Rabu, 28 Januari 2015

Butuh Kasih Sayang

Tak sedikit dari kita terkadang lupa dengan jasa orang tua. Mereka menyadari jasanya namun sayang tak banyak dari mereka yang tau bagaimana cara membalas jasa mereka.Padahal sejatinya mereka tak pernah meminta kita untuk balas budi. Apalagi meminta materi, yang mereka inginkan hanyalah kita berbakti kepada mereka dan menyayangi mereka dengan sepenuh hati.

Bahkan ketika kita bekerja dan sukses dalam karir, juga memiliki keluarga sendiri, orang tua kita sudah cukup bahagian melihatnya.Sedih rasanya ketika saya mendengar cerita dari seorang nenek yang sedang tergolek sakit tak berdaya. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa nenek itu menderita struk ringan, sehingga sebagian anggota tubuhnya tidak berfungsi. Salah satunya beliau tidak bisa buang air kecil sendiri sehingga harus di pasang selang untuk membantunya keluar.

Sudah hampir 2 tahun beliau sakit seperti ini. Pihak keluarga memutuskan untuk merawatnya di rumah dengan dibantu jasa perawat. Tahun telah berganti, dan beberapa perawat yang menjaganyapun ikut berganti. Hanya sedikit yang bertahan merawat beliau, sekitar 4-5 bulan perawatnya berganti-ganti.Hingga akhirnya pihak keluarga menemukan seorang ibu-ibu yang biasa di panggil ema untuk menemani sang nenek. Rupanya ema cekatan dalam merawat sang nenek, sehingga sang nenek merasa nyaman ketika dia merawatnya. sampai akhirnya pihak keluarga sepakat untuk terus memakai jasa sang ema.

Ema merawat nenek mulai dari makan, minum, ganti baju, membersihkan selang air pipis hingga (maaf) membersihkan kotorannya. semua dilakukan oleh ema sendiri. Mungkin itu juga salah satu alasan nenek merasa nyaman dirawat ema. Ah betapa mulianya sang ema yang rela menghabiskan waktunya untuk merawat seorang nenek yang tak pernah ia kenal sebelumnya. padahal ema sendiri memiliki anak dan cucu, mudah-mudahan Allah senantiasa meridhoi setiap langkah dalam hidupnya dan memberikan pahala yang berlipat ganda kepada ema.

Saat saya berkunjung, ema bercerita kalau dulu nenek ini adalah orang yang kaya raya dan merupakan keluarga terpandang di daerahnya. Nenek juga memiliki beberapa tanah yang tersebar di kota-kota besar. beliau memiliki 6 orang anak yang semuanya menjadi "orang". Mereka semua juga sudah memiliki keluarga masing-masing. Namun sayang sejak nenek sakit mereka jarang mengunjungi sang nenek. kalaupun menjenguk mereka hanya menyapa saat datang dan pamit untuk pulang.

Betapa sedihnya sang nenek melihat anak-anaknya seperti itu, mereka terlalu mempercayakan kebutuhan sang nenek kepada ema. Ema sering bercerita pada saya kalau nenek kadang menangis melihat kelakuan anak-anaknya. Memang tidak dipungkiri segala keinginan sang nenek mereka penuhi. Mulai dari makanan, minuman hingga kebutuhan untuk kesehatan sang nenek. Tapi rupanya itu bukanlah hal yang diinginkan sang nenek. Nenek pernah bilang sama Ema kalau dia hanya ingin anak-anaknya duduk disamping mereka, mencium sang nenek memegang sang nenek dan menemani atau sekedar ngobrol bersamanya. Bukan hanya mencium tangan.

Karena sekarang mencium tangan diartikan nenek hanya sebagai ritual belaka tanpa makna. Awalnya saya tidak percaya mendengar kejadian itu. Karena rasanya tidak mungkin seorang nenek yang dulu seorang ibu hebat yang telah melahirkan anak-anak yang sukses, kini "dicampakan" oleh anak-anaknya. Tapi pernyataan itu telah dibenarkan ketika saya melihat anak beserta cucunya datang ke rumah yang sekarang ditempati oleh nenek. Ya mereka memang sungkem dan menanyakan kabar sang nenek. Tapi tak lama mereka menuju ke ruang keluarga untuk ngobrol bersama dan makan-makan. sementara nenek hanya diam di kamar bersama ema.Nenek juga bercerita kepada saya kalau sebenarnya dia kesal kepada anak-anaknya karena mereka tidak peduli lagi kepadanya. Mereka hanya datang mengunjungi nenek untuk sekedar memenuhi kewajibannya bukan kebutuhan atau karena mereka rindu kepada sang nenek. Saya bisa melihat dari sorot mata dan tetesan air mata yang keluar dari mata nenek yang megisyaratkan bahwa kisah ini benar adanya. yang membuat saya kaget adalah nenek mengeluarkan kata atau semacam sumpah serapah keluar dari mulutnya yang nenek tujukkan untuk anak-anaknya.

Astagfirullahaladzim, saya kaget mendengar itu. Saya mengusap tangan nenek dan mengajaknya untuk istigfar bersama agar nenek tidak lagi bersumpah serapah. Saya coba tenangkan nenek, saya bilang kepada beliau. Bahwa anak-anaknya tetap menyayangi nenek dan mencintainya dengan sepenuh hati. Namun nenek tetap berkata-kata, bahkan saya mulai tidak mengerti dengan kata-kata yang dilontarkan oleh nenek. Ema bilang kepada saya, jangan kaget kalo nenek berkata seperti itu, kadang omongan nenek memang suka ngaco. Bahkan suka marah-marah tidak jelas. Mungkin juga nenek stress, karena dulu nenek adalah seorang pebisnis dan memiliki kekayaan yang berlimpah. Tapi sekarang dia kehilangan sebagian hartanya dan juga jatuh sakit, ditambah lagi anak-anaknya yang terkesan menjauhi sang nenek.

Banyak hikmah yang bisa saya ambil melihat kejadian ini, bahwa ternyata orang tua itu tidak membutuhkan harta yang berlimpah dari anak-anaknya, dan memberikan fasilitas yang mereka butuhkan. Bahkan menitipkan kita kepada seseorang yang merawat mereka. Setelaten, sebaik apapun perawat yang merawat orang tua kita takkan pernah sama dengan kasih sayang yang diberikan anak- anaknya.

Ingatlah semakin tua seseorang, maka tingkah lakunya akan kembali seperti anak-anak. Dia mulai manja, mudah tersinggung dan ingin mendapatkan perhatian lebih dari orang-orang terdekatnya. Bahkan beberapa organ tubuhnya mulai menurun fungsinya. Mulai dari penglihatan, pendengaran sistem pencernaan dan sistem yang lain yang ada dalam tubuhnya. Jangan heran ketika mereka meminta kita untuk menuntun mereka untuk ke kamar mandi karena kakinya sudah mulai sulit untuk berjalan.

Bersabarlah ketika mereka menyuruh kita untuk memenuhi keinginannya dan setelah memenuhi keinginannya mereka tidak mau karena kita salah melakukannya. Jangan marah ketika mereka mulai lupa dengan apa yang mereka ucapkan. Karena terkadang hari ini mereka mengucapkan A besok bisa jadi menjadi B. Ingatlah usia mereka yang mulai bertambah, namun kekuatan ingatannya akan mulai berkurang.

Jangan pernah bosan mendengar keluhan mereka ataupun cerita mereka yang terus berulang-ulang mereka ucapkan, karena mereka hanya ingin mengeluarkan unek-uneknya bukan meminta solusi kita.

Jangan marah ketika mereka mengambil barang milik kita tanpa seijin mereka, dan merusak barang milik kita. Jangan marah ketika orang tua kita tiba-tiba kehilangan kontrol untuk membuang air besar ataupun kecil. Jagalah perkataan yang kita lontarkan kepada mereka agar tidak membuat mereka tersinggung. Tetaplah tenang ketika mereka cerewet bahkan marah-marah tanpa alasan.Cobalah ingat ketika kecil dulu, ketika kita mulai bermanja-manja kepada kedua orang tua kita, padahal mereka baru saja pulang kerja. Namun senyuman anaknya membuat orang tua kita lupa akan rasa lelahnya.

Ingatlah ketika kita bayi dan mulai bisa berjalan dengan sabar mereka tetap mengajari kita untuk tetap berjalan hingga kita mampu berdiri sendiri dan berjalan lancar. Ingatlah ketika mereka mencoba memenuhi semua keinginan kita meskipun mereka harus menahan keingunan yang mereka butuhkan.

Ingatlah ketika kita melakukan kesalahan, kita sibuk mencari-cari alasan untuk tidak disalahkan.Ingatlah ketika mereka tak pernah bosan mendengar cerita-cerita yang terus berulang kali kita ceritakan kepada mereka. Betapa antusiasnya mereka mendengar cerita kita, bahkan terkadang mereka berpura-pura tidak tahu cerita yang telah kita ceritakan sebelumnya.

Ingatlah ketika kita kecil dulu, kita sering mengambil makanan seenaknya, ketika bertambah usia kita mulai berani mengambil barang milik orang tua kita, namun mereka tetap saja tersenyum melihat tingkah kita dan hanya menegur kita agar tidak melakukannya lagi.

Ingatlah ketika kita sudah mulai besar dan sekolah, tapi kita masih saja pipis di kasur tapi orang tua kita tetap mau mencuci sprei bekas pipis kita. Bahkan ketika sakit mereka adalah orang yang paling khawatir dengan kondisi kita. Mereka rela tidak makan dan tidak minum untuk memastikan kondisi kita baik-baik saja.

Cintailah mereka, sayangilah mereka seperti mereka menyayangi kita sewaktu kecil. Ketika mereka tua yang mereka inginkan adalah perhatian dan kasih sayang kita, bukan fasilitas dan kebutuhan semata.

Doakan lah mereka selalu, sayangilah mereka seperti mereka telah menyayangimu sewaktu kecil, jagalah perasaan mereka, dan muliakanlah hidup mereka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar