Senin, 09 Februari 2015

Menunda Kebaikan (Part II)

Perjalanan saya lanjutkan kembali, di tengah-tengah perjalanan hujan turun dan semakin deras. Terlintas dalam fikiran saya untuk berhenti di rumah teman saya. Tapi kemudian niat itu saya batalkan karena pakaian saya sudah basah. Saya malu kalo ternyata kesana dalam kondisi basah. Saya terus beralasan untun kembali menunda kebaikan.

Hujan semakin deras saya masih tidak tau dimana saya akan berhenti. Karena perjalanan saya masih panjang. Selain tidak ada tempat untuk berteduh, saya berfikir bahwa hujan seperti ini akan terjadi dalam waktu yang cukup lama. Kembali, saya berniat untuk menunda kebaikan lagi. Saya berniat untuk melaksanakan shalat dzuhur dan ashar dijama' di rumah saja. Melihat kondisi baju saya semakin basah. Baru saja saya berniat seperti itu, motor kembali terhenti. Astagfitullah.... apa lagi yang terjadi.

Saya mencoba tenang menghadapi ini. Saya mencoba menyalakan motornya, tapi tetap tidak bisa. Syukurlah ada seorang bapak-bapak yang membantu saya untuk menghidupkan motornya. Setelah mencoba ternyata tetap saja motor itu tidak bisa hidup. Ah, saya sudah pasrah dengan ini semua. Ingin rasanya saya menangis dan berteriak. Kenapa ini terjadi di saat hujan deras dan hari sudah semakin sore. Bagaimana saya pulang ke rumah. Bagaimana kalo motor ini tidak bisa hidup kembali. Bagaimana caranya saya ke rumah. bagaimanaaaaaa

Melihat saya yang sedang kebingungan, bapak tadi menyuruh saya membawa motor ini ke bengkel untuk kembali diperbaiki. Saya bilang kepada bapak tadi kalau motor ini baru saja saya service. Tapi apa mau dikata, motor ini memang harus di bawa ke bengkel untuk dilihat apa penyebab motor ini berhenti. Untungnya bapak tadi menyuruh anaknya membawakan motor saya ke bengkel yang jaraknya tidak jauh dari tempat mogoknya motor saya. Syukurlah saya tidak merasakan malu kembali karena mebawa motor yang mogok.

Sesampainya di bengkel saya jelaskan keluhan saya. Tak lupa saya juga bilang kalau motor ini baru saja di service karena mogok. Tapi sekarang mogok kembali. Mendengar keluhan saya tadi. Tanpa banyak bicara pemilik bengkel itu langsung membongkar motornya. Hujan semakin deras dan menambah kesedihan saya. Saya mencoba telepon bapa meminta solusi. Bapa hanya bilang "sabar saja, perbaiki dulu, kalo motornya memang tidak bisa nyala. Simpan di bengkel biar bapak jemput." Kata-kata bapak tadi membuat saya semakin ingin menangis. Tak terasa ternyata air mata saya jatuh. Karena malu saya segera mengusap air matanya. Saya kembali meminta maaf kepada Allah. Saya terus beristigfar karena kesalahan yang terus saya lakukan.

Setelah setengah jam Alhamdulillah motor kembali nyala. Saya bertanya kepada bapak pemilik bengkel itu, apa penyebab motor ini mogok. Dia bilang kalau motor ini mogok karena businya kotor. Dia bilang kalo memang masih mogok. Lebih baik motor ini di bawa kembali ke bengkel resmi. Mendengar perkataan bapak tadi saya jadi khawatir bagaimana kalo motor ini mogok kembali. Tapi dia meyakinkan saya "InsyaAllah neng motornya gak akan mogok. Banyak berdoa saja." Kata bapak tenang.

Saya kembali melanjutkan perjalanan, kali ini saya tidak akan lagi menunda shalat. Saya tidak peduli lagi baju saya basah. Buat saya yang pentig saya bisa shalat ashar sebelum saya ke rumah. Karena waktu semakin sore dan khawatir jika waktu shalat ashar dan dzuhur sudah habis waktunya. Jarak mesjid tempat saya akan shalat tinggal sedikit lagi. Lagi-lagi rayuan setan kembali datang dalam hati saya. Sempat saya tergoda untuk kembali menunda waktu shalat, tapi kemudian saya mencoba menolak dan melawan hasutan itu. Belum sampai ke mesjid lagi-lagi motornya mati. Deg!! saya benar-benar kaget. Kenapa motor ini mati kembali. Saya mencoba tenang. Saya terus berdoa kepada Allah agar motor ini bisa hidup kembali seperti biasa. Syukurlah tak lama setelah saya berdoa motornya bisa hidup kembali.

Akhirnya sampailah saya di mesjid. Saya segera bergegas untuk melaksanakan shalat disana. Tak henti-henti saya menangis. Saya bersyukur saya masih bisa melaksanakan shalat sebelum wakunya habis. Tak lupa saya juga memohon ampun kepada Allah atas kelalaian dan kehilapan saya.

Saya tidak tahu apakan ini musibah atau anugerah. Saya hanya ingin berprasangka baik kepada Allah. Allah ternyata begitu sayang kepada saya, Allah memperingatkan saya ketika lupa. Allah menegur saya ketika saya berbuat salah. Kalau Allah tidak sayang sama saya. Bisa jadi saya melupakan niat saya untuk beraedekah. Bisa jadi saya juga lupa untuk melaksanakan shalat. Astagfirullahaladzim, maafkan saya ya Allah, yang memang mudah tergoda oleh rayuan setan.

Mudah-mudahan Allah selalu menjaga dan melindugi kita dimanapun kita berada. Aamiin

Follow me @risfiani_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar