Rabu, 02 Maret 2016

Amanah

Ketika kita masih kecil, kita pasti suka memakan permen. Namun tak jarang orang tua kita mengambil permen yang sedang kita makan dan membuangnya. Bahkan tak jarang kita juga dibentak dan diperingati untuk tidak memakan permen lagi. Apa itu bentuk rasa benci orang tua kepada anak? Tidak, malah itu adalah bentuk kasih sayang orang tua. Menurut kita orang tua kita jahat karena telah merenggut apa yang kita miliki. Tapi sebenarnya tidak. Mereka justru menghindarkan kita dari rasa sakit gigi yang timbul akibat kebnyakan makan permen. Atau bisa jadi menghindarkan kita agar gigi kita tidak berlubang. Mereka baik bukan? Cuma kita saja yang terlalu cepat menarik kesimpulan dari apa yang terjadi.

Sama halnya dengan Allah. Ketika Allah mengambil sesuatu dari kita, tak jarang kita marah. Bahkan tak jarang kita juga kecewa atau bahkan malah menyalahkan takdir. Dalam lubuk hati ada bisikan mengatakan, kenapa Allah begitu tega mengambil apa yang kita miliki. Kenapa Allah dengan cepat mengambil apa yang kita punya? Kenapa? Dan kenapa. 
Kita tidak tahu, padahal bisa jadi apa yang menurut kita baik belum tentu baik menurut Allah. Bisa jadi Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Atau mugkin bisa jadi Allah menghindarkan kita dari suatu yang tidak baik, yang tidak kita ketahui.

"boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”  (QS. Al-Baqarah : 216)

Kita adalah manusia biasa, yang Allah beri amanah dan menitipkan sesuatu kepada kita. Ketika amanah itu sudah kita jaga dengan baik. Maka kapan saja Allah bisa mengambilnya. Kapanpun Ia mau, Ia bisa membawanya kembali. Karena segala sesuatu yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah. Bukann menjadi hak milik kita.

Kecewa? Iya, pasti akan ada rasa kecewa yang kita rasakan. Tak bisa dipugkiri, kita manusia biasa yang kadang juga mudah kecewa dan putus asa. Tapi kita tidak boleh menyerah begitu saja, yang perlu kita lakukan adalah bersabar dan ikhlas atas apa yang telah terjadi. Tetaplah berhusnudon kepada Allah.
kita tidak boleh berlarut dalam kesedihan dan putus asa. Karena diwaktu lain bisa jadi Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik yang kita nanti.

"Yakin lah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran (yang kau jalani) yang membuatmu terpana, hingga kau lupa betapa pedihnya rasanya sakit." (Ali Bin Abi Thalib)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar