Jumat, 18 Maret 2016

Kekuatan sugesti

Mungkin sudah tak asing lagi ditelinga kita ketika kita mendengar celotehan dari seseorang "Saya kalo sakit, cocoknya berobat ke dr A, sekali saja berobat langsung sembuh." kemudian ada lagi yang nyeletuk "Kalo sakit gigi, saya cocoknya pake obat ini. Baru 1 tablet udah sembuh."

Ya itu sebagian kalimat yang sering kita dengar dilingkungan sekitar. Entah dari tetangga atau mungkin anggota keluarga. Pun dengan saya. Saya pernah merasakan hal yang demikian. Dulu saat saya SMA, saya mengalami alergi. Disekujur tubuh merah dan terasa gatal, entah dari mana sumbernya. Sudah berobat ke dokter terdekat, tapi masih saja rasa gatal itu tetap ada. Kemudian guru saya menyarankan agar saya berobat ke dokter D, yang tempatnya lumayan jauh dari rumah.

Guru saya bilang, kalo dokter nya itu ganteng, baik dan ramah. Makin semangat lah saya berobat mendengar kata-kata itu. Setelah sampai ditempat prakteknya antriannya panjaaaaaaang banget. Saya jadi berfikir, mungkin memang benar adanya dokter ini ganteng, ramah dan baik. Makanya pasiennya banyak.

Tibalah saya untuk diperiksa oleh dokter. Dan ternyata benar. Dokternya ganteng, meskipun beliau sudah tidak muda lagi. Tapi penampilannya kharismatik. Senyumnya ramah dan pelayananyna juga baik. Singkat cerita setelah berobat saya sembuh. Alhamdulillah...

Beberapa bulan kemudian, alergi saya kambuh lagi. Saya kembali memutuskan untuk kembali berobat kepada dr. D. Namun sesampainya di tempat prakteknya, petugas bilang bahwa dr. D sedang berada di luar negeri, jadi yang sekarang praktek adalah temannya. Karena perjalanan yang saya tempuh cukup jauh, saya memutuskan diperiksa oleh dr pengganti. Obat yang diberikan tidak jauh berbeda dengan yang diberikan oleh dr. D, hanya ada sedikit tambahan saja.

Tapi apa yang terjadi. Selang satu minggu, alergi saya masih belum membaik. Bahkan bertambah parah, saya kembali memutuskan untuk berobat dengan harapan saya bisa kembali berobat kepada dr. D. Alhamdulillah, ternyata saat kesana dr. D sudah pulang dari luar negeri. Sayapun menceritakan apa yang terjadi. Beliau hanya tersenyum dan berkata. "Itu sugesti kamu aja. Obat yang diberikan sama ko." saya hanya tersipu malu mendengarnya.

Ya, itu adalah sugesti saya. Sugesti jika saya berobat dan ditangani oleh dr. D maka saya akan sembuh. Saya rasa bukan saya saja yang seperti ini, banyak orang yang juga merasakan hal yang sama. Mereka menggunakan sugesti mereka pada seseorang atau sesuatu.

Ya, sugesti memang memiliki peranan yang penting dalam pikiran kita. Sugesti yang kita berikan pada pikiran kita akan memberikan sinyal kepada otak kita, sehingga apa yang kita pikirkan seolah akan terwujud menjadi nyata. Dalam bukunya, doktor Ibrahim Elfiky mengatakan bahwa pikiran akan melahirkan mindset yang kemudian akan secara otomatis akan tersimpan dalam alam bawah sadar kita. Sehingga memungkinkan apa yang kita inginkan akan terwujud nyata.

Betapa dahsyatnya sugesti dan keyakinan yang dihasilkan dari pikiran kita. Karena itu akan mempengaruhi semuanya. Contoh sederhana cerita di atas, karena saya sudah mensugesti dan yakin bahwa dengan berobat oleh dr. D maka saya akan sembuh, maka saya hanya bisa sembuh oleh dr. D. Karena secara tidak sadar otak alam bawah sadar saya sudah merekam dan memprogram dengan jelas, bahwa ketika saya berobat oleh dr. D maka saya akan sembuh.

Sekarang mari perbaiki mindset kita, jika memang kita hendak berobat, yakinkanlah bahwa yang memberikan kesembuhan itu adalah Allah, sedangkan dokter dan obat yang diberikan adalah perantara dari Allah. Tidak lebih.
Dan yakinkah bahwa Allah akan memberikan kesembuhan kepada kita setelah kita melakukan ikhtiar dan berdoa kepada Allah.

Jadi bukan masalah cocok atau tidaknya, tapi bagaimana kita menggunakan pikiran dan mindset kita saat hendak melakukan sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar