Rabu, 06 April 2016

Sabar, ikhlas dan tawakal

Ketika ada seseorang yang bertanya seperti ini:
"Sebenarnya ingin menangis. Ingin menyerah, rasanya ingin menyudahi ini semua. Tapi itu percuma. Semua sia-sia ketika semua hanya ditangisi. Apalagi hanya disesali. Karena semua sudah terjadi."
Apakah Ketika marah, ketika emosi mulai meluap-luap masalah akan selesai begitu saja? Tidak!!
Masalah tidak akan pernah selesai hanya dengan sekedar emosi dan tangisan. Bahkan itu semua hanya akan memperburuk keadaan.
Apa yang harus dilakukan saat berada di titik terendah dan di dalam kondisi terburuk sekalipun?
Husnudzon, berfikir positif. Tetap tenang, sabar dan tawakal. Itu yang harus dilakukan.
Karena ketika mampu berfikir positif dan berhusnudzon, otak dengan otomatis akan memberikan sinyal-sinyal positif ke hati untuk tetap tenang untuk mencerna dan melihat masalah / ujian dari segi positif, dari segi berbeda untuk bisa mengambil hikmahnya. Untuk tetap fokus dan mencari jalan keluar. Sehingga masalah akan bisa terselesaikan satu-persatu.
Itu semua juga harus dibarengi dengan sabar. Kenapa sabar? Karena dengan sabar kita tidak akan mudah mengambil keputusan dengan emosi, dan akan membuat kita semakin tenang menghadapi apapun yang terjadi dan membuat kita untuk tidak mudah menyerah.
Kenapa harus tawakal? karena kita harus sadar bahwa pada akhirnya semua terjadi atas ijin Allah dan akan kembali pada Allah. Itulah puncak dari usaha yang sudah kita lakukan. Setelah berusaha dengan semaksimal mungkin dan bersungguh-sungguh, Maka kita harus menyerahkan semuanya kepada Allah agar Allah menolong kita, dan agar kita dicintai oleh Allah.
Dalam QS. Āli ‘Imrān/3:159, Allah berfirman, yang artinya:
‎“Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai ‎orang yang bertawakal. "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar