Kamis, 23 Juli 2015

Ketika Ramadhan Pergi

Setelah ramadhan pergi, akan kah kebaikan dibulan ramadhan terbawa dalam kehidupan sehari-hari seperti biasanya?

Itulah pertanyaan yang menggelayuti pikiranku selama ini. Ada perasaan sedih dan kehilangan ketika ramadhan pergi. Sedih karena kebersaam seperti yang terjadi saat ramadhan bersama keluarga mungkin akan jarang terjadi. Karena setelah ramadhan aktivitas akan kembali berjalan seperti biasa. Masing-masing anggota keluarga memiliki kesibukan masing-masing dengan urusannya. Bahkan makan bersama pun hanya terjadi dihari libur. Itupun semua anggota tidak bisa berkumpul bersama karena biasanya setiap orang sudah memiliki jadwal dan acara masing-masing ketika libur tiba.

Perasaan kehilanganpun semakin menjadi ketika ditinggalkan ramadhan. Kini mesjid kembali menjadi sepi. Jika saat ramadhan setiap subuh semua orang berlomba-lomba untuk mendatangi mesjid agar bisa mendapatkan tempat duduk yang paling depan dan didalam mesjid. Karena jika telat sedikit saja, ruangan didalam mesjid sudah penuh. Sehingga mau tak mau yang telat datang ke mesjid harus melaksanakan salat di madrasah atau diteras luar mesjid.

Seusai salat subuh suasana di mesjidpun semakin ramai dengan lantunan ayat suci al-quran dari anak-anak. Belum lagi sebleum dimulai acara pengajian ada kultum atau tausiyah yang diberikan oleh ustadz. Suasana pagi pun bertambah ceria dengan adanya pesantren kilat untuk mengisi waktu liburan anak-anak.

Tapi sayang, setelah ramadhan pergi keceriaan, keramaian dan kebahagiaan itu juga ikut pergi. Setelah ramadhan usai mesjid kembali sepi. Bahkan sekarang mesjid menjadi "luas", karena jumlah jemaah semakin berkurang. Belum lagi seusai salat subuh dengan cepat mesjid kembali bersih. Tak ada lantunan ayat suci tak ada lagi tausiyah dari ustadz tak ada lagi kegiatan pesantren kilat. Karena sekarang semua orang sudah kembali menjalankan aktifitasnya masing-masing.

Rasa sedih belum cukup sampai disana, jika sebelumnya hampir disetiap rumah selalu terdengar lantunan ayat suci al-quran. Maka sekarang lantunan ayat suci al-quran tak lagi terdengar. Bahkan sekarang suara music jauh lebih dominan ketimbang suara mengaji.

Jika dulu semua orang berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan. Maka sekarang banyak orang justru "berleha-leha" saat hendak menjalankan kebaikan. Jika dulu kebanyak orang berlomba untuk bersedekah. Buka puasa bareng anak yatim, berbagi dengan banyak memberi. Maka sekarang semua kebiasaan baik itu seolah-olah hilang begitu saja. Bersedekah alakadarnya dan berbagi seperlunya.

Saat ramadhan, semua orang dipastikan menahan emosinya dengan baik. Karena mereka takut jika mereka tak mampu menahan emosi maka pahala puasanya akan berkurang. Maka saat berpuasa mereka lebih bisa menahan emosi, ucapan dan hawa nafsu. Namun setelah ramadhan usai, semua itu kembali seperti semula. Jika sebelumnya sebagian orang bisa bersabar ketika emosi. Maka sekarang orang-orang kembali tempramen, bahkan tak jarang mereka juga mengeluarkan kata-kata kasar. Astagfirullah...

Ramadhan memang bulan penuh ampunan bulan dengan berlimpah keberkahan. Dan siapa saja yang melakukan kebaikan dibulan ramadhan maka pahalnya akan dilipatgandakan oleh Allah. Maka tak heran jika ramadhan dijadikan ajang untuk berlomba-lomba dalam kebaikan oleh banyak orang. Tapi sekarang ramadhan telah pergi. Entah, apakah ramadhan tahun depan kita masih bisa dipertemukan kembali? Akankah kita bisa lebih baik untuk menghadapi bulan ramadhan yang akan datang?

Meskipun ramadhan kini telah pergi, mudah-mudahan kita semua bisa kembali fitri dan suci. Bukan hanya sesaat, tapi seterusnya. Dan kita bisa membawa kebaikan yang kita lakukan dibulan ramadhan pada bulan-bulan selanjutnya. Aamiin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar