Senin, 16 Maret 2015

Lihatlah kami sebagai manusia biasa

"Oh ternyata anak kesehatan bisa sakit juga? saya kira kalian tidak pernah sakit."
Kata-kata itu terlontar dari mulut seorang ibu yang hendak berobat. Mendengar kata-kata itu saya ingin tertawa, karena ternyata selama ini banyak orang yang menganggap bahwa tenaga kesehatan itu tidak pernah sakit. Padahal sebenarnya kami sama seperti manusia biasa. Kami bukanlah malaikat yang harus terus terjaga dan sehat selalu. Jika memang bisa menawar, kami memang ingin sehat terus.

Sebagai tenaga kesehatan, saya merasa justru tenaga kesehatan adalah orang yang terkadang atau bahkan melupakan kesehatannya sendiri. Saat bekerja, terkadang kami lupa makan, bahkan waktu istirahat kamipun terbatas. Kami bergaul dan berjumpa dengan orang "sakit" setiap harinya. Bahakan ketika orang-orang sedang tertidur pulas kami harus terjaga di malam hari saat melaksanakan tugas kami. Ya, inilah tugas kami, kami harus menjaga kesehatan orang lain, tapi kami lupa pada kesehatan kami sendiri.

Kami harus selalu tersenyum setiap saat dan memberikan pelayanan terbaik kepada pasien, meskipun rasa lelah sudah kami rasakan. Tapi pelayanan yang ramah dan yang terbaik harus kami berikan agar pasien merasa nyaman ketika bertemu dengan kami. Sedikit saja kami menampakan rasa lelah kami, biasanya pasien akan merasa tidak nyaman dan akan berkata bahwa pelayanan yang kami berikan tidak maksimal, atau bahkan kami terlihat jutek saat itu. Padahal sebenarnya mereka tidak tau apa yang sebenarnya terjadi dilapangan.

Kami tau, apapun yang terjadi tidak boleh kami tampakkan di depan pasien, namun kami juga manusia biasa yang masih memiliki rasa. Tak selamanya kami bisa menutupi rasa lelah yang kami alami. Tak selamanya kami harus tersenyum ramah saat memberikan pelayanan. Apalagi jika memang pelayanan ramah kami tidak diterima dengan baik oleh pasien, karena kesalah pahaman atau karena miss kominikasi yang terjadi.

Sedih rasanya ketika saya sering mendengar kalimat yang terlontar dari mulut pasien bahwa kami itu jutek, atau pelayanan tidak maksimal bahkan pelayan dibeda-bedakan karena masalah ekonomi, padahal sebenarnya tidak. Kami tidak  selamanya bisa tersenyum, apalagi jika yang kami hadapi adalah situasi genting, jika yang kami hadapi adalah situasi kegawatan. Kami harus bermain dengan cepat agar kami bisa memberikan yang terbaik yang kami bisa. Bukan kami jutek ataupun tidak ramah. Tapi ketegangan, kelelahan dan tingkat stress yang tinggi yang kami alami, terkadang tak kami sadari membuat kami tegang, sehingga kami sulit untuk tersenyum, dan terkesan seperti jutek. Padahal jauh dari itu, sebenarnya kami selalu ingin tersenyum dan memberikan pelayanan terbaik yang kami miliki.

Belum lagi ketika kami melakukan sedikit kesalahan, respon keluarga pasien beragam. Ada yang bilang bahwa kami melakukan mall praktek atau bahkan mereka bilang bahwa kami tidak berkompeten, bukan kami melakukan pembelaan karena kami tidak ingin disalahkan, tapi kami hanya ingin mengklarifikasi bahwa saat kami memberikan pelayanan, kami membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi, terkadang disaat kami membutuhkan konsentrasi tinggi, konsentrasi kami terpecah saat kami dihadapkan dengan banyak pasien dan harus bertindak cepat dan tepat. jika memang kami melakukan kesalahan maka kami akan segera mengkonfirmasikan atau menanggulangi kesalahan kami agar tidak terjadi apa-apa.

Mungkin sebagian orang akan berfikir bahwa saat melakukan kesalahan kami akan tenang, seolah tak terjadi apa-apa. Padahal sebenarnya kesalahan yang kami lakukan menjadi pikiran dan membuat kami tidak tenang. Kami selalu berdoa kepada Allah agar Allah senantiasa melindungi kami dalam setiap tindakan dan perbuatan yang kami lakukan.

Selain kata-kata jutek, yang sering terjadi dilapangan adalah bahwa kami matre, bahwa kami membeda-bedakan pasien berdasarkan kasta dan harta, padahal itu tidak pernah terlintas dalam pikiran kami. Karena semua pasien yang datang adalah sama, kamipun memberikan pelayanan terbaik yang kami miliki tanpa melihat siapa yang datang. Jika memang ada yang kami dahulukan saat hendak melakukan pemeriksaan, maka yang kami dahulukan adalah yang memang membutuhkan pertolongan segera. Bukan karena mereka berani membayar lebih banyak, bukan karena mereka dari keluarga berada ataupun yang lainnya. Kami hanya ingin memberikan pelayanan kesehatan sebagaimana mestinya. Karena saat kami lulus pun kami sudah disumpah, bahwa kami akan memberikan pelayanan terbaik tanpa mebeda-bedakan pasien. Dan In Sha Allah kami akan memegang teguh janji kami. Karena saat berjanji, kami berjanji dihadapan Allah dan dihadapan orang banyak.

Bukannya kami ingin dihargai lebih. Tapi kami hanya ingin kita bisa saling menghargai. Jika memang kami tidak bisa tersenyum setiap saat memberikan pelayanan, mungkin kami sedang lelah karena banyaknya pasien atau karena banyak tindakan yang kami lakukan. Butuh konsentrasi tinggi saat kami memberikan pelayanan kepada pasien. Salah sedikit saja bisa berbahaya, karena kami berurusan dengan kesehatan, keselamatan, hingga nyawa seseorang.

Ini juga bukan masalah bahwa pekerjaan kami lebih baik dari pekerjaan lainnya. Karena kami sendiri tau, bahwa pekerjaan seseorang tidak terletak dari pekerjaan yang dia lakoni. Tapi kemulian seseorang terletak pada seberapa besar ketaqwaan seseorang dengan pekerjaannya. Semoga apa yang kami lakukan bernilai ibadah di mata Allah, dan ini semua kami lakukan sebagai bentuk amalan dan ibadah kami kepada Allah. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar