Minggu, 08 Februari 2015

Menunda Kebaikan (Part I)

Berbuat baik janganlah dibtunda-tunda. Sepenggal lirik lagu dari Bimbo ini patut kita renungi. Karena berbuat baik itu memang tidak boleh ditunda-tunda. Seperti firman Allah dalam Al-Quran Al-Baqarah (2) ayat 148, “Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Berlomba-lomba berarti tidak menunda kebaikan untuk memburu pahala.

Sore itu, sebelum saya pulang ke rumah. Saya berniat untuk menyedekahkan sebagian rezeki yang saya miliki ke panti yatim. Alhamdulillah banyak yang saya rasakan ketika saya mulai mensedekahkan rezeki saya.

Ditengah perjalanan awan mulai mendung, pertanda hujan akn turun. Saat mendekati yayasan, kemudian saya berfikir untuk menyedekahka sebagian yang saya miliki itu lain kali saja, karena hujan akan turun dan entah kenapa hati terasa begitu berat saat hendak mendekati yayasan. Baru saja melewati yayasan tersebut, tiba-tiba motor saya mati tanpa sebab. Saya heran, karena baru saja 1 minggu lalu saya service motornya. Saya berusaha tetap tenang meskipun sebenarnya hati saya kaget karena baru kali ini motor matibtiba-tiba.

Karena tetap tidak menyala saya menepi untuk meminta bantuan kepada orang sekitar untuk membantu menyalakan motor. Beberapa orang dari sana coba membantu saya saat menyalakn motor. Namun hasilnya nihul. Motor ituvtetap saja tidak bisa nyala. Kemudian mereka menyarankan saya untuk membawa motornya ke bengkel. Saya mengikuti mereka. Meakipun sebenarnya motor ini baru saja saya service.

Orang-orang disana bilang kalo bengkel nya tidak terlaku jauh. Saya yang belum mengenal betul kondisi jalanan disana mendorong motor yang mati menuju bengkel. Saya kira bengkelnya benar-benar dekat, tapi ternyata tidak. Bengkelnya cukup jauh dari tempat saya berhenti. Malu rasanya, saya seorang perempuan harus mendorong motor yang mogok di tengah-tengah kemacetan. Tapi saya mencoba menyampingkan rasa ini. Buat saya yang paling penting motor ini harus hidup kembali. Titik.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya saya sampai d bengkel motor. Sesampainya disana saya menyampaikan keluhan saya tentang motor ini kepada sang mekanik. Setelah mencoba menghidupkan motor bapak ini bertanya kepada saya " Motornya gak pernah di service mba?", "Sudah pak, baru seminggu yang lalu saya service. Tapi gatau kenapa tiba-tiba mati."
"Kalo begitu, besok bawa saja kembali ke begkelnya mba, minta tanggung jawab mereka." Karena perkataan bapak tadi, saya terus menyalahkan bengkel tempat saya service.

Bosan, kesal dan marah. Itulah yang saya rasakan saat menunggu motor saya yang sedang diperbaiki. Ingin rasanya saya menangis, tapi saya malu. Mau tidak mau saya harus menahan air mata ini agar tidak jatuh. Saat saya benar-benar ingin menangis, hati kecil saya berkata, ini semua terjadi karena kamu menunda kebaikan, karena kamu kalah oleh rayuan setan. Kata-kata itu terus saja berputar dalam otak saya. Saya mencoba menepis semua itu tapi tidak bisa. Hati saya seolah bergetar ketika saya menolak semua pembenaran itu.

Namun akhirnya saya kalah. Saya menerima semua pembenaran itu. Saya berfikir coba saja kalau saya tadi berhenti di yayasan dan merealisasikan niat saya untuk bersedekah. Mungkin tidak akan ada cerita motor ini mogok hingga akhirnya saya harus telat pulang ke rumah. Waktu menunjukkan pukul 14.00 wib. Perasaan saya semakin merasa bersalah, sudah menunda kebaikan tapi saya juga belum melaksanakan shalat dzuhur. Saya pun meminta maaf kepada Allah, tak henti-hentinya saya beristihfar atas semua kesalahan serta dosa yang saya lakukan. Saya baru sadar, ternyata Allah begitu menyayangi saya. Allah menegur saya ketika saya mencoba melakukan kesalahan.

Sudah hampir 1,5 jam. Akhirnya motor saya bisa hidup kembali. Saat melihat jam. Ternyata waktu masih menunjukkan pukul 14.30 wib. Saya berfikir saya masih punya waktu untuk shalat di rumah dijama' dengan ashar. Tapi hati kecil saya kembali menolak. Saya terus dihantui rasa takut bagaimana bila motor ini berhenti karena saya kembali menunda kebaikan dengan menunda waktu shalat. Akhirnya saya niatkan untuk shalat di rumah teman saya, atau shalat di mesjid yang terdekat yang saya temui. Saat hendak mengendarai motor. Langkah saya kembali terhenti. Saya ingat bahwa saya belum berniat kapan saya akan bersedekah lagi? apakah saya harus kembali berputar ke yayasan atau terus melaksanakan perjalanan? Sementara hari semakin sore. Khawatir turun hujan, saya memutuskan untuk memberikan sedekah melalui transfer saja.

Baru saja saya keluar dari begkel dan berniat memberikan sedekahnya melalui transfer. Motor saya kembali terhenti. Astagfirullahaladzim ya Allah aku mohon ampunan-Mu. Lagi-lagi motor mati. Saya terus berdoa dan memohon ampun kepada Allah dan kembali meluruskan niat saya hingga akhirnya motor saya  hidup kembali, dan saya mulai melanjutkan kembali perjalanan.

To be continue :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar