Rabu, 16 Desember 2015

Jangan Mudah Update Status Ketika Marah

Zaman sekarang manusia bukan lagi menjadi mahluk sosisal, tapi manusia sekarang sudah menjadi manusia media sosial. Bagaimana tidak, setiap apa yang mereka lakukan selalu terupdate dalam statusnya.

Bahkan kita bisa mengetahui kondisi seseorang hanya dari sebuah status. Entah dia sedang sedih, bahagia atau bahkan kecewa. Tak jarang ketika sedang memiliki masalah pun diumbar dalam sebuah status, bahkan status berisi amarah, entah kepada orang tua, saudara, rekan bahkan teman. Meskipun kita tak terlalu dekat, kita bisa mengetahui masalah yang mereka alami. Karena begitu mudahnya status itu diumbar.

Saya pribadipun tidak munafik, saya juga sering update status. Bahkan dulu saya sering update tentang keluhan yang saya rasakan, masalah yang saya alami. Hingga keresahan yang saya takuti. Tapi kemudian ada beberapa orang yang sayang kepada saya. Mereka mengingatkan saya, bahwa tak selayaknya keluhan yang saya rasakan saya utarakan dalam sebuah status. Kalaupun saya marah, alangkah lebih baik amarahnya saya simpan dan tak seharusnya orang lain tau.

Apakah saya terima masukan itu? Tentu saja tidak. Saya menolaknya mentah-mentah. Saya tidak terima dengan apa yang mereka katakan, saya merasa saya paling benar, saya yang merasakan. Dan mereka tidak berhak sama sekali untuk melarang saya. Tapi, seiring berjalannya waktu saya sadar dengan apa yang saya lakukan selama ini. Saya bahkan menyesal dan malu jika dulu saya hanya bisa mengeluh dan mengeluh. Hingga saya lupa untuk bersyukur kepada Allah. Alhamdulillah Allah memberi saya petunjuk untuk terus belajar dan belajar.

Ada satu untaian kata yang saya dapatkan dari sebuah buku karya @RonsImawan sang seleb tweet, atau yang lebih dikenal dengan sebutan "Onyol" yang mengatakan "Media sosial bukanlah buku diary. Maka, jangan segala-galamu diumbar. Hidup bakal lebih terarah kala rahasiamu disimpan dengan pintar, aibmu dikubur dengan tegar."

Hidup kita akan lebih terarah kala rahasiamu disimpan dengan pintar dan aibmu dikubur dengan tegar. Itu point yang bisa kita dapatkan dari kutipan diatas. Yah simpan aib. Itu yang paling penting. Seperti yang dijelaskan dalam sebuah hadits "Dan barangsiapa yang menutup aib seorang muslim, niscaya Allah menutup aibnya di dunia dan akhirat." (HR. Muslim)

Jadi, boleh kah kita update status saat kita marah? Tahan dulu, sabar dulu. Coba difikir ulang, apa yang akan kita utarakan dimedia sosial? Kata-kata kotor kah? Kata-kata kasar kah? Atau kita akan berkoar-koar dan membuka aib saudara kita? Atau mengumbar-ngumbar masalah kita? Naudzubillah... Makanya, hati-hati, cermati dan fikir kembali. Jika seandainya apa yang hendak kita utarakan hanya akan membongkar aib sendiri dan membuat luka orang lain, lebih baik urungkan niat kita. Ingat perkataan itu jauh lebih menyakitkan dibanding dengan pukulan. Apalagi jika diumbar dimedia sosial, sehingga semua orang tau atas apa yang kita utarakan.

Al-kalaamu yanfudzu maa laa tanfudzul ibaru, perkataan itu bisa menembus apa yang tidak bisa ditembus oleh jarum. Ingatlah, ketika kita sedang marah, setan dengan mudah masuk dan mengotori hati dan fikiran kita. Sehingga kita tidak bisa mengontrol apa yang kita katakan. Dan yang akan terjadi hanyalah sebuah penyesalan dengan apa yang kita katakan. Karena bisa jadi perkataan kita menyakiti mereka dan bahkan harga diri kita akan jatuh dengan kata-kata atau amarah yang kita utarakan.

Lantas apa yang harus kita lakukan ketika kita marah? Harus mengadu kepada siapa ketika amarah ini membuncah dan tak bisa ditahan lagi? Coba tenang, istighfar dan ambil air wudhu. Kita adukan semua keluhan itu kepada Allah, karena Allah adalah sebaik-baiknya penolong. Kalaupun kita ingin mengutarakan dimedia sosial, utarakanlah kata-kata yang baik, atau mungkin doa agar kita tidak mudah tersulut emosi kembali. Ingatlah, seseorang itu tercermin dari apa yang dia katakan.

Ketika kita mengumbar amarah yang sang membuncah dimedia sosial, mungkin tak sedikit orang yang ikut menjadi "kompor" dan membuat kita semakin emosi. Jadi simpanlah amarahmu, mintalah pertolongan Allah, agar kita senantiasa bersabar dan tetap tenang. Meskipun sulit, tapi tidak ada yang tidak mungkin jika kita tidak mencoba.

Sebelumnya saya mohon maaf. Saya tidak bermaksud untuk nyindir atau bahkan saya merasa lebih baik dan lebih benar. Saya pun masih sama, saya masih labil, dan terkadang dengan mudah juga mengumbar apa yang saya rasakan. Namun saya terus belajar dan belajar lagi. saya disini hanya ingin berbagi apa yang saya rasakan saja, semoga ada manfaatnya. Terimakasih 😊😊😊

Tidak ada komentar:

Posting Komentar