengatakan, “Janganlah engkau tertipu dengan pujian orang lain yang menghampirimu. Sesungguhnya mereka yang memuji tidaklah mengetahui dirimu sendiri kecuali yang nampak saja bagi mereka. Sedangkan engkau sendiri yang mengetahui isi hatimu. Ada ulama yang mengatakan, “Barangsiapa yang begitu girang dengan pujian manusia, syaithon pun akan merasuk dalam hatinya.” (Lihat Iqozhul Himam Syarh Matn Al Hikam, Ibnu ‘Ajibah, hal. 159, Mawqi’ Al Qaroq, Asy Syamilah)

"barangsiapa yang memuji pimpinan atau seseorang dengan pujian yang sesungguhnya ada padanya, dihadapan orang-orang banyak, maka ia akan dibangkitkan oleh Allah pada hari kiamat dengan lidah tergelincir“.

Adapun doa yang kita ucapkan ketika kita dipuji adalah “ Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka. Wallahu a'lam

Kita hanyalah manusia yang tak pernah luput dari dosa dan hina. Sungguh kita tak ada apa-apanya dihadapan Allah. Apa yang hendak kita banggakan dihadapan manusia. Jika dalam sekejap Allah menghilangkan apa yang kita miliki, atau Allah memperlihatkan aib kita. Naudzubillah. Maka, ketika kita hendak mendapat pujian kembalikan pujian itu kepada Allah ta'ala.

Rabu, 19 Agustus 2015

Cita-cita Saya jadi Anak Sholeh

Materi pelajaran kali ini sudah pak Dadang sampaikan kepada anak-anak. Tapi jam pulang masih lama. Untuk mengisi waktu luang yang tersisa, pak Dadang mencoba para muridnya untuk mengatakan apa cita-cita yang mereka inginkan ketika sudah dewasa. Dengan penuh semangat murid-murid menyambutnya. Semuanya mengacungkan tangan dan saling berebut agar bisa maju kedepan.

Pak Dadang pun mulai menunjuk satu-persatu muridnya maju kedepan untuk memberitahu apa cita-cita mereka. Suasana kelas yang tadinya suntuk menjadi penuh semangat. Karena ternyata cita-cita mereka beragam. Ada yang bercita-cita jadi guru, dokter, pengusaha, orang kaya hingga jadi orang ganteng sekalipun. Jelas semua itu mengundang gelak tawa anak-anak.

Untuk yang terakhir pak Dadang memanggil Yusuf, atau yang lebih akrab disapa Ucup. Dia adalah seorang anak yang biasa saja. Ayahnya adalah seorang kuli di pasar. Sedangkan ibunya adalah seorang pedagang gorengan disekolahnya. Dalam hal pelajaran, ucup memang tidak terlalu menonjol, bahkan nilai tertinggi yang pernah diraih ucup hanya mentok di angka 7. Tapi dia adalah anak yang baik dan penurut.

Majulah ucup kedepan. Dengan penuh keluguan dia mulai memberitahu apa cita-citanya. "Cita-cita saya cuma satu, saya ingin menjadi anak sholeh."
Suasana kelas tiba-tiba hening, mendengar cita-cita ucup. Memang cita-citanya terdengar sangat sederhana, tapi mengandung makna yang luar biasa.
Pa Dadang datang menghampiri ucup dan bertanya " kenapa kamu mau jadi anak sholeh Cup?"

Dengan lantang ucup pun menjawab "Ucup ingin membawa Abah dan Ema ke surga. Bukankah dulu pa Guru pernah bilang sama ucup kalo anak sholeh itu bisa membawa orang tuanya ke surga? bahkan doa dari anak sholeh adalah amalan yang tidak akan terputus. Terus, setiap kali kita melakukan kebaikan, maka nilai kebaikan itu akan menjadi kebaikan untuk orang tua kita juga kan pak guru?"

Pa Dadang diam membisu, matanya dihiasi oleh bulir-bulir air mata karena terharu mendengar penjelasan ucup. Seorang anak biasa namun memiliki cita-cita yang begitu mulia. Namun tiba-tiba terdengar celetukan dari salah satu temannya yang berkata " eh cup, bagaimana orang tua kamu bisa masuk surga kalo mereka saja jarang solat, aku sering lewat ke tempat ibu kamu jualan, saat adzan berkumandang ibu kamu malah sibuk jualan sampe adzan ashar dan magrib tiba. Bapak kamu juga tak pernah aku lihat pergi ke mesjid. Mana bisa kamu ajak mereka ke surga".

Dengan santai ucup menjawab "Urusan ema yang mungkin lupa solat atau abah yang jarang pergi ke mesjid, itu adalah urusan mereka dengan Allah. Kewajiban ucup tetaplah berbakti kepada mereka, dengan cara ucup menjadi anak sholeh. Ucup sadar ucup tudak bisa membahagiakan mereka dengan prestasi, atau bahkan materi. Tapi ucup akan berusaha keras untuk memberikan mereka kebahagiaan kelak di surga. Karena mereka adalah malaikat dan bidadari yang Allah turunkan untuk menjadi perantara ucup lahir ke dunia. Urusan hati mutlak urusan Allah, tugas ucup sekarang adalah terus berdoa agar kedua orang tua ucup sehat juga bahagia dan selalu ada dalam kebaikan, serta tetap berada di jalan Allah."

Mendengar penjelasan itu, pak dadang memeluk ucup erat dengan tetesan air mata dan berbisik kepadanya "kamu sudah jadi anak sholeh nak, bapak bangga memiliki murid sepertimu".

Menurut Hadits Qudsi:   Allah SWT berfirman pada hari kiamat kepada anak-anak:  "Masuklah kalian ke dalam surga!"   Anak-anak itu berkata: "Ya Rabbi (kami menunggu) hingga ayah ibu kami masuk." Lalu mereka mendekati pintu syurga! tapi tidak mau masuk ke dalamnya. Allah berfirman lagi: "Mengapa, Aku lihat mereka enggan masuk? Masuklah kalian kedalam surga!" Mereka menjawab: "Tetapi (bagaimana) orang tua kami?" Allah pun berfirman: "Masuklah kalian ke dalam syurga bersama orang tua kalian." (Hadits Qudsi Riwayat Ahmad dari Syurahbil bin Syua�ah yang bersumber dari sahabat Nabi SAW)

Anak adalah titipan. Kelak d akhirat, setiap orang tua akan dimintai pertanggung jawaban oleh Allah. Tugas orang tua adalah mendidik anak. Berhasil atau tidak kita serahkan semua kepada Allah, yang terpenting kita sudah berusaha mendidik anak dengan sebaik mungkin.

Sabtu, 01 Agustus 2015

Selamat Ulang Tahun Mamah

Barakallah fii umrik....
Selamat ulang tahun mamah. Sukses dan sehat selalu. Semoga dengan  bertambahnya usia, bertambah pula amal kebaikannya. Semoga sisa umurnya menjadi penuh berkah barokah dan berlimpah. Mudah-mudahan Allah senantiasa menjaga mamah dalam kebaikan. Aamiin...

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah, karena atas berkat dan rahmatnya lah mamah bisa sehat sampai saat ini. Seiring bertambahnya usia, tentu segudang harapan dan cita-cita pasti mamah ingin dapatkan. Mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan kemudahan dan kelancaran kepada mamah dalam menggapai cita-citanya.

Semoga setiap langkah yang kau tempuh selalu ada di jalanNya. Semoga rasa lelah yang kau rasa, berubah menjadi ibadah. Semoga semua kebaikan yang telah kau lakukan menjadi catatan amal baikmu kelak.

Mamah meskipun usia kami terus beranjak dewasa, tapi saat didepanmu kami tetaplah ingin menjadi anak-anak yang mendapatkan perhatianmu secara utuh. Meskipun kami telah dewasa, kami berharap kasih sayang yang kau berikan takkan memudar karena kami telah bersama pasangan kami. Bagi kami sumber kebahagian tetap ada padamu. Tetap ada pada ridhomu.

Maafkanlah kami mamah, jika sampai saat ini kami belum bisa membuatmu bahagia. Maafkan kami jika sampai saat ini kami sering membuatmu terluka. Maafkan kami yang tak mampu menerjemahkan kasih sayangmu dalam bentuk panggilan yang kami acuhkan,
Maafkan kami yang tak mampu menerjemahkan kasih sayangmu dalam bentuk perhatian yang kami abaikan,
Maafkan kami yang tak mampu menerjemahkan kasih sayangmu dalam bentuk tangisan yang kau teteskan.
Maafkan kami yang tak mampu menerjemahkan kasih sayangmu dalam bentuk do'a yang tak kami wujudkuan.
Maafkan kami mamah.

Mamah semoga kau akan tetap menjadi panutan kami. Karena kami yakin kau adalah orang pertama yang menjadi sekolah kami, kau adalah orang yang telah Allah percaya untuk menjadi ibu dari kami semua. Kau adalah orang yang mengemban amanah untuk mendidik kami semua. Mudah-mudahan Allah senantiasa membimbingmu untuk menjaga kami agar selalu tetap berada di jalan-Nya. Kini, Kami akan selalu berusaha sebaik mungkin untuk menjadi yang terbaik agar kelak kami semua bisa menjadi tabungan  amal shaleh untuk mamah dan bapa si surga nanti.

Kau adalah bidadari surga untuk kami semua. Tetaplah menjadi surga yang selalu kami rindukan kemanapun kami pergi. Karena buat kami, selalu berada didekatmu membuat kami tenang dan bahagia. Tetaplah menjadi ibu yang terbaik, yang kelak akan kami banggakan ketika kami bertemu Allah di surga nanti. Aamiin...

Salam cinta dan bakti untukmu dari kami anak-anakmu...

Kamis, 23 Juli 2015

Ketika Ramadhan Pergi

Setelah ramadhan pergi, akan kah kebaikan dibulan ramadhan terbawa dalam kehidupan sehari-hari seperti biasanya?

Itulah pertanyaan yang menggelayuti pikiranku selama ini. Ada perasaan sedih dan kehilangan ketika ramadhan pergi. Sedih karena kebersaam seperti yang terjadi saat ramadhan bersama keluarga mungkin akan jarang terjadi. Karena setelah ramadhan aktivitas akan kembali berjalan seperti biasa. Masing-masing anggota keluarga memiliki kesibukan masing-masing dengan urusannya. Bahkan makan bersama pun hanya terjadi dihari libur. Itupun semua anggota tidak bisa berkumpul bersama karena biasanya setiap orang sudah memiliki jadwal dan acara masing-masing ketika libur tiba.

Perasaan kehilanganpun semakin menjadi ketika ditinggalkan ramadhan. Kini mesjid kembali menjadi sepi. Jika saat ramadhan setiap subuh semua orang berlomba-lomba untuk mendatangi mesjid agar bisa mendapatkan tempat duduk yang paling depan dan didalam mesjid. Karena jika telat sedikit saja, ruangan didalam mesjid sudah penuh. Sehingga mau tak mau yang telat datang ke mesjid harus melaksanakan salat di madrasah atau diteras luar mesjid.

Seusai salat subuh suasana di mesjidpun semakin ramai dengan lantunan ayat suci al-quran dari anak-anak. Belum lagi sebleum dimulai acara pengajian ada kultum atau tausiyah yang diberikan oleh ustadz. Suasana pagi pun bertambah ceria dengan adanya pesantren kilat untuk mengisi waktu liburan anak-anak.

Tapi sayang, setelah ramadhan pergi keceriaan, keramaian dan kebahagiaan itu juga ikut pergi. Setelah ramadhan usai mesjid kembali sepi. Bahkan sekarang mesjid menjadi "luas", karena jumlah jemaah semakin berkurang. Belum lagi seusai salat subuh dengan cepat mesjid kembali bersih. Tak ada lantunan ayat suci tak ada lagi tausiyah dari ustadz tak ada lagi kegiatan pesantren kilat. Karena sekarang semua orang sudah kembali menjalankan aktifitasnya masing-masing.

Rasa sedih belum cukup sampai disana, jika sebelumnya hampir disetiap rumah selalu terdengar lantunan ayat suci al-quran. Maka sekarang lantunan ayat suci al-quran tak lagi terdengar. Bahkan sekarang suara music jauh lebih dominan ketimbang suara mengaji.

Jika dulu semua orang berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan. Maka sekarang banyak orang justru "berleha-leha" saat hendak menjalankan kebaikan. Jika dulu kebanyak orang berlomba untuk bersedekah. Buka puasa bareng anak yatim, berbagi dengan banyak memberi. Maka sekarang semua kebiasaan baik itu seolah-olah hilang begitu saja. Bersedekah alakadarnya dan berbagi seperlunya.

Saat ramadhan, semua orang dipastikan menahan emosinya dengan baik. Karena mereka takut jika mereka tak mampu menahan emosi maka pahala puasanya akan berkurang. Maka saat berpuasa mereka lebih bisa menahan emosi, ucapan dan hawa nafsu. Namun setelah ramadhan usai, semua itu kembali seperti semula. Jika sebelumnya sebagian orang bisa bersabar ketika emosi. Maka sekarang orang-orang kembali tempramen, bahkan tak jarang mereka juga mengeluarkan kata-kata kasar. Astagfirullah...

Ramadhan memang bulan penuh ampunan bulan dengan berlimpah keberkahan. Dan siapa saja yang melakukan kebaikan dibulan ramadhan maka pahalnya akan dilipatgandakan oleh Allah. Maka tak heran jika ramadhan dijadikan ajang untuk berlomba-lomba dalam kebaikan oleh banyak orang. Tapi sekarang ramadhan telah pergi. Entah, apakah ramadhan tahun depan kita masih bisa dipertemukan kembali? Akankah kita bisa lebih baik untuk menghadapi bulan ramadhan yang akan datang?

Meskipun ramadhan kini telah pergi, mudah-mudahan kita semua bisa kembali fitri dan suci. Bukan hanya sesaat, tapi seterusnya. Dan kita bisa membawa kebaikan yang kita lakukan dibulan ramadhan pada bulan-bulan selanjutnya. Aamiin...

Rabu, 22 Juli 2015

Ketika semua orang sibuk dengan Gadgetnya

Dulu manusia adalah mahluk sosial, tapi sekarang manusia adalah mahluk media sosial. Bagaimana tidak, hampir semua orang memiliki smart phone. Mulai dari yang murah, hingga yang mahal sekalipun. Mulai dari yang hi-tech hingga low-tech. Bahkan masing-masing smartphone menawarkan fitur fitur terbaik yang mereka miliki. Mereka menawarkan berbagai macam kelebihan yang mereka miliki.


Sayangnya kecanggihan yang dimiliki oleh smartphone ternyata membuat kebanyakan orang tak mampu bijak dalam penggunaanya. Banyak orang yang terjebak dengan kecanggihan yang dimiliki oleh samrtphone. Mereka terjebak dalam dunia maya yang hanya sesaat. Dengan berkembangnya jaman. Aplikasi media sosial pun semakin banyak. Mulai dari media sosial yang berisi kicauan belaka, curhat, upload foto hingga check-in ketika hendak bepergian.


Semua orang kini mulai sibuk dengan media sosial yang mereka miliki. Mereka tak lagi memikirkan lingkungan sekitarnya, karena mereka terlalu sibuk dengan gadget yang mereka genggam. Bahkan mereka patuh pada gadgetnya masing-masing. Ketika gadgetnya berbunyi dengan sigap dan dengan cepat mereka menghampiri gadgetnya. Bahkan mereka pun tertunduk saat menggemgam gadgetnya. tak jarang mereka juga mengabaikan panggilan dari orang-orang terdekatnya dan yang lebih parah lagi mereka juga mengabaikan panggilan Allah untuk beribadah. Naudzubillah...


Demam media sosial juga bukan hanya untuk kalangan muda saja. Sekarang, mulai dari anak-anak hingga orang tua juga sibuk dengan media sosial masing masing.
Kini, meskipun kumpul bersama, masing-masing orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Judulnya memang berkumpul bersama, tetapi pada kenyataannya itu hanya status saja. Karena nyatanya ketika bersama, masing-masing orang malah sibuk berfoto ria hanya untuk di upload ke medsos, kemudian mereka menambahkan tulisan dalam fotonya 'indahnya kebersamaan". Padahal itu hanyalah status saja. Yang jauh berbeda dengan kenyataan.


Bukan hanya berkumpul, bahkan ketika makan bersama keluarga pun semua orang masih saja disibukkan dengan gadgetnya masing-masing. Mereka memang makan bersama tapi mereka hanya menikamatinya masing-masing. Bahkan mereka tidak mampu menikmati kebahagiaan dari kebersamaan yang mereka dapatkan.


Untuk teman-teman yang sedang berkumpul tapi malah asyik dengan gadgetnya masing-masing. Mengertilah bahwa sebenarnya momen kebersamaanlah yang kami inginkan. Kebersamaan yang bukan hanya status semata tapi itu berbentuk realita. Karena waktu kita berkumpul tidaklah lama dan tidaklah banyak. Maka dari itu kami meminta ketika kita semua berkumpul berhentilah memainkan gadget kalian. Mulailah berbicara dari hati dan menatap satu sama lain.


Untuk bu guru dan pak guru, kami sebagai murid hanya ingin mendapatkan perhatian dari kalian. Lihatlah kami disini yang senantiasa bersemangat untuk mendapatkan ilmu darimu. Ketika kau sibuk dengan gadgetmu. Kami merasa sedih. Karena meskipun kami belajar, namun kami tetap merasa hampa. Kami seperti belajar sendiri dan hanya diawasi oleh seseorang yang bahkan "tak peduli" dengan kami. Bu/pak kami disini benar-benar ingin belajar. Karena ketika kami dewasa nanti, kami harus belajar dan mencari sumber sendiri. Maka dari itu selagi kami masih anak-anak kami hanya ingin mendapatkan ilmu langsung darimu. Bukan hanya dari buku. Meskipun kami tau kau mulai kesal dengan tingkah laku kami. Tapi percayalah, itulah yang membuat kami selalu merasa rindu kepada kalian wahai ibu dan bapa guru. Karena dengan perhatian, kasih sayang dan teguran kami akan lebih mudah mengerti dengan ilmu yang kalian sampaikan, dan itulah yang membuat kami selalu merindukan masa-masa kami di sekolah.


Untuk para orangtua, ayah/ibu kami sebagai anak-anakmu tentu ingin mendapatkan perhatian lebih dari kalian. Jujur saja terkadang kami merasa cemburu kepada gadget yang kalian miliki. Kalian begitu sayang kepada gadget kalian. Selalu dibawa kemanapun kalian pergi. Selalu mengisi waktu kalian yang kosong. Seandainya saja bisa, kami ingin menjadi gadget kalian yang selalu kalian genggam kemanapun kalian berada. Ketika kami bertanya kepada kalian, kalian masih saja sibuk dengan gadget yang kalian miliki. Kami tidak hanya ingin di dengarkan. Tapi kami juga ingin diperhatikan. Inilah kesempatan kami, selagi kami masih muda kami ingin menghabiskan waktu bersama kalian. Bukan hanya dalam status bersama. Tapi kami benar-benar ingin bersamamu. Bercerita, bercengkrama dan tertawa bahagia bersama-sama. Suatu saat nanti, ketika kami telah memiliki pasangan. Mungkin kami tidak bisa lagi bercerita kepada kalian ayah/ibu. Karena mungkin kami akan lebih banyak bercerita dan berbagi kisah dengan pasangan hidup kami masing-masing.
Dengarkan kami dan lihatlah kami. Sekarang yang kami inginkan bukan fasilitas yang kalian berikah. Tapi yang kam iginkan adalah perhatian dan kasih sayang kalian.


Untuk para tenaga kesehatan kami sangat menyayangi kalian. Ketika kami datang kepada kalian kami ingin menceritakan keluhan yang kami rasakan. Meskipun keluhan kami banyak. Tapi dengan respon dan perhatian yang kalian berikan membuat kami cukup senang sudah meluapkan semua keluhan kami. Kami sadar mungkin kalian lelah setelah bekerja seharian, dan kami tau bahwa pekerjaan kalian membutuhkan konsentrasi yang tinggi agar tidak terjadi kesalahan. Maka dari itu cobalah dengarkan keluhan kami sejenak. Meskipun kami tau, bahwa kami teekadang membuat kalian jengkel dan kesal. Tapi dengan respon yang hangat daei kalian. Kalian sungguh membantu kami dengan meringankan beban yang kami miliki.


Teknologi yang canggih. Gadget yang memiliki fitur yang bagus membuat kita memang lebih mudah menjalin komunikasi, namun tak jarang membuat kita lupa waktu dan kondisi di sekeliling kita. Bijaklah menyikapi kemajuan teknologi yang ada. Jadikan itu semua sebagai alat untuk mendapatkan banyak kemaslahatan bukan kemudharatan.

Kamis, 04 Juni 2015

Berhentilah Mengeluh !!

Anak : bu aku sakit :(
ibu : besok kita berobat ke dokter ya nak.
keesokan harinya sang ibu membawa anaknya ke dokter.

Anak : aduuh ko sakit terus yah. Ko gak sembuh sembuh yah. Ya Allah kenapa harus aku yang sakit seperti ini. Kapan aku sembuhnya ya Allah :(. Aku sudah bosan sakit terus.
ibu : lebih baik kamu istirahat dan minum obatnya.

karena tak kunjung sembuh, sang anak pun segera meng update status tentang sakit yang di alaminya. Bahkan dia sempat untuk mengapload foto ketika dirinya sakit. Hampir disetiap akun media sosialnya dia mengeluh tentang rasa sakit yang ia rasakan. sampai akhirnya semua saudara-saudara nya tahu kalau dia sedang sakit. Padahal sakit yang ia derita hanya panas, batuk dan pilek. Namun karena dia sering update tentang rasa sakit yang dia derita. Semua orang mengira bahwa sakitnya sudah parah.

Telepon ibunya pun tak henti-hentinya berbunyi untuk menanyakan kabar anaknya yang sedang sakit.
Karena kesal melihat ulah anaknya yang selalu update status tentang rasa sakitnya, sang ibu datang menghampirinya.

Ibu: apa yang kamu lakukan nak? kenapa kamu selaku mempublikasikan kondisi kamu saat ini di depan umum...

Anak : aku kesal bu, aku sakit terus dan aku gak sembuh-sembuh. Padahal aku audah minum obat, bahkan aku sudah ganti dokter 3 kali. Tapi kenapa aku gk sembuh-sembuh...

ibu : itu semua kesalahan kamu. Kamu sendiri yang membuat dirimu sakit. ingatlah firman Allah : "Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya," [Surah Al-Baqarah ayat 286].

Anak : loh ko ibu ngomong begitu, bu, aku itu udah berobat, bukan kah itu salah satu ikhtiar bukan? salah aku dimana?

ibu : kamu terlalu banyak mengeluh! kamu selalu mempublikasikan apa yang kamu derita. Sehingga semua orang akan iba. Dan kamu memperlakukan diri kamu layaknya orang sakit. Bukan orang sehat.

Anak : tapi bu, aku gk ada maksud buat mengeluh dan mempublikasikan sakitku ke semua orang. Aku hanya....

Ibu : hanya ingin semua orang tau bahwa kamu sedang sakit. Dan saat kamu sakit banyak orang yang tiba-tiba care sama kamu. Dan kamu senang dengan kondisi ini. Kamu senang karena ketika kamu sakit banyak orang yang begitu peduli sama kamu. Tanpa kamu sadari kamu telah memperlakukan tubuhmu seperti orang sakit karena ingin dikasihani orang lain. Taukah kamu sehebat apapun obat yang dokter beri. Sebanyak apapun obat yang kamu makan. Kamu tak akan pernah bisa sembuh jika kamu saja tak mampu memperlakukan dirimu layaknya orang sehat. Bagaiman kamu bisa sembuh, Jika kamu saja tak bisa yakin kamu bisa sembuh karena kamu merasa nyaman dengan kondisi "sakit" ini. Ketahuilah nak. Bukan obat yang menyembuhkan kamu tapi keyakinan kamu kepada Allah yang bisa membuat kamu sembuh.

Anak : ( termenung) lantas apa yang harus aku perbuat sekarang bu?

ibu : bergegaslah pergi ke kamar mandi ambil air wudhu. Istighfar. Berhentilah mengeluh nak. Mengeluh hanya akan memperburuk keadaanmu saja. Mengeluh hanya akan membuatmu lemah. Ketahuilah jika kamu yakin kamu bisa sembuh maka Allah akan menyembuhkanmu. Obat yang kamu minum dan dokter yang periksa hanyalah jalan dari Allah sebagai "alat" untuk menyembuhkanmu. Orang lain akan memperlakukan kamu seperti kamu memperlakukan dirimu sendiri. Pun dengan tubuhmu. Jagalah dirimu. Yakinlah dan perlakukan lah dirimu seperti orang sehat. Ingatlah ini nak "......dan janganlah kamu berputus asa dari  rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum yang kafir."

 [Surah Yusuf ayat 12] .

Selasa, 02 Juni 2015

Mudah Jatuh Cinta, Mudah juga Terluka

Pernah saya mendengar cerita dari seorang teman. Dia berkata bahwa dia begitu mudah jatuh cinta kepada seseorang. Dia mudah melabuhkan cintanya kepada seseorang yang membuat dia nyaman. Meskipun belum terlalu lama kenal, namun dia tak peduli. Jika dia sudah merasa nyaman, dia merasakan bahagia apabila didekatnya.

Kejadian itu berlangsung terus menerus hingga akhirnya dia memutuskan untuk tidak mudah jatuh cinta lagi. Karena ternyata jatuh cinta hanya membuat terluka ketika cinta itu hanya bertepuk sebelah tangan. Akhirnya dia memutuskan untuk menjaga perasaannya. Dan menjaga hatinya untuk tidak mudah jatuh cinta.

Suatu saat dia bertemu dengan seseorang yang menurut dia berbeda. Dia begitu baik, ramah dan rajin beribadah. Lagi, dia kembali merasakan apa yang namanya suka pada seseorang di pandangan pertama. hati kecilnya berkata bahwa kali ini perasaan sukanya itu adalah rasa yang benar. Karena dia suka dengan akhlak yang dimilikinya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk terus mendekatinya. Komunikasi yang mereka lakukan pun berjalan dengan intens. Masing-masing dari mereka selalu memberi kabar satu sama lain. Meskipun status mereka belum jelas.

Hingga pada suatu hari dia benar-benar terkejut dan syok, ketika melihat seseorang yang dia kagumi ternyata akan melaksanakan pernikah bersama pasangannya bulan depan. Halilintar seolah-olah menyambar hatinya saat itu. Betapa terkejut dan kecewanya dia melihat seseorang yang dia kagumi ternyata akan menikah. Sakit hati dan frustasi ia rasakan kini. Ternyata selama ini dia berharap terlalu banyak namun tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.

Hati saya cukup terenyuh mendengar itu. Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa tidak sedikit dari kita terlalu banyak menyimpan harap pada manusia. Kita terlalu berharap kepada manusia, yang pada akhirnya hanya akan membuat kecewa. Berbeda halnya ketika kita berharap kepada sang pencipta, sang maha cinta. Bukan lagi kecewa, tapi hanya bahagia yang akan kita dapatkan.

Firman Allah SWT : “ Katakanlah (Muhammad) “ Jika kalian benar-benar mencintai Allah , ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.. (QS. Ali Imran : 31). Maka sudah dipastikan bahwa kita harus mencurahkan rasa cinta kepada-Nya, karena Dia lah sang maha cinta, yang memiliki cinta sempurna untuk hamba-Nya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Apabila Allah mencintai hamba maka Dia berfirman kepada Jibril : -"Saya mencintai Fulan maka cintailah ia". Maka Jibril mencintainya. Kemudian ia memanggil terhadap penghuni langit : "Sesungguhnya Allah telah mencintai Fulan, maka cintailah ia". Maka penghuni langit mencitainya. Kemudian di bumi ia diterima. Jika Allah membenci hamba -Malik- berkata : "Saya tidak menduga, hanya saja dalam kebencian itu Dia berfirman seperti itu".

Minggu, 31 Mei 2015

Ibadah? jangan Perhitungan

Saat pulang kerja
Ibu:  nak kamu sudah solat?
anak : sebntar bu, aku masih ada pekerjaan yang belum aku selesaikan. Nanti kalo terlambat bos bisa marah.
Ibu : waktu solat sebentar lagi habis. Cepat laksanakan solat.
Anak : iya bu.

Saat sedang bersantai
Ibu : sudah selesai pekerjaannya? ayo cepet solat.
Anak : ia bu. Tunggu aku istirahat dulu sebentar. Aku capek bu.

Ketika memasuki waktu isya
Ibu : dari tadi ibu liat kamu nonton tv terus. Kalo udah solat magrib, mending kamu baca Al-Quran sambil nunggu adzan isya.
Anak : nanti aja bu, nunggu acara balap motor. Ngajinya nanti aja

Ibu: solat isya nya udah. Balap motornya juga udahan. Berarti gk ada alasan lagi ya buat kamu tidak membaca Al-Quran.
Anak : Aduh bu mata aku sekarang sudah ngantuk banget. Kalo dipasain entar baca qurannya malah ngelantur. Besok aja deh bu.

Di sepertiga malam
Ibu: Alhamdulillah anak ibu soleh. Ibu bangga kamu mau solat tahajud nak.
Anak : ehm.... sebenarnya aku mau nonton bola bu. Solat tahajudnya nanti aja kalo udah selesai bola.
Ibu : nak. Lebih baik kamu solat dulu, masa nonton bola kuat solat enggak sih.
Anak : Iya nanti aja bu. Tanggung

Di hari libur.
Ibu : nak, sekarang hari libur. Ibu mau ajak kamu ke panti asuhan. Ya sekalian kamu kan sudah dapat uang. Coba sisihkan sebagian uang yang kamu miliki buat disedekahkan ke panti yatim.
Anak : aduh bu maaf. Aku mau jalan-jalan. Ini hari libur dan waktunya libur. Terus masalah sedekah tadi nantinya aja yah kalo aku dapet bonus. Soalnya entar uang aku gk akan cukup lagi buat kebutuhan aku sehari-hari.

Percakapan di atas mungkin tanpa kita sadari sering kita lakukan. Ketika ibu ataupun bapa menyuruh kita untuk melakukan kebaikan. Selalu saja ada alasan untuk kita menundanya. Padahal sejatinya kebaikan itu haruslah diaegerakan bukan ditunda-tunda. Kadang kita juga masih "perhitungan" dengan Allah. Kita juga masih perhitungan masalah waktu. Ketika kita lelah maka menunda ibadah adalah salah satu alasan yang sering kita gunakan.

Padahal Rasulullah saja sangat sibuk. Namun beliau selalu mampu memanfaatkan waktu untuk beribadah dan lebih dekat dengan Allah. Karena beliau sadar, bahwa hidup yang dijalaninya hanya sementara. Dan akhirat adalah kehidupan yang kekal. Tak heran jika beliau begitu sibuk mempersiapkan bekalnya untuk di akhirat nanti. Untuk bertemu dengan sang illahi.

Nah, apakah kita tidak malu dengan baginda Rasulullah, manusia yang paling mulia di muka bumi ini, seorang pemimpin yang tak kenal lelah berdakwah. Beliau masih mampu melaksanakan ibadah dengan baik. Bahkan ibadah sunah pun tak ia lewatkan. Dia memiliki harta, namun dia tak mau menikmatinya sendiri. Dia sadar bahwa sebagian harta yang dia miliki adalah milik orang lain. Dan titipan Allah yang harus kita manfaatkan sebaik mungkin.

Tak malu kah kita. Terkadang kita begitu perhitungan kepada Allah. Kita selalu meminta kepada Allah sesuatu yang kita inginkan. Padahal kita saja sulit melaksanakan apa yang Allah perintahkan. Ketika lelah kita berdalih bahwa Allah maha mengerti. Allah mengerti dengan kondisi kita. Ketika kita salah kita beralibi bahwa Allah itu maha pengampun dan menerima taubat. Namun disadari atau tidak kita selalu membuat kesalahan berulang kali. Ketika kita sengsara kita datang kepada Allah namun ketika kita bahagia kita meluapakan sang maha kuasa. Naudzubillah....

Saudaraku mari manfaatkan waktu sebaik mungkin. Kita ini hanya singgah sebentar di dunia. Jangan lagi perhitungan dengan Allah. Laksanakanlah ibadah semaksimal mungkin bukan lagi semampu kita. Karena Allah juga tak pernah perhitungan dengan hambanya. Allah selalu memberi apa yang kita mau, meskipun terkadang kita tak melaksanakan perintahnya dengan baik.

Jumat, 29 Mei 2015

Mencintai pekerjaan

Bekerja itu harus dengan hati bukan terpaut materi apalagi karena iri hati dan ingin dipuji. Jangan sampai kita bekerja berakhir dengan emosi.

Ya, bekerja itu harus dengan sepenuh hati. Karena segala sesuatu yang datang dari hati akan mudah diterima oleh hati. Berbeda dengan ketika kita bekerja kita hanya mengejar materi semata. Maka kita akan mudah lelah. Kita akan bekerja jika mendapatkan uang yang banyak. Kita akan bekerja semaksimal mungkin apabila diming-imingi bonus yang banyak. Bahkan tidak menutup kemungkinan kita juga akan bekerja asal-asalan bila kita tidak mendapatkan bonus. Karena niat kita sudah bekerja karena materi.

Bekerja juga jangan hanya karena iri hati melihat teman ataupun saudara kita. Karena ketika kita bekerja kita hanya ingin bekerja untuk mendapatkan perhatian orang lain atau bahkan karena ingin dipuji kalau kita lebih baik dari teman atau saudara kita. Rasa kecewa dan sedih mungkin akan sering kita rasakan ketika kita melakukan pekerjaan karena iri hati, karena tidak menutup kemungkinan kecewa akan datang disaat pujian tak datang kepada kita.

Bekerja harus dengan hati, karena ketika kita mampu bekerja dengan hati, maka kita dengan mudah akan ikhlas untuk melakukannya. Kita akan ikhkas karena  Allah. Bukan lagi karena materi atau bahkan ingin dipuji. Salah satu tanda bahwa kita mampu bekerja dengan hati adalah kita bersungguh-sungguh saat bekerja. Meskipun terkadang hasil usaha saat kita bekerja tak mendapatkan bayaran yang setimpal ataupun tak dihargai orang lain .

Bahkan dalam sebuah hadist dikatakan bahwa kita memang harus bersunguh-sungguh saat bekerja. Sehingga hasilnya akan sempurna. "Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, ia menyempurnakan pekerjaannya." (HR. Tabrani)

Tidak heran, jika ada seorang guru honorer, dokter ataupun bidan disebuah desa terpencil mampu bertahan bertahun-tahun dengan upah yang sedikit, bahkan tak jarang mereka tidak dibayar sama sekali. Namun karena mereka benar-benar tulus dan ikhlas bekerja, mereka tetap semangat untuk berbagi ilmu kepada orang lain dan untuk menolong orang lain ketika mereka sakit. Ketika ada yang bertanya apa yang membuat mereka mampu bertahan. Mereka menjawab bahwa mereka mencintai pekerjaannya. Mereka mencintai apa yang mereka lakukan. Sehingga materi bukan lah menjadi tujuan utama mereka untuk bekerja.

Semoga kita semua mampu mencintai pekerjaan kita sebagai wujud kesungguhan cinta kita kepada illahi bukan lagi materi ;)

Senin, 11 Mei 2015

Berhusnudzon

Terkadang tanpa kita sadari sering kita merasa kecewa, sedih atau bahkan tak sedikit dari kita merasa depresi dengan apa yang telah terjadi atau karena kita tidak siap menerima semua yang ada. Tak jarang kita menyesal dan kecewa dengan semuanya. Padahal, jika kita mampu bijak dan berhusnudzon, mungkin kita tidak akan mengalami kekecewaan yang begitu mendalam.

Bukahkah Allah berfirman dalam Q.S Al-
Baqarah:216 yang artinya ".....boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Bisa juga kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah maha mengetahui sedangkan kamu tidak." sudah jelas dalam firman Allah, bahwa Allah akan memberikan yang terbaik untuk setiap hamba-Nya. Namun sayangnya, tak banyak dari kita mampu menerima semua ketetapan Allah, karena kita terlanjur kecewa dengan harapan dan usaha kita yang sia-sia. Padahal dimata Allah, yang paling berharga adalah proses dan usaha kita, bukan hasilnya.

Tetaplah berhusnudzon terhadap semua ketetapan Allah. Boleh jadi apa yang kita kecewakan akan diganti oleh Allah dengan sesuatu yang lebih baik. Berhusnudzon juga erat kaitannya dengan Bertawakkal kepada Allah. Seperti kata Al-Imam Ibnu Qoyyim al- Jauziyah Rahimatumullah : “ Derajat yang kelima adalah derajat tawakkal yaitu husnu dzon kepada Allah azza wajalla. Maka sebesar itu prasangka baikmu dan pengharapanmu (raja’) kepada Rabb-mu, sebesar itu pula derajat ketawakkalanmu “ (Tahdzib Madarijus Salikin hal 240).

Allah maha tau, Allah maha memberi. Mudah bagi Allah memberi atau mewujudkan semua keinginan kita menjadi nyata, tapi itu semua belum tentu menjadikan kiita jauh kebih baik dan lebih dekat dengan Allah. Bisa jadi jika semua keinginan kita terwujud kita jauh dari Allah, sehingga kita lupa untuk berdoa, karena terlalu sibuk dengan urusan dunia. Maka dari itu, tetaplah berprasangka baik kepada Allah. Mungkin saja dengan doa yang belum terwujud kita semakin dekat dan semakin cinta kepada Allah. Maka Allah menunda doa-doa kita, karena Allah ingin kita selalu menyebut nama-Nya dalam setiap doa yang kita panjatkan.

Berhusnudzon kepada Allah juga harus diiringi dengan amal sholeh yang kita perbuat, bukan hanya dengan angan-angan. As-Syaikh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin pernah ditanya :
 “Bagaimana berbaik sangka kepada Allah yang benar?” maka beliau menjawab : 
As-Syaikh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin pernah ditanya : “Bagaimana berbaik sangka kepada Allah yang benar?” maka beliau menjawab : 
“ husnu dzon kepada Allah adalah seseorang jika melakukan amalan shaleh, dia berbaik sangka kepada Allah bahwasanya Dia akan menerima amalannya. Jika berdoa, akan diterima doanya dan dikabulkan. Jika berdosa kemudian bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat dan kembali kejalan yang benar, akan diterima taubatnya. Jika dicoba oleh Allah dengan beberapa musibah, dia juga akan berbaik sangka kepada Allah bahwa Dia tidaklah menurunkan musibah kecuali didalamnya ada hikmah yang agung. Berbaik sangka kepada Allah atas semua takdirnya kepada seluruh makhluq dan atas syariat-Nya yang dibawa oleh Rasul-Nya SAW bahwa semua itu adalah mengandung kebaikan dan maslahat bagi makluk-Nya. Meskipun sebagian manusia tidaklah mengetahui maslahat dan hikmah yang dikandung dari syariat-Nya, akan tetapi wajib bagi kita untuk menerima ketentuan Allah dan berbaik sangka kepada-Nya “

Wallahu a’lam.

Kamis, 07 Mei 2015

Demam Batu Akik

Batu akik akhir-akhir ini menjadi primadona di Indonesia, batu ini begitu digandrungi oleh masyarakat. Mulai dari anak-anak hingga dewasa, mulai dari kalangan bawah hingga kalangan atas menggemari batu ini. Batu akik mulai hits ketika presiden Obama diberi batu akik oleh presiden SBY. Sejak saat tu pamor batu akik melambung tinggi di kalangan masyarakat.

Bukan hanya di pertokoan, kini batu akik juga sudah mulai turun ke pinggir jalan. Bukanlah hal yang aneh kerubunan orang memenuhi tempat penjualan batu akik dipinggir jalan. harganya pun bervariatif. Mulai dari harga yang mahal hingga harga yang murah. Bahkan hampir semua laki-laki mulai dari pedagang hingga pejabat memakai batu akik. Entah ada sihir apa dibalik batu akik itu hingga semua orang begitu menggemari batu yang satu ini.

Bahkan sekarang tak sedikit perempuan yang juga menggemari batu akik. Jika dulu perempuan menggemari cincin bertahtakan berlian dan emas, Sekarang banyak perempuan yang juga ikut menggemari dan memakai batu akik sebagai perhiasan.

Sayangnya kegemaran kepada batu akik banyak merubah orang-orang. Tidak ada yang salah jika banyak orang yang menggemari keindahan batu akik. Karena menggemari keindahan sendiri adalah salah satu fitrah manusia dan merupakan salah satu kecintaan kepada duniawi. Seperti firmah Allah dalam surat Ali-Imran : 14 yang artinya : " Allah menjadikan indah bagi manusia kecintaan duniawi (Syahwat) atas perempuan, anak-anak, harta yg banyak dari emas, perak, kuda2 pilihan, binatang2 ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup dan di sisi Allah-lah tempat kembali yg baik" (QS 3:14).

Yang jadi masalah akhir-akhir ini adalah, ketika banyak orang yang begitu menggemari batu akik terlalu berlebihan. Sehingga membuat mereka lupa waktu bahkan lupa beribadah. Naudzubillah...
Orang-orang begitu sibuk bahkan asyik berkumpul di suatu tempat penjualan batu akik. Hingga kumandang adzan pun mereka abaikan karena mereka terpesona oleh keindahan batu akik.

Sayangnya tak jarang dari kita juga meyakini bahwa batu akik membawa rasa percaya diri ketika dipakai. Padahal kita harus hati-hati. Karena bisa jadi dengan kepercayaan itu akan mengarahkan kita pada perbuatan syirik, karena telah meyakini adanya kekuatan selain Allah. Banyak orang begitu percaya ketika memakai batu akik jenis tertentu akan membuat orang lain kagum padanya. Padahal Allah lah yang membuat batu akik itu indah. Jadi bukan batu akik yang membuat kita menjadi percaya diri atau memiliki kekuatan tertentu.

Banyak orang yang menghabiskan sebagian besar uangnya untuk membeli batu akik. Bahkan tak jarang banyak yang lupa bahwa uangnya bisa jadi di manfaatkan pada sesuatu yang lebih baik dan lebih berguna. Entah itu untuk istri, untuk anak, untuk orang tua ataupun keluarga. Tidak salah jika kita mengeluarkan uang untuk membeli barang yang kita suka. Tapi alangkah lebih baik bila kita mampu membelanjakan harta yang kita miliki untuk sesuatu yang lebih bermanfaat.

Jika memang mengagumi batu. Biarlah rasa kagum itu kita wujudkan sebagai bentuk rasa kagum kita kepada Allah. Karena Allah maha indan dan pencipta keindahan. Jangan sampai kita terbawa arus menjadikan batu akik sebagai illah. Biarkan posisi batu akik itu hanya menjadi batu yang memiliki keindahan. Bukan memeliki kekuatan.

Sabtu, 02 Mei 2015

Bahagaia tak Melulu Soal Harta

Banyak harta=bahagia.
Tak sedikit mindset dalam otak kita mengatakan bahwa indikator bahagia adalah harta. Padahal banyak juga orang yang banyak harta tapi tidak bahagia. Ada pula yang tidak memiliki harta namun mereka masih tetap bahagia.

Sebenarnya bahagia itu sederhana. Bukan kah kita juga mengumpulkan harta untuk mendapat kebahagiaan? jadi sebenarnya yang kita cari itu kebahagian, bukan harta. Sayangnya kita terlanjur berasumsi dengan banyak uang kita akan bahagia. Tidak bisa dipungkiri memang dengan uang kita bisa memiliki segalanya. Tapi perlu kita tahu bahwa kebahagiaan itu tidak bisa selalu dibeli dengan uang.

Tak sedikit dari kita mengartikah bahwa kita bahagia bila banyak harta dan banyak uang. Bahkan terkadang kita menyamakan kebahagian kita dengan orang lain. Padahal sejatinya standar kebahagian setiap orang itu berbeda-beda. Adalah salah ketika kita mencoba menyamakkan apa yang orang lain miliki akan membuat kita bahagia jika kita memilikinya.

Salah satu contoh bahwa harta bukan lah segalanya dan bukan satu-satunya sumber kebahagiaan adalah kita bisa lihat masih ada orang di perkampungan yang bisa tersenyum bahagia meski hanya makan ala kadarnya, tapi mereka bisa dengan nikmat menyantapnya. Mereka bisa tertidur pulas disebuah kasur tipis dan berselimut kain tanpa  memikirkan beban yang datang di esok hari. Berbeda dengan orang-orang kota. Mereka sibuk mencari makanan dari yang  sederhana hingga luar biasa untuk mendapat kenikmatan saat makan. Mereka juga sibuk mencari hotel berbintang 5 dengan fasilitas terbaik untuk sekedar bisa tidur nyenyak. Tak jarang mereka membeli bantal yang harganya mahal untuk bisa tidur nyenyak. Untuk apa banyak harta jika kita tidak bahagia. Untuk apa banyak harta jika hidup terasa begitu sengsara?

Lantas bahagia itu seperti apa? Salahkah jika kita mencari uang agar kita bahagia? tentu tidak, semua tergantung kepada niat kita dan bagaimana cara kita mensyukuri apa yang telah Allah beri. Ingatlah firman Allah yang berbunyi " Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”(QS. Ibrahim [14]: 7)". Jadi jika kita bersyukur maka Allah akan menambahkan nikmatnya kepada kita. Tidak akan ada yang mampu menggantikan kebahagian dan nikmat dari Allah berupa kecukupan harta dengan apapun. Karena ketika Allah memberi kita rasa qana'ah maka kita akan tenang.

Jadi sudah pasti, bahwa kunci bahagia adalah bersyukur. Apapun yang kita dapatkan adalah pemberian Allah yang wajib kita syukuri, bukan dibandingkan dengan apa yang orang lain miliki karena bahagia tak melulu soal harta.

kita bisa bahagia jika kita mampu menjadikan uang sebagai alat untuk kita mendekat kepada-Nya untuk kita mampu memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada sesama. Untuk bekerja bukan lagi mencari dan mengumpulkan harta. Tapi bekerja untuk beribadah dan mendapatkan ridho-Nya.

Sabtu, 25 April 2015

Ingin Surga, tapi Ibadah Ala Kadarnya

"Kalo hidup hanya sekedar hidup kera di rimba juga hidup. Kalo kerja hanya sekedar kerja kerbau di sawah juga kerja."   Mungkin perumpamaan dari Buya Hamka itu sudah tidak asing lagi di telingan kita. Istilah itu seakan menyindir kita umat manusia yang kadang terlalu sibuk bekerja mengejar dunia dan bahkan menyindir kita yang hidup di dunia tapi tidak memiliki "arti" yang sesungguhnya. jika memang kita hidup hanya untuk bekerja, apa bedanya kita dengan seekor kera. Jika kita hidup hanya sekedar hidup apa bedanya kita dengan kerbau yang juga hidup hanya sekedar hidup. Jangan sampai saat kita hidup di dunia kemudian tiada, tidak ada bedanya.

Tanpa kita sadar terkadang kita terlalu sibuk mengejar dunia hingga kita lupa bahwa suatu saat nanti kita akan kembali kepada-Nya. Kita menginginkan surga tapi ibadah ala kadarnya. Kita menginginkan mati enak tapi kita lupa bagaimana caranya, karena kita terlau sibuk memikirkan bagaimana cara hidup enak. Bahkan kita terlalu perhitungan dengan tuhan. Ketika kita hendak melaksanakan ibadah, maka lelah menjadi alasan utama untuk kita menunda-nunda.

Ketika kita akan sedekah, maka hutang menjadi alasan kita untuk mengurungkan niat sedekah. Kita begitu sulit mengeluarkan uang hanya untuk sedekah. Tapi begitu mudah mengeluarkan uang untuk bersenang-senang. Kita mengiginkan rezeki yang melimpah, tapi begitu enggan bersedekah. tak sadarkah kita bahwa apa yang kita miliki, apa yang kita dapatkan adalah titipan dari Allah?

Ketika kita bekerja, kemudian atasan menjanjikan uang ekstra untuk karyawan yang telaten, rajin dan juga memberikan uang tambahan untuk lembur. Maka dengan segera kita bekerja dengan semaksimal mungkin memberikan yang terbaik dan selalu tepat waktu saat bekerja. Padahal Allah telah memberikan jaminan yang lebih dari sekedar uang. Apalagi kalau bukan nikmat ketika di akhirat nanti. Mudah bagi Allah untuk memberikan apa yang kita mau. Tapi bagaimana mungkin Allah memberi apa yang kita mau jika kita saja selalu menghindar dari Allah. Jika kita saja tak berusaha memberikan waktu lebih untuk bersama dengan Allah.

Ketika berhadapan dengan atasan atau dengan klien, kita semua berpakaian sopan, rapih juga wangi. Tapi bagaimana ketika kita berhadapan dengan Allah? Kita memakai baju yang "sisa" bekas kita bekerja. Bahkan wangi pun tidak. Baju dengan penuh keringat, baju "bekas" bertemu dengan orang lain. Ketika ditanya kenapa berhadapan dengan Allah memakai baju seperti itu? maka kita akan berdalih bahwa sebenarnya Allah itu pengertian dan maha tau. Ya Allah memang maha tahu dan maha mengerti. Meskipun ketika kita bermunajat kepadanya dengan pakaian seadanya. Allah masih saja berkenan mendengarkan doa-doa kita. Tak jarang bahkan doa kita juga dikabulkannya.

Ketika kita bekerja kemudian kita dituntut untuk sempurna. Maka kita akan bekerja sebaik mungkin hingga kita lupa untuk beristirahat bahkan sampai lupa waktu. Tapi apa kabarnya ketika Allah meminta kita untuk menyempurnakan ibadahnya? maka sederet alasan akan keluar dari mulut kita. Jangankan beribadah dengan sebaik mugkin. Berdzikir dan berdoa saja kadang kita lewatka ketika salat. Membaca ayat suci saja sudah jarang kita lakukan karena kita terlalu lelah bekerja. Namun Allah maha penyayang. Seburuk apapun kita Allah tak pernah lelah memperhatikan kita.

Terkadang tanpa kita sadari, ketika mendengar panggilan atasan kita segera menghampiri, namun kita lupa diri ketika panggilan adzan mulai berkumandang. Kita menunda panggilan dari Allah, karena kita sibuk dengan urusan masing-masing. Padahal Allah memanggil kita untuk salat dan menawarkan kemenangan untuk kita Hayya 'alal falah "Mari meraih kemenangan". Tapi rupanya kita mengabaikan janji yang Allah beri. Karena tak jarang kita tidak memahami apa makna dalam kumandang adzan.

Begitu mudah kita meluangkan waktu untuk sekedar nonton atau belanja. Tapi begitu sulit meluangkan waktu untuk beribadah dan berdoa. Kita begitu mudah menghapal lagu, namun begitu sulit menghafal Al-quran.

Kita selalu menyempatkan waktu yang kita miliki untuk bertemu dan berkumpul dengan keluarga, sahabat, teman hingga kolega. Namun kita lupa untuk meluangkan waktu beribadah kepada Allah. Lelah selalu saja menjadi alasan kita untuk melakukan ibadah. Bersyukurlah bahwa sanya Allah tak pernah lelah memperhatikan kita. Bahkan ketika kita lupa, Allah tetap saja memberi kita rasa bahagia.

Kita menginkan rezeki datang tepat dan berlipat. Tapi salat saja kita sering terlambat. Kita menginkan hidup sehat tapi kita lupa untuk bersyukur dengan apa yang telah didapat. Kita menginginkan surga, tapi ibadah seadanya, Ibadah ala kadarnya.

Selasa, 21 April 2015

Berhentilah Menuntut Orang tua Kita

Pernahkah kita menuntut sesuatu kepada kedua orang tua kita? memaksa mereka untuk memenuhi keiginan kita? meski kita tau mereka tak mampu untuk mewujudkannya. Pernahkan juga kita menuntut mereka untuk "sempurna" sesuai dengan apa yang kita minta, tanpa kita sadari kita juga tidak pernah bisa menjadi seperti yang mereka pinta.

Tak dipungkiri, ketika orangtua kita tak mampu memberi apa yang kita minta kita kecewa bahkah tak jarang kita juga marah. Padahal jika kita sadar orangtua kita tak pernah menampakan rasa kecewa dan marahnya ketika kita tak mampu mewujudkan keiginan dan mimpi-mimpi mereka. Bahkan mereka selalu berusaha untuk mendukung kita disaat kita terjatuh bahkan rapuh.

Lantas pantaskah kita terus menuntut orangtua kita? Pantaskah kita memarahi mereka? Pantaskah kita terus menuntut mereka memenuhi semua keninginan kita? sedangkan kita tak pernah memberi apa yang mereka mau?

Setiap orang tua pasti menginginkan untuk memberikan yang terbaik kepada anak-anaknya. Namun terkadang apa yang orang tua kita beri tak bisa kita terima dengan baik. Dengan berdalih bahwa apa yang mereka beri tidak sesuai dengan keinginan kita. Padahal mereka sudah berusaha semaksimal mugkin untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Tak sadarkah kita bahwa cucuran dan tetesan keringatnya terus mengalir deras dari tubuhnya. Tenaganya terus terpakai dan otaknya terus berfikir untuk memikirkan kita? bahkan mungkin mereka lupa untuk memikirkan diri mereka sendiri. Bahkan di usianya yang semakin senja mereka masih saja bekerja dan berusaha untuk mencari rezeki agar mereka mampu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Sementara kita malah asyik menghabiskan waktu dengan percuma untuk kehidupan sendiri. Menghabiskan harta orang tua dan berfoya-foya. Masih pantaskah kita terus meminta kepada mereka? tanpa kita sadar mereka menghabiskan seluruh tenaganya untuk anak-anaknya tercinta?

Cobalah tengok wajah mereka yang sedang tertidur. Pernahkah kita sadar bahwa saat tertidurpun mereka masih memikirkan kita. Mereka masih terus berjuang dan berusaha agar esok mereka bisa membahagiakan anak-anaknya. Sementara kita dengan asyik tidur menikmati mimpi indah.

Lihatlah mereka ketika mereka terbangun dari tidurnya, kemudian mereka bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat di sepertiga malam. Kemudian bersujud dan mengeluarkan air mata. Siapa yang ada dalam doanya? Apa yang pertama kali mereka pinta kepada Illahi?

ya, tidak salah lagi, hal pertama yang mereka pinta kepada Allah adalah kebaikan untuk anak-anaknya. Mereka meminta agar anaknya selalu diberikan ksehatan, Kesuksesan, rezeki yang melimpah dan kebahagian dalam hidupnya. Bahkan mungkin mereka lupa meminta kepada Allah kebahagian untuk mereka. Karena ketika melihat anaknya bahagia maka mereka juga bahagia. Berbeda dengan kita, terkadang ketika kita bahagia maka kita membagikan kebahagian itu kepada orang lain, namun ketika kita menderita, kita berbagi kepada orang tua.

Kini usia mereka semakin senja. Keriput mulai menghiasi wajahnya yang teduh. Kini rambutnya yang hitam perlahan-lahan telah berubah menjadi putih. Tubuhnya yang tegap kini sudah mulai rapuh.

Berubahlah, cobalah pahami mereka, sayangi mereka. Jadilah anak yang mampu menjadi penyejuk jiwa untuk mereka. Jadilah anak yang mampu menjadi tabungan amal shaleh kelak di akhirat.

Bahagiakankah mereka, doakanlah mereka dalam setiap sujud kita. Berhentilah meminta mereka untuk menjadi seperti yang kita minta. Berhentilah mengeluh kepada orang tua kita dengan apa yang kita miliki saat ini.

Lihatlah mereka, rasakan apa yang mereka lakukan. Ketika mereka bekerja dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk kebahagian anak-anaknya. Maka sungguh tak pantas jika kita yang tak bisa memberi apa-apa selalu menuntut dan meminta kepada mereka. Sayangilah mereka, cintailah mereka. Karena ridho orang tua adalah ridho Allah.

Ah, betapa malunya diri ini

Ya Allah ampuni hamba, disaat orang lain sibuk mensyukuri apa yang telah Engkau beri, aku malah sibuk mencari apa yang tak kumiliki. Padahal tanpa kusadari begitu banyak yang telah Engkau beri.

Terlalu banyak perasaan iri dalam hati, terlalu tebal dengki menyelimuti diri. Hingga aku lupa untuk mensyukuri apa yang telah Engkau beri.

Sungguh malu diri ini, sungguh tak tau diri. Sungguh aku tak punya hati. Selalu saja memaksakan keinginanku di hadapanMu oh Illahi.

Maafkan aku ya Allah yang terlalu sibuk mengeluh hingga aku lupa untuk bersyukur. Maafkan aku ya Allah yang banyak meminta namun lupa memberi. Maafkan aku karena aku terlalu banyak menuntut tapi aku lupa bersyukur. Ampuni aku karena terlalu sibuk mengerjakan urusan dunia, namun lalai untuk mempersiapkan bekal untuk di akhirat.

Maafkanlah aku ya Allah jika selama ini selalu berbuat dosa baik yang disengaja ataupun tidak. Bahkan terkadang melakukannya berulang-ulang. Maaf kan aku ya Allah yang terkadang mengeluh cape atau lelah ketika beribadah. Padahal Engkau sedikitpun tak pernah lelah memperhatikan kami. Memberi kami rezeki dan menyayangi kami.

Semoga saja kami senantiasa berada di jalanMu didalam lindunganMu. Aamiin

Kamis, 09 April 2015

Merasa Hebat dan Terkenal

Banyak orang yang begitu merasa hebat dengan kelebihan yang dia miliki, tak jarang banyak juga orang yang terkadang merasa sombong dengan apa yang telah Allah beri. Padahal Allah berfirman dalam qur'an surat al-Isra ayat 37 yang artinya : 
"dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." sudah terlihat jelas bahwa sanya kita hanya manusia bisa. Apa yang kita miliki hanyalah titipan sang Ilahi. maka dari itu syukurilah apa yang kita dapatkan.

Ada sebuah kisah seorang pejabat yang kaya raya tengah pergi ke sebuah kampung untuk memberikan sumbangan. Di kalangannya, pejabat ini dikenal gemar memberikan uang kepada warga sekitar. Makanya setiap kali dia datang orang-orang begitu sibuk dan berebut untuk sun tangan kepadanya. Mulai dari yang muda hingga yang tua sekalipun. Setiap datang ke suatu tempat tak lupa dia juga sering berfoto kemudian menguploadnya di  media sosial, beliau juga terkenal paling eksis di media sosial, karena setiap kegiatannya tak pernah luput dari foto-foto untuk diperlihatkan di media masa. Mungkin saja beliau ingin memperjelas eksistensinya lewat dunia maya.

Setelah sampai di sebuah kampung beliau diserbu oleh masyarakat sekitar, mereka berebut untuk sun tangan. Tak ketinggalan orang-orang disana pun menyiapkan beragam makanan khas, unik dan enak untuk menjamu sang pejabat yang mereka nanti-nanti. Sesampainya disana dia pun segera menghampiri warga dan membagi-bagikan uang yang dia miliki. Tak lupa setiap dia memberikan uang selalu saja berfoto terlebih dahulu. Saat memberikan uang banyak warga yang menyanjung dan memujinya setinggi langit.

Setelah puas memamerkan kebaikannya dia kembali bergegas untuk pergi makan bersama sama rekan -rekannya. Di tempat makan favoritnya dia kembali di serbu oleh warga. Warga yang tengah asyik makan pun sejenak berhenti hanya untuk bersalaman dengannya. Setelah selesai makan dia kemudian duduk untuk menunggu makanan yang dia pesan. Di sebelah tempat makannya, dia melihat ada seorang pemuda yang tengah asyik memakan makanannya. Pejabat yang sedang menunggu itu pun heran. Kenapa dia cuek dan tidak memberikan salam kepadanya. Sementara orang lain berebut untuk mendapatkan jabatan tangan sang mentri. Melihat kejadian itu, dia sangat tersinggung karena baru kali ini dia dicuekkan seperti itu. Karena penasaran dia pun menghampiri sang pemuda dengan harapan pemuda itu sadar bahwa orang yang berada di hadapannya adalah orang penting dan paling dihormati saat ini.

"Maaf de kamu sedang apa?" tanya sang pejabat.
"Sedang makan dong pak. Namanya di restaurant, kan pasti lagi makan pak" jawab si pemuda dengan santai.
Mendengar jawaban itu ajudan nya langsung berdiri dengan kaget. Saat ajudannya hendak menghampiri si pemuda itu, namun sang pejabat itu menghentikan langkah ajudannya.
"Biarkan saja, mungkin dia sedang lapar jadi tidak ngeh siapa saya". Jelas sang pejabat.

Hingga dia selesai makan dan pejabat itu mulai makan. Sang pemuda ini masih saja tidak ngeh siapa yang ada di sebelahnya. Dengan santai setelah makan dia melewati sang pejabat tanpa menoleh ataupun melihat ke arahnya. Melihat kejadian itu, sang pejabat menghentikan makan siangnya.kemudian bergegas pergi masuk ke dalam mobilnya karena dia merasa tersinggung baru kali ini dia diacuhkan oleh seorang pemuda.

Melihat mukanya yang penuh dengan kekesalan. Salah seorang ajudan menghampiri pemuda tadi untuk bertanya kenapa dia begitu cuek saat berhadapan dengan sang pejabat.
"De, kamu itu punya TV di rumah? Apa kamu tidak tahu siapa yang ada di sebelah meja makan mu tadi?" tanya sang ajudan.
"Memang beliau siapa?"si pemuda balik bertanya.
"Dia adalah seorang pejabat. Semua orang sudah rau siapa dia. Dia terkenal dengan kebaikan dan kedermawanannya. Coba saja kamu tadi salam atau berjabat tangan dengannya. Mungkin kamu bisa makan gratis di restaurant itu"jelas ang ajudan.
"Oh gitu. Maaf saya tidak tau siapa dia. Kalo masalah jabat tangan atau sun tangan yang saya tau orang yang datang ke restaurant adalah orang yang ingin makan. Bukan ingin bersalaman atau sekedar jabat tangan" jawab sang pemuda cuek.

Hehehehe. Ini hanya sebagai gambaran untuk kita semua.tidak bermaksud menyindir pihak manapun.

Rabu, 01 April 2015

Kenapa Belum Menikah?

"Kapan nikah?", "kapan nyusul?", "kapan ngasih undangan?", "ko sendiri aja?calonnya mana?", "Nerima terus undangan, kapan ngasih undangan?". Mungkin itu pertanyaan yang selalu dilontarkan orang lain untuk muda-mudi yang masih single.

Terkadang pertanyaan itu membuat jengkel dan membuat kesal. Dalam pandangan orang lain single atau yang lebih populer dengan sebutan jomblo sering mendapatkan pertanyaan seperti itu, baik dari teman, tetangga, rekan kerja, saudara, hingga orang tua. Ketika usianya sudah mulai dikatakan dewasa atau mulai menginjak usia ideal untuk menikah, maka pertanyaan itu sudah dipastikan selalu ada menghampiri. Bahkan pertanyaan-pertanyaan di atas datang tanpa mengenal apa yang sedang terjadi. Tapi apa mau dikata sepertinya para single dan jomblo sudah harus siap menerima pertanyaan-pertanyaan seperti itu.

Banyak orang yang begitu menghawatirkan status single yang sedang disandang seseorang. Padahal mereka tidak tau mungkin ada alasan tersendiri mengapa mereka memilih untuk menjadi seorang single. kegalauan pun akan terjadi ketika ternyata status single yang disandang menjadi kekahawatiran tersendiri untuk orang tua. Mereka begitu khawatir ketika anaknya belum menikah, sementara tetangga, teman dekat dan saudara-saudaranya sudah menikah. Orang tua pun biasanya mendesak sang anak untuk segera menikah.

Padahal mungkin saja jauh dalam lubuk hatinya dia yang single juga menginginkan hal yang sama seperti apa yang diinginkan oleh kedua orang tuanya. Namun kita kembali lagi kepada takdir. Mungkin saja Allah memang belum menakdirkan dia untuk menikah di usianya sekarang.

Setelah mencoba berprasangka baik pada takdir yang Allah beri, kadang terdengar ada celetukan dari mulut seseorang yang mengatakan "bagaimana mungkin Allah memberi jodoh kalau ternyata tidak ada usaha dan doa untuk menjemput sang jodoh", pertanyaan tersebut kadang membuat nyesek. Mereka mungkin tidak tau seberapa besar usaha yang dilakukan untuk bertemu dengan sang jodoh. berapa kali kegagalan menghampiri. Mereka juga tidak mengetahui seberapa lama dan seberapa banyak doa yang dipanjatkan kepada Allah agar segera dipertemukan dengan sang jodoh yang selama ini telah dinanti.

Banyak orang mengira bahwa menikah adalah salah satu indikasi seseorang telah sukses. Padahal kesuksesan seseorang tidaklah dilhat dari status yang dia sandang. Kita tidak bisa menghakimi seseorang yang belum menikah dengan alasan mereka terlalu pemilih, mementingkan karir, matre hingga yang lebih kejam "tidak laku". Bisa jadi jika memang seseorang belum menikah karena dia ingin membantu keluarganya terlebih dahulu, bisa jadi juga dia ingin mengembangkan karirnya dan masih banyak lagi alasan-alasan kenapa seseorang itu memilih untuk sendiri.

Bisa jadi Allah juga menyucikan seseorang dengan menjaganya melalui kesendirian. Hingga akhirnya Allah mempertemukan dia yang sendiri dengan seseorang yang memang pantas untuk bersanding bersamanya menurut Allah. Jadi kita tidak berhak untuk mengatakan seseorang yang belum memiliki calon pendamping dengan sindiran, mohon maaf "gak laku" atau kuper. Padahal bisa jadi dia memilih sendiri agar "terjaga".

Sementara untuk dia yang ingin menikah dan sudah berusaha serta berdoa semaksimal mungkin namun belum juga bertemu sang calon, bisa jadi Allah membiarkannya sendiri untuk fokus berkarir terlebih dahulu dan sukses di karirnya, sehingga setelah menikah maka dia bisa hidup mapan dan mampu memenuhi kebutuhan keluarga kecilnya kelak. Bisa jadi juga Allah menginginkan agar dia bisa mandiri sehingga mamapu hidup tanpa bergantung kepada keluarga atau bahkan bisa membantu perekonomian keluarga.

Tetaplah berprasangka baik kepada Allah, apa yang sudah Allah tetapkan pastilah yang terbaik. Selain kemungkinan di atas mungkin kita juga harus lebih introspeksi diri agar lebih siap dan lebih "pantas" menikah di mata Allah. karena menikah adalah menyempurnakan setengah dari agama, maka Allah sudah pasti menginginkan seseorang yang "sempurna" untuk bisa menyempurnakan agama islam yang sempurna.

Jadi, berhentilah bertanya nikah kapan? Atau kapan nikah? karena kita tidak tahu seberapa besar usahanya saat dia ingin menikah atau apa alasannya kenapa dia belum menikah. Doakan sajalah yang terbaik untuk mereka yang memang belum menikah. Mudah-mudahan Allah segera mempertemukan dia dengan jodohnya. Jika memang belum bertemu, mudah-mudahan dia bisa lebih bersabar untuk tetap berikhtiar ;).
Bisa jadi Allah tidak mempertemukan dia dengan jodohnya di dunia, tapi Allah menpertemukannya di surga :).

Biarkan Sakit ini Menjadi Pelebur Dosa

Sakit adalah suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang. (Menurut Oxford English Dictionary).

Semua orang yang hidup tentu pernah merasakan yang namanya sakit. Meskipun tidak ada yang menginginkannya. Bahkan banyak orang berlomba-lomba untuk berolahraga secara rutin hingga mengkonsumsi berbagai macam multivitamin untuk daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit. Namun apa daya kita hanya manusia, yang bisa kita lakukan adalah berusaha semaksimal mungkin, selanjutnya semua diserahkan kembali kepada Allah.

Bahkan sakit juga merupakan satu ujian yang Allah berikan untuk hambanya seperti firman Allah berikut ini:
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi roji’uun’. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk ”.(QS. Al-Baqaroh : 155-157).

Secara sadar atau tidak, ketika sedang sakit banyak orang yang mengeluh dengan kondisinya. Padahal dalam suatu hadist dijelaskan bahwa rasa sakit yang kita derita bisa jadi sebagai penggugur dosa-dosa.
"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari).

Tidaklah seseorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari kesalahan-kesalahannya”.(HR. Bukhari no. 5641).

Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim no. 2573).

Dari 3 hadist di atas sudah jelas bahwa semua rasa sakit yang kita rasakan akan menjadi pelebur dosa-dosa. Lantas apa yang harus kita lakukan? haruskan kita tetap pasrah saat rasa sakit datang Kemudian kita hanya diam? Tentu tidak seperti itu. Meskipun rasa sakit adalah penggugur dosa, bukan berarti kita harus pasrah dengan rasa sakit yang kita alami. Kita harus tetap berusaha dengan berobat salah satunya. karena Allah sudah menjanjikan bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya Sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan obatnya, maka berobatlah dan janganlah berobat dengan yang haram”. (HR. Ad Daulabi).

Kemudian dengan berdoa, karena apa yang datang kepada kita tentunya sudah Allah guratkan dalam kitab lauhul mahfudz "Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan semua takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi”. (HR. Muslim no. 2653).

Setelah kita berusaha semaksimal mungkin untuk melawan rasa sakit yang kita rasakan maka setelah berdoa yang kita lakukan adalah tawakal dan berprasangka baik kepada Allah juga ridho atas apa yang Allah beri. Wahai anak Adam, jika engkau sabar dan mencari keridhoan pada saat musibah yang pertama, maka Aku tidak meridhoi pahalamu melainkan surga”. (HR. Ibnu Majah)

Bisa jadi rasa sakit yang kita alami adalah salah satu cara dari Allah untuk mengingatkan kita untuk bersyukur di kala kita sehat. Mungkin saat kita sehat kita lupa bahwa itu begitu nikmat. Namun tak jarang dari kita lupa mensyukurinya. Bisa jadi rasa sakit juga sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada kita untuk menghapuskan segala dosa yang ada. Kita hanyalah manusia biasa tentunya tak luput dari dosa.

Maka ketika rasa sakit datang, bersabarlah dan ikhlas menerimanya, tetaplah berikhtiar dan berdoa agar Allah memberikan keringanan dan kesembuhan pada rasa sakit yang kita alami.

Senin, 16 Maret 2015

Lihatlah kami sebagai manusia biasa

"Oh ternyata anak kesehatan bisa sakit juga? saya kira kalian tidak pernah sakit."
Kata-kata itu terlontar dari mulut seorang ibu yang hendak berobat. Mendengar kata-kata itu saya ingin tertawa, karena ternyata selama ini banyak orang yang menganggap bahwa tenaga kesehatan itu tidak pernah sakit. Padahal sebenarnya kami sama seperti manusia biasa. Kami bukanlah malaikat yang harus terus terjaga dan sehat selalu. Jika memang bisa menawar, kami memang ingin sehat terus.

Sebagai tenaga kesehatan, saya merasa justru tenaga kesehatan adalah orang yang terkadang atau bahkan melupakan kesehatannya sendiri. Saat bekerja, terkadang kami lupa makan, bahkan waktu istirahat kamipun terbatas. Kami bergaul dan berjumpa dengan orang "sakit" setiap harinya. Bahakan ketika orang-orang sedang tertidur pulas kami harus terjaga di malam hari saat melaksanakan tugas kami. Ya, inilah tugas kami, kami harus menjaga kesehatan orang lain, tapi kami lupa pada kesehatan kami sendiri.

Kami harus selalu tersenyum setiap saat dan memberikan pelayanan terbaik kepada pasien, meskipun rasa lelah sudah kami rasakan. Tapi pelayanan yang ramah dan yang terbaik harus kami berikan agar pasien merasa nyaman ketika bertemu dengan kami. Sedikit saja kami menampakan rasa lelah kami, biasanya pasien akan merasa tidak nyaman dan akan berkata bahwa pelayanan yang kami berikan tidak maksimal, atau bahkan kami terlihat jutek saat itu. Padahal sebenarnya mereka tidak tau apa yang sebenarnya terjadi dilapangan.

Kami tau, apapun yang terjadi tidak boleh kami tampakkan di depan pasien, namun kami juga manusia biasa yang masih memiliki rasa. Tak selamanya kami bisa menutupi rasa lelah yang kami alami. Tak selamanya kami harus tersenyum ramah saat memberikan pelayanan. Apalagi jika memang pelayanan ramah kami tidak diterima dengan baik oleh pasien, karena kesalah pahaman atau karena miss kominikasi yang terjadi.

Sedih rasanya ketika saya sering mendengar kalimat yang terlontar dari mulut pasien bahwa kami itu jutek, atau pelayanan tidak maksimal bahkan pelayan dibeda-bedakan karena masalah ekonomi, padahal sebenarnya tidak. Kami tidak  selamanya bisa tersenyum, apalagi jika yang kami hadapi adalah situasi genting, jika yang kami hadapi adalah situasi kegawatan. Kami harus bermain dengan cepat agar kami bisa memberikan yang terbaik yang kami bisa. Bukan kami jutek ataupun tidak ramah. Tapi ketegangan, kelelahan dan tingkat stress yang tinggi yang kami alami, terkadang tak kami sadari membuat kami tegang, sehingga kami sulit untuk tersenyum, dan terkesan seperti jutek. Padahal jauh dari itu, sebenarnya kami selalu ingin tersenyum dan memberikan pelayanan terbaik yang kami miliki.

Belum lagi ketika kami melakukan sedikit kesalahan, respon keluarga pasien beragam. Ada yang bilang bahwa kami melakukan mall praktek atau bahkan mereka bilang bahwa kami tidak berkompeten, bukan kami melakukan pembelaan karena kami tidak ingin disalahkan, tapi kami hanya ingin mengklarifikasi bahwa saat kami memberikan pelayanan, kami membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi, terkadang disaat kami membutuhkan konsentrasi tinggi, konsentrasi kami terpecah saat kami dihadapkan dengan banyak pasien dan harus bertindak cepat dan tepat. jika memang kami melakukan kesalahan maka kami akan segera mengkonfirmasikan atau menanggulangi kesalahan kami agar tidak terjadi apa-apa.

Mungkin sebagian orang akan berfikir bahwa saat melakukan kesalahan kami akan tenang, seolah tak terjadi apa-apa. Padahal sebenarnya kesalahan yang kami lakukan menjadi pikiran dan membuat kami tidak tenang. Kami selalu berdoa kepada Allah agar Allah senantiasa melindungi kami dalam setiap tindakan dan perbuatan yang kami lakukan.

Selain kata-kata jutek, yang sering terjadi dilapangan adalah bahwa kami matre, bahwa kami membeda-bedakan pasien berdasarkan kasta dan harta, padahal itu tidak pernah terlintas dalam pikiran kami. Karena semua pasien yang datang adalah sama, kamipun memberikan pelayanan terbaik yang kami miliki tanpa melihat siapa yang datang. Jika memang ada yang kami dahulukan saat hendak melakukan pemeriksaan, maka yang kami dahulukan adalah yang memang membutuhkan pertolongan segera. Bukan karena mereka berani membayar lebih banyak, bukan karena mereka dari keluarga berada ataupun yang lainnya. Kami hanya ingin memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Karena saat kami lulus pun kami sudah disumpah, bahwa kami akan memberikan pelayanan terbaik tanpa mebeda-bedakan pasien. Dan In Sha Allah kami akan memegang teguh janji kami. Karena saat berjanji, kami berjanji dihadapan Allah dan dihadapan orang banyak.

Bukannya kami ingin dihargai lebih. Tapi kami hanya ingin kita bisa saling menghargai. Jika memang kami tidak bisa tersenyum setiap saat memberikan pelayanan, mungkin kami sedang lelah karena banyaknya pasien atau karena banyak tindakan yang kami lakukan. Butuh konsentrasi tinggi saat kami memberikan pelayanan kepada pasien. Salah sedikit saja bisa berbahaya, karena kami berurusan dengan kesehatan, keselamatan, hingga nyawa seseorang.

Ini juga bukan masalah bahwa pekerjaan kami lebih baik dari pekerjaan lainnya. Karena kami sendiri tau, bahwa pekerjaan seseorang tidak terletak dari pekerjaan yang dia lakoni. Tapi kemulian seseorang terletak pada seberapa besar ketaqwaan seseorang dengan pekerjaannya. Semoga apa yang kami lakukan bernilai ibadah di mata Allah, dan ini semua kami lakukan sebagai bentuk amalan dan ibadah kami kepada Allah. Aamiin.

Senin, 02 Maret 2015

Ikut Hati Mati, Ikut Rasa Binasa

"Ikut hati mati, ikut rasa binasa". orang yang hanya memperturutkan kata hati saja tanpa menggunakan akal fikiran maka dia akan gagal dalam kehidupannya.

Pribahasa ini menarik buat saya, karena kebanyakan orang mengikuti kata hatinya saat hendak memilih. Atau bahkan mereka mengikuti rasa/perasaan mereka. Mereka berdalih bahwa segala sesuatu itu harus mengikuti kata hati. Padahal nyatanya tidak boleh seperti itu. Banyak orang keliru mengatakan, kalau hati dan perasaan itu sama. Padahal itu berbeda. Hati adalah kemampuan mengolah perasaan, sedangkan perasaan/Rasa adalah kemampuan menerima.

Sebagai manusia, kita tidak boleh hanya mengikuti kata hati atau perasaan saja. Karena bisa saja dengan mengikuti kata hati maka kita akan terjerumus pada suatu hal yang menurut kita benar. Bahkan ketika kita mengikuti kata hati, kita cenderung mengikuti hawa nafsu. Selain mengikuti kata hati kita juga sering mengikuti rasa atau perasaan kita, sehingga kita cenderung mengalah pada sesuatu yang bisa saja itu salah.

Saat dihadapkan pada sebuah pilihan ataupun kita dituntut untuk mengambil sebuah keputusan. Pilihlah keputusan yang memang benar. Bukan hanya menurut hati atau perasaan kita, tapi sesuatu yang akan membawa kebenaran ataupun kebaikan saat kita memutuskan untuk memilih itu. Mintalah kepada Allah, agar Allah senantiasa membimbing kita untuk memilih mana yang terbaik dan mana yang paling benar. Meskipun kadang apa yang menurut Allah benar belumlah tentu sesuai dengan yang kita harapkan.

Happy Milad Abah

Tak terasa sudah lebih dari setengah usiamu kau habiskan bersama kami semua. Cerita indah, suka dan duka telah kita rangkai bersama. Dulu kau adalah seorang pemuda yang gagah pemberani, hingga akhirnya kau bertemu dengan seorang perempuan yang luar biasa. Dan akhirnya kami semua, anak-anakmu hadir dalam hidupmu.

Waktu terus berlalu. Usiamu pun terus bertambah. Rambutmu yang hitam kini sudah mulai berubah menjadi putih. senyumanmu kini mulai dihiasi kerutan. Tubuhmu yang tegap kini mulai rapuh, dan gigimu yang kuat juga mulai rapuh.

Kami tak pernah meminta kepada Allah untuk hidup bersamamu dalam satu ikatan keluarga, pun dengan dirimu. Tapi Allah begitu sayang kepada kami. hingga Allah hadirkan malaikat dalam sosok seorang ayah dan ibu yang luar biasa seperti kalian. Kami beruntung dan kami bersyukur bisa menjadi bagian dalam hidupmu.

Maafkan kami anak-anakmu, yang belum bisa memberimu kebahagiaan dan membalas semua jasamu. Sampai kapanpun kami tak akan pernah mungkin bisa mengganti semua yang telah engkau berikan kepada kami.

Kami minta maaf karena kami selalu meminta apa yang kami inginkan, bahkan kami terkadang memaksamu untuk memenuhi semua kemauan kami tanpa kami sadari kami pun tak bisa mewujudkan harapanmu.

Maafkan kami, karena kami telah banyak membuatmu kecewa. Maafkan kami karena kami mungkin pernah membuat hatimu terluka. Jangan pernah bosan membimbing kami. Jangan pernah bosan mendidik kami. Semoga kelak kami bisa menjadi anak yang sholeh dan anak yang sukses. Sehingga membuatmu bangga dan bahagia. Dan semoga kami bisa menjadi tabungan amal shaleh mu di surga nanti. Aamiin

Tak terhitung berapa banyak tetesan keringat yang mengalir deras setiap harinya dalam tubuhmu. Tak peduli seberapa lelah dirimu, namun kau tetap berusaha membahagiakan kami anak-anakmu dan istrimu.

Meskipun suatu saat kami anak perempuanmu akan menikah dan menemukan sosok laki-laki lain. Tapi kau tetaplah sosok lekaki pertama dan akan menjadi nomor satu dalam hidup kami. Semua cinta, kasih sayang dan pengorbanan yang kau berikan tak akan mungkin pernah kami lupakan. Untuk kami anak lelakimu, kelak kami berharap kami bisa menjadi sepertimu. Sosok laki-laki, imam dan pemimpin yang baik untuk keluarganya kelak.

Hari ini usiamu bertambah Bapa. Namun kami anak-anakmu belum bisa memberimu apa-apa. Hanya do'a yang senantiasa kami panjatkan kepada Allah agar selalu melindungimu dimanapun kau berada.

Selamat ulang tahun abah, wilujeng milad bapa, semoga Allah senantiasa melimpahkan keberkahan dalam hidupmu. Semoga sukses dan sehat selalu. Semoga Allah mengampuni semua dosa dan khilafmu yang telah lalu. Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang sakinah mawadah dan warrahmah. Semoga Allah selalu memberimu kemudahan dan kelancaran dalam segala urusan hidupmu. Semoga sisa umurmu menjadi penuh berkah barokah dan berlimpah. Semoga Allah senantiasa melapangkan dadamu meluaskan rezekimu dan melimpahkan kesabaran kepadamu untuk mendidik kami anak-anakmu. Semoga Allah senantiasa memberikan kebhagiaan dan kebaikan di dunia dan di akhirat. Semoga semua rasa lelahmu menjadi ibadah. Tetaplah menjadi ayah, imam, pemimpin dan guru yang terbaik untuk kami semua. Kami menyayangimu kami mencintaimu. Barakallahu abah :* :* :* :)

Abah, apapun yang terjadi kau tetaplah yang terbaik yang kami miliki. Tak peduli apa yang akan terjadi kau tetaplah anugrah terindah yang telah Allah beri untuk kami. Tersenyumlah abah, kami disini selalu ada untukmun kami disini selalu mendukungmu dan mencintaimu dengan sepenuh hati kami. Jika suatu saat nanti kami ke surga, kami akan berterima kasih kepada Allah karena telah menghadirkan sosok yang sungguh luar biasa untuk kami. Alhamdulillah, terimakasih Allah, terimakasih abah.

Kamis, 26 Februari 2015

Ko Mengeluh?

Mengeluh memang sifat manusia yang tidak bisa dipisahkan. Mengeluh Itu manusiawi, tapi kalo terus-terusan mengeluh itu tandanya tidak mensyukuri apa yang telah Allah beri.

Terkadang kebanyakan dari kita terlalu banyak menuntut tanpa kita sadari kita lupa untuk menjalankan hak kita. Kita terlalu banyak meminta hingga kita lupa untuk memberi. Kita terlalu banyak mengeluh hingga kita lupa untuk bersyukur. Kita terlalu banyak menerima tapi kita lupa berterimakasih, kita terlalu sibuk memikirkan apa yang kita inginkan hingga kita lupa dengan apa yang telah kita dapatkan.

Tak sadarkah kita, terkadang kita lupa, kita selalu meminta kepada Allah agar rezeki didatangkan lebih banyak dan cepat. Tapi bagaimana mungkin rezeki bisa datang cepat jika sholat saja sering terlambat?

Tak sadarkah kita meminta kepada Allah untuk memenuhi keinginan kita, padahal kita sendiri malas untuk memenuhi perintah Allah.

Tak sadarkah kita terkadang kita meminta Allah untuk segera mengabulkan doa-doa kita, tanpa kita sadari kita pun masih lalai untuk segera melaksanakan kewajiban kita kepada Allah.

Kita meminta kepada Allah untuk memberikan kita kesehatan, tapi kita sendiri tak mampu menjaga diri untuk tetap sehat. Kita meminta kepada Allah untuk keselamatan hidup kita di dunia dan di akhirat. Tapi kita sendiri melanggar peraturan yang dibuat Allah, sehingga kita terjerumus jatuh dan membuat kesalahan yang membahayakan hidup kita sendiri.

Kita meminta rezeki yang melimpah padahal kita sendiri jarang sedekah. bekerja saja masih banyak mengeluh, bahkan kita sibuk bekerja tapi lupa kepada sang maha kuasa. Kita meminta kepada Allah agar karir kita naik dan baik, tapi kerja saja masih  asal-asalan, kerja karena ingin terlihat hebat oleh atasan. Kerja sekedarnya saja.

Kita sering meminta kepada Allah untuk mengampuni dosa-dosa kita tapi kita terus mengulangi kesalahan yang sama berulangkali.

Kita meminta Allah untuk selalu melindungi kita dari godaan dan bisikan setan, tapi kita sendiri membuka pintu untuk setan masuk dalam hidup kita.

Ketika meminta surga tapi perbuatan kita selalu mendekati neraka. Naudzubillah...
Pantaskah kita mengeluh kepada Allah dengan apa yang telah kita dapatkan selama ini?
pantaskah kita menuntut kepada Allah untuk mengabulkan doa-doa kita, sementara kita saja tidak mampu memenuhi kewajiban kita kepada Allah?
pantaskah kita mengeluh dengan apa yang terjadi? sementara kita lupa dengan apa yang telah Allah beri.

Allah akan memberi apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Allah tidak membutuhkan kita, tapi kita yang menbuthkan Allah, jika kita ingin dekat kepada Allah maka dekatilah Dia karena sesungguhnya dia teramat dekat. Bahkan kebih dekat dari urat leher kita.

Mulailah mensyukuri apa yang telah Allah beri. Berhentilah mengeluh dan mulailah bersyukur. Biasakan memberi sebelum meminta dan ingatlah Allah dimanapun kita berada.