Sabtu, 31 Januari 2015

Kerjaku ibadahku

Maka apabila telah dilaksanakan shalat, bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”. (Q.S. Al-Jumu’ah (62): 10)

Dalam ayat suci tersebut sudah dijelaskan bahwa kita memang di tuntut untuk bekerja, bekerja untuk mencari rezeki yang Allah beri. Banyak orang yang keliru mengatakan bahwa rezeki itu di tangan Allah, dan dengan santai mereka bekerja seadanya dan pasrah dengan mengatakan bahwa rezeki gak akan kemana. Iya, rezeki memang tidak akan kemana-mana bahkan tidak akan sampai di tangan kita jika kita hanya berdiam diri dan melakukan pekerjaan seadanya, Maka jangan heran jika rezeki yang kita dapatkan juga seadanya.

Kita dituntut untuk bekerja, karena bekerja adalah satu kewajiban untuk kita sebagai kaum muslim. Dengan bekerja, selain mendapatkan pahala kita juga mendapatkan rezeki untuk memenuhi kebutuhan kita, bahkan memakan makanan hasil usaha kita adalah satu kebaikan, bahkan nafkah yang paling baik adalah nafkah dari seorang yang bekerja. Seperti yang diterangkan dalam hadist berikut : "Sebaik-baik nafkah adalah nafkah pekerja yang halal.” (HR. Ahmad). Jadi bekerjalah mencari rezeki yang halal agar kita mendapatkan keberkahan di dalamnya.

Sayangnya, banyak orang keliru ketika mereka bekerja, mereka bekerja hanya untuk mencari pundi-pundi uang untuk memenuhi  keinginannya. Bahkan mereka menjadi gila kerja tapi lupa kepada sang maha kuasa.

Mereka sibuk bekerja untuk mendapatkan uang tapi mereka melupakan kewajibannya untuk beribadah kepada Allah, tak banyak dari kita yang begitu ketakutan ketika bekerja tapi takut untuk melakukan salat dengan alasan takut oleh atasan dan sibuk bekerja. Padahal kita semua tau bahwa Allah lah yang memberi rezeki melalui perantara pekerjaan.

Kerja itu jangan hanya sekedar kerja, tapi bekerja juga harus mencari ridho Allah agar apa yang kita dapatkan mendapat berkah dari Allah. Bisa saja kita terus bekerja keras tanpa kenal lelah sehingga kita mendapatkan apa yang kita inginkan, tapi sadarkah kita, dengan bekerja terus menerus dan melupakan Allah maka apa yang kita dapatkan selalu saja kurang. Kita tidak akan pernah merasa cukup dengan apa yang kita cari jika kita bekerja hanya untuk memenuhi kepuasan semata.

Berbeda halnya jika kita mencari kerja untuk mendapat ridho Allah dan mencari keberkahan didalamnya, maka pekerjaan kita akan bernilai suatu ibadah, dan  menjadi tabungan amal kita di surga nanti. Bahkan ada sebuah hadist yang mengatakan bahwa ada satu dosa yang bisa terhapus dengan kita bekerja seperti hadist berikut: "Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)

Jadi luruskan kembali niat kita saat bekerja, kalau kita bekerja untuk mendapat ridho Allah. Agar apa yang telah kita lakukan menjadi pahala. Ingatlah Allah selalu dalam keadaan apapun, maka Allah pun akan mendekat kepada kita.

Sesibuk apapun kita, jangan membuat kita lupa kepada kewajiban kita untuk beribadah kepada Allah, jangan takut melaksanakan sholat ketika adzan berkumandang, jangan takut bersedekah karena kita takut miskin, karena Allah telah berjanji bahwa Allah akan melipatgandakannya. Jangan sampai kita lupa sang maha kuasa karena kita gila bekerja.  Bagaimana rezeki datang tepat jika sholat saja sering terlambat ;)

Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa; pada suatu hari, ketika Rasulullah SAW sedang berjalan bersama dengan para sahahat, tiba-tiba mereka menyaksikan seorang pemuda yang nampak gagah perkasa sedang bekerja keras membelah kayu bakar. Dan para sahahat pun berkomentar: “Celakalah pemuda itu. Mengapa keperkasaannya itu tidak digunakan untuk Sabilillah (jalan Allah)?” Lantas, Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kalian berkata demikian. Sesungguhnya bila ia bekerja untuk menghindarkan diri dari meminta-minta (mengemis), maka ia berarti dalam Sabilillah. Dan jika ia bekerja untuk mencari nafkah serta mencukupi kedua orang tuanya atau keluarganya yang lemah, maka iapun dalam Sabilillah. Namun jika ia bekerja hanya untuk bermnegah-megahan serta hanya untuk memperkaya dirinya, maka ia dalam Sabilisy syaithan (jalan setan)”.

Dengan menyimak riwayat hadist tersebut di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa baik atau buruknya serta halal atau haramnya suatu pekerjaan, ternyata ditentukan dari niatnya. Jika kita bekerja dengan maksud untuk menghindarkan diri dari pengangguran misalnya, maka pekerjaan itu baik dan halal. Namun jika tujuan kita bekerja hanya untuk mencari harta serta memperkaya diri sendiri, maka pekerjaan yang kita lakukan itu merupakan pekerjaan hina dan haram, sehingga wajib dijauhi.

Sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya Allah cinta kepada hamba-Nya yang mempunyai hutang usaha, dan siapa saja yang bersusah payah serta bekerja keras mencari nafkah untuk keluarganya, lantaran mereka seperti Fi Sabilillah (pejuang dijalan Allah) ‘Azza Wa Jalla”. (HR. Ahmad).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar